4/4

934 84 88
                                    

Masih flashback, ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih flashback, ya :)

Sepuluh tahun kemudian.

Joanna menatap Jeffrey yang sedang merokok di kamar Mega. Dengan mata merah. Sebab dia baru saja menegak banyak alkohol sebelumnya.

"Jeffrey---"

Panggilan Joanna membuat pria ini langsung tersenyum getir. Lalu melempar puntung rokok ke tempat sampah besi. Kemudian menepuk sisi ranjang yang diduduki.

"Aku baru saja dapat sinyal pagi tadi. Maaf karena baru datang kemari."

Joanna langsung memeluk Jeffrey sekarang. Memeluk kepala pria yang sudah dipacari sejak sepuluh tahun ke belakang. Pria yang telah banyak membantu dirinya dalam melewati masa-masa susah. Saat kuliah hingga bisa memiliki pekerjaan yang cukup mapan di usia dua puluh enam.

"Semuanya akan baik-baik saja. Kamu punya aku dan yang lainnya. Tidak apa-apa."

Tangis Jeffrey pecah. Dia langsung memeluk perut rata wanita di depannya. Wanita yang sepuluh tahun terakhir mengisi hatinya. Serta, wanita yang selalu ditunggu kedatangannya sejak tiga hari ke belakang.

Saat orang tuanya ditemukan meninggal di dalam rumah. Dalam keadaan gantung diri dan meninggalkan Jeffrey selaku anak tunggal sendirian. Serta hutang miliaran rupiah yang tidak pernah dia tahu untuk apa.

"Jangan tinggalkan aku! Jangan seperti orang tuaku!"

Seru Jeffrey dengan suara sendu. Sembari meremat erat baju wanita itu. Sebab dia benar-benar takut karena merasa sudah tidak memiliki siapapun.

"Aku tidak akan meninggalkan kamu. Tidak perlu takut."

Joanna mengusap punggung dan kepala Jeffrey. Sebab dia masih berdiri di depan pria ini. Dalam keadaan menangis. Namun tanpa suara karena tidak ingin Jeffrey semakin sedih.

"Keadaanmu bagaimana? Baik-baik saja, kan? Ini kenapa---"

Tanya Jeffrey setelah melepas pelukan. Lalu menarik tangan Joanna. Agar duduk di pangkuaannya. Sebab dia jelas sangat merindukan si wanita. Karena Joanna baru saja melakukan penelitian selama satu minggu di pedalaman. Tanpa sinyal hingga tidak bisa memberi kabar.

"Aku baik-baik saja. Ini terkena ranting di hutan. Sudah mau sembuh, tenang saja."

Joanna mulai melepas plaster transparant di pipinya. Agar Jeffrey tidak khawatir padanya. Karena dia memang mendapat luka baret sedikit saja. Tidak terlalu dalam pula.

"Aku yang seharusnya tanya bagaimana keadaanmu sekarang. Kata Mega, kamu tidak makan sejak kemarin, ya? Jangan-jangan, tidak mandi juga!"

Joanna mulai menjauhkan badan. Berdiri dari pangkuan. Menutup hidung dan bertingkah seolah kebauan.

"Memang belum mandi. Ayo mandi berdua! Kamu juga belum mandi, kan?"

Joanna langsung menatap kakinya. Karena dia baru sadar jika masih memakai sepatu gunung sekarang. Sepatu yang sudah penuh tanah liat kering dan tebal. Sebab dia tidak sempat melepas karena ingin buru-buru bertemu si kekasih yang sedang berduka.

Beberapa hari kemudian.

Joanna sedang menatap Asmara dan Hanan bergantian. Sebab saat ini mereka sedang datang ke tempat kerjanya. Di kantor BRIN, alias Badan Riset dan Inovasi Nasional.

"Ibu sudah dengar apa yang terjadi pada Jeffrey. Ibu dan Ayah datang karena kamu terus menolak panggilan kami---"

"Aku sibuk, Ibu, Ayah! Tahu sendiri aku---"

"Sibuk? Kamu pikir Ibu dan Ayah tidak tahu kalau kemarin kamu ke kantor polisi bersama Jeffrey? Sudah cukup selama sepuluh tahun ini! Sejak awal Ibu tidak setuju jika kamu berhubungan dengan anak ini! Kalau saja dia bukan anak wali kota, sejak awal kita tidak akan merestui kalian! Sekarang adalah waktu yang tepat untuk berpisah! Ini demi kebaikanmu juga! Dia punya hutang banyak! Ibu dan Ayah tidak mau kamu ikut menanggungnya juga!"

Joanna mulai menarik nafas panjang. Sebab dia jelas tidak setuju akan ucapan ibunya. Karena hubungannya dengan Jeffrey jelas tidak sedangkal yang mereka kira.

"Soal hutang itu urusan Jeffrey dan aku! Kalian tidak perlu ikut campur! Asal uang bulanan yang kukirim tidak berkurang dan---"

"Joanna! Ini juga demi kebaikanmu! Ayah ingin kamu hidup tenang dan tidak memiliki beban hutang sebanyak itu! 500 miliar tidak sedikit! Jeffrey juga masih merintis! Dia belum---"

"Ayah, aku tidak peduli. Aku dan Jeffrey sudah bersama lama sekali. Aku tidak akan meninggalkan dia terpuruk sendiri. Jadi jangan memaksaku untuk putus dengannya lagi!"

Joanna langsung bangkit dari duduknya. Meninggalkan orang tunya yang tampak marah tentu saja. Sebab anak satu-satunya yang mereka punya justu menentang kemauan mereka.

8. 30 PM

Joanna baru saja tiba di apartemennya. Apartemen yang ditinggali bersama kekasihnya. Tanpa sepengetahuan orang tuanya.

"Sedang apa?"

Tanya Joanna saat melihat Jeffrey yang masih fokus dengan laptopnya. Dia juga langsung memeluk leher si pria dari belakang. Lalu mengecupi pipi dan bibirnya guna menyapa.

"Mengerjakan revisi dari klien. Kamu sudah makan?"

Jeffrey langsung menolehkan kepala. Mengecup bibir wanitanya. Lalu memangku tubuhnya. Sebab saat ini dia sedang duduk di kursi kerja yang menghadap meja dan jendela.

"Belum. Kamu? Mau gofood?"

"Belum juga. Terserah. Kamu mau makan apa?"

Joanna berpikir sejenak. Lalu membisikkan sesuatu pada kekasihnya. Membuat Jeffrey terkekeh pelan karena sedang digoda. Kemudian menghujani si wanita dengan banyak ciuman di wajah.

Hingga tiba-tiba saja bel berbunyi kencang. Ada tamu tidak diundang datang yang ternyata adalah orang tua Joanna. Mereka datang karena mendapat laporan jika Joanna tinggal bersama pria pada beberapa hari ke belakang.

Jeffrey dimarahi habis-habisan. Dihina karena menumpang pada wanita. Membuat Joanna menangis karena berusaha membela.

"BAWA BARANG-BARANGMU PERGI DARI TEMPAT INI! JANGAN PERNAH DEKATI JOANNA LAGI! DASAR TIDAK TAHU DIRI! SEKARANG KAMU MENUMPANG! SEBENTAR LAGI KAU PASTI AKAN MEMBEBANKAN HUTANG ORANG TUAMU PADA ANAKKU JUGA!"

"IBU! BERHENTI!!!"

Teriakan Asmara membuat Joanna histeris. Dia terus menahan Jeffrey agar tidak pergi. Namun Hanan langsung memegangi. Karena dia juga tidak ingin anaknya hidup susah jika terus bersama Jeffrey.

"Joanna akan kami jodohkan dengan pria lain. Jadi jangan datangi dia lagi."

Ucap Hanan dengan nada datar. Saat Jeffrey lewat di depannya. Sembari membawa dua koper dan tas ransel juga.

Jeffrey yang mendengar itu hanya diam saja. Bahkan untuk sekedar melirik Joanna yang sudah menangis di pojokan saja tidak bisa. Karena dia sudah terlalu malu sekarang. Sebab merasa tidak berdaya setelah orang tuanya tiada.

Dulu, Jeffrey merasa sedikit aman saat ada mereka. Meski sering dianggap rendah oleh Asmara dan Hanan karena dia nakal saat SMA. Namun Jeffrey masih tetap diizinkan memacari Joanna. Hingga sepuluh tahun lamanya. Karena nama orang tuanya yang jelas bisa mereka pamerkan pada orang-orang.

Namun sekarang, Jeffrey tidak punya apa-apa. Tidak punya nama orang tua yang bisa dijual. Bahkan, dia harus menanggung hutang ratusan miliar orang tuanya. Karena ternyata, mereka tertipu investasi bodong dari kenalan yang kini sudah menjadi buronan.

Tbc...

HISTORY [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang