BAB 57

550 40 2
                                    

Semua keperluan terkait dokumen pernikahan telah selesai aku urus. Masalah gedung, katering, dan lainnya juga hampir selesai. Tentu saja semua berjalan cepat dan lancar karena aku di bantu oleh mbak Maura, calon mertuaku.

Memanggilnya dengan panggilan mami Maura dan bukannya mbak Maura masih terasa asing untuk lidahku. Namun aku tetap harus melakukannya. Bagaimanapun dia akan menjadi ibu mertuaku kan?

Aku akan kembali ke Jogja, tentunya bersama dengan Darren. Dia terus saja memaksa untuk ikut dan mengatakan akan kembali pulang seminggu sebelum acara pernikahan. Aku yang tahu seberapa keras kepalanya dia akhirnya hanya bisa menyetujui. Lagipula semakin aku larang, Daren akan semakin memaksa. Aku menyerah.

Kurang dari 14 hari lagi kami berdua akan menikah. Sejujurnya aku masih merasa jika semua ini tidaklah nyata. Kehadiran Darren di dalam hidupku benar-benar tidak terduga. Dia datang dan tiba-tiba saja hubungan kami menjadi seperti ini. Berawal dari hubungan palsu dan berakhir menjadi hubungan nyata. Namun kesemuanya di sebabkan oleh satu nama, Kevin.

Berbicara mengenai Kevin dan Kinan, belum lama ini aku kembali mendapatkan kabar tentang keduanya. Intinya Kevin tetap menolak untuk kembali bersama wanita itu. Padahal kedua belah pihak keluarga terus saja memaksanya. Namun Kevin tetap pada keputusannya dan mengatakan jika dia akan bertanggung jawab dengan bayi mereka. Bukan sebagai suami, melainkan sebagai ayah.

Mendegar hal ini membuatku merasa sedih dan terluka. Aku tidak mengerti, kenapa Kevin tetap seperti ini. Sejak awal aku tidak pernah memberikannya harapan apapun mengenai hubungan kami berdua, terlebih setelah aku mengetahui tentang bayi mereka.

Satu hal lagi, beberapa hari yang lalu aku kembali mendapatkan kiriman bunga dari pria itu. Dia juga memberikanku surat berisi kata-kata cintanya untukku. Aku rasa Kevin memang memata-mataiku selama ini. Sehingga pada akhirnya dia mengetahui lokasi apartemen mbak Maura yang aku tinggali untuk sementara waktu.

"Kalau sudah sampai di sana, jangan lupa kabarin gw."

"Sesampainya di kosan gw akan langsung telepon elo kok mbak."

"Soal undangan, rencananya seminggu sebelum acara baru akan gw bagiin sama orang-orang di kantor. Sumpah ya, gw sudah enggak sabar buat kasih tahu soal kabar pernikahan elo sama anak gw. Pasti heboh banget. Secara yang nikah adalah Vitalia Cecilia."

"Elo yakin mbak mau mengundang orang kantor sebanyak itu?"

Mbak Maura memang berencana mengundang hampir semua pegawai kantor, khususnya para biang gosip.

"Harus dong. Pernikahan ini adalah pembuktian nyata kalau elo enggak punya hubungan khusus sama Kevin selama ini. Semakin banyak orang kantor yang kita undang, bukankah semakin baik? Seenggaknya para kaum nyinyir enggak akan berani lagi ngomongin elo, khususnya di depan gw nanti. Lagian gw kan sudah bilang sama elo sebelumnya, kalau gw mau ngundang seribu lebih orang. Itu saja belum semuanya ke undang. Asal elo tahu ya, mas Bram bahkan berencana buat bikin pesta 3 hari 3 malam untuk kalian. Apalagi yang nikah adalah anak pertama. Wajar dong kalau meriah."

Aku tidak bisa membayangkan jika hal tersebut terjadi. Selama 3 hari aku harus berdiri dan menyalami para tamu undangan yang seakan tiada henti berdatangan. Meskipun kata orang jika nantinya aku akan menjadi ratu sehari dan dalam kasus ini menjadi 3 hari, namun aku justru merasa jika aku akan lebih mirip seperti manekin yang di pajang di atas pelaminan. Itu merepotkan dan juga melelahkan.

"Elo yakin cuman mau ngundang segitu? Enggak ada tambahan tamu undangan lagi dari pihak lo?"

"Enggak mbak. Selain orang kantor dan proyek, gw kan memang enggak punya kenalan dan kerabat lagi. Satu-satunya keluarga yang masih dekat dan berhubungan dengan gw selama ini cuman bibi, adiknya ibu."

Tante, I Love You (TAMAT/ Baca Selagi Tersedia)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora