BAB 19

937 47 3
                                    

Kevin menyebalkan!

Apa maksudnya dia berbicara seperti itu kepada Darren? Aku tahu jika dia tidak suka denganku tetapi tidak harus bersikap seperti itu juga dengan orang yang dekat denganku bukan?

Untung saja Darren bukan tipe orang yang suka menanggapi apa pun yang dia rasa tidak penting sehingga dengan rasa tidak bersalah maupun berdosa bukannya meladeni setiap ucapan Kevin kepadanya, Darren justru menatap sebentar lalu pergi. Darren benar-benar menganggap Kevin seperti makhluk tak kasatmata. Sungguh, aku ingin tertawa tadi namun aku tahan sebaik mungkin.

Aku masih saja memandangi semua obat milikku yang saat ini telah berada di atas meja kerja. Namun semakin aku memandanginya, aku merasa jika jumlahnya semakin bertambah banyak dan setelah aku perhatikan baik-baik sepertinya pria dingin nan aneh itu telah menambahkan beberapa vitamin untukku.

"Mau minum obat?" Mbak Maura datang dan langsung mengambil salah obatku untuk dia lihat.

"Enggak, nanti saja sehabis makan siang. Dari mana mbak?"

"Habis dari lapangan sama tim buat ngecek proyek."

"Pantesan baru kelihatan. Eh ini si Darren lagi kesurupan apaan sih mbak? Tumben banget dia baik begini sampai-sampai kasih gw vitamin."

"Darren?"

"Iya. Barusan dia ke sini buat ngasih obat gw yang ketinggalan di mobilnya kemarin."

"Oh ya? Terus dia juga kasih elo vitamin?"

"Iya."

"Suka kali." Mbak Maura kembali menaruh obatku dan setelahnya dia pergi meninggalkanku untuk menuju meja kerjanya.

"Gak lucu mbak!"

"Dih, dikasih tahu juga. Latihan sana buat manggil gw mami mertua." ucapnya kembali sambil tertawa mengejek.

Kurapikan obat-obat milikku tadi dan memasukannya kembali ke dalam kantung lalu setelahnya aku pun kembali bekerja.

Bagaimanapun aku harus cepat menyelesaikan laporan ini jika tidak ingin kembali lembur bahkan di hari pertama masuk setelah keluar dari rumah sakit bukan?

***

Beberapa suster dan dokter menyapaku namun seperti biasa aku hanya sedikit mengangguk sebagai bentuk kesopanan dan jawaban atas sapaan mereka. Bukannya sombong namun aku memang tidak terbiasa dan menyukai kegiatan basa-basi seperti itu.

Kubuka pintu ruanganku dan mendapati Rega yang saat ini tengah asyik duduk sambil memainkan game kesukaannya di handphone.

"Tumben telat." ucap Rega tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari handphone tersebut seakan-akan jika dia melepaskan pandangannya sebentar saja maka hal buruk mungkin akan terjadi. Jujur saja aku tidak mengerti mengapa dia suka sekali bermain game hingga berjam-jam lamanya. Apa matanya tidak lelah karena harus menatap layar tersebut dalam jangka waktu lama?

"Hm."

"Ck, kebiasan deh lo Bi kalau jawab suka enggak jelas dan bikin kesal."

"Ada apa ke sini?"

Aku masuk dan langsung memakai jas kedokteranku, tidak memperdulikan Rega sama sekali bahkan ketika dia akhirnya mematikan handphone miliknya itu dan menatapku kesal karena merasa di abaikan.

"Dokter Bianca ngajak makan malem bareng. Sekalian mau pamitan soalnya kan minggu ini dia mau resign."

"Hm."

"Datang kan?"

"Hm."

"Serius deh Bi. Si Vita kok bisa suka sama elo yang kaku dan pelit ngomong begini sih? Daripada sama elo mending sama gw." mendengar perkataan Rega barusan membuatku langsung menatapnya.

Tante, I Love You (TAMAT/ Baca Selagi Tersedia)Where stories live. Discover now