BAB 70

313 34 8
                                    

Setelah berdiskusi singkat dengan Darren, aku pun memutuskan untuk menemui Kevin di rumah sakit. Aku hanya ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya supaya aku bisa melanjutkan hidupku dengan tenang.

Selain itu, aku juga ingin lebih fokus dengan rumah tanggaku. Meskipun selama ini hubunganku dengan Darren baik-baik saja, tetapi aku tahu jika kami masih memiliki masalah. Aku belum bisa membalas perasaannya.

Sebelum datang dan menemui Kevin, aku sempat menghubungi Kinan dan memberitahukannya mengenai masalah ini. Meskipun status keduanya telah menjadi mantan suami-istri, aku tetap merasa jika aku memerlukan izin darinya. Kinan berhak tahu.

Dengan perasaan gugup, aku masuk ke dalam kamar inap Kevin. Dia terlihat tengah melamun di atas kursi rodanya seorang diri. Melihat kedatanganku, membuat Kevin terkejut. Namun setelahnya dia pun tersenyum ke arahku. Senyum yang terkesan tulus.

Jangan gugup. Ingat tujuanmu datang ke sini Vita. Kamu ingin menyelesaikan masalah ini, bukan semakin memperkeruhnya. Tahan emosimu dan bicarakan semuanya secara baik-baik. Kamu pasti bisa.

Setelah meyakinkan diri, aku pun berjalan mendekatinya. Kutatap wajah Kevin yang terlihat semakin tirus sambil berusaha menekan rasa bersalahku terhadapnya. Bagaimanapun aku sudah berjanji untuk tidak bersikap seperti ini lagi, terlebih sampai menangis.

"Hai. Ini untuk elo."

Kuserahkan sebuah bingkisan untuknya. Kevin menerima bingkisan tersebut dengan senyum yang masih menggembang di wajahnya, membuatku semakin menjadi salah tingkah.

"Dimana yang lainnya?"

"Pulang. Aku meminta mereka untuk beristirahat di rumah. Kasihan jika terus menungguiku di sini."

"Oh, begitu."

"Terima kasih karena kamu sudah mau menjengukku. Aku sudah mendengarnya. Sewaktu aku koma kemarin, kamu juga telah datang untuk melihatku."

"Itu... Sebenarnya..."

Bagaimana ini? Aku tidak ingin Kevin menjadi salah paham. Kemarin aku datang karena Kinan lah yang memintanya, bukan karena keinginanku sendiri.

"Aku juga tahu, jika Kinan lah yang telah memintamu untuk datang kemarin. Apapun alasannya, aku tetap ingin berterima kasih sama kamu. Terima kasih karena kamu telah mau menjengukku."

"Darren bilang, ada yang ingin elo bicarain sama gw."

"Jadi dia benar-benar mengizinkanmu untuk menemuiku? Aku pikir pria itu tidak akan bersedia."

"Darren mengizinkannya, maka dari itu gw mau menemui elo. Jadi apa yang ingin elo katakan sama gw?"

"Bisakah kita bicara di luar? Aku merasa bosan dan sesak karena terus berada di kamar ini. Aku butuh udara segar. Satu lagi. Jika kamu tidak keberatan, maukah kamu membantuku untuk mendorong kursi roda ini. Aku sedikit kesulitan dan belum terbiasa melakukannya."

Tanpa mengatakan apapun lagi, aku pun segera mendorong kursi roda Kevin dan membawanya menuju area taman rumah sakit. Sepanjang perjalanan, hanya ada keterdiaman di antara kami berdua. Aku sibuk dengan pikiranku, begitu pun dengannya.

"Darren dokter yang hebat." ucap Kevin di saat kami berdua telah sampai di area taman rumah sakit.

"Iya. Gw tahu."

"Terlepas dari perasaannya yang memang tidak pernah menyukaiku, Darren tetap berusaha untuk bisa menyelamatkan nyawaku. Sarah bilang, ketika kondisiku benar-benar sudah tidak ada harapan lagi, Darren tetap mengusahakan agar aku bisa bertahan. Dia tidak menyerah hingga akhirnya aku kembali sadar."

Tante, I Love You (TAMAT/ Baca Selagi Tersedia)Where stories live. Discover now