BAB 21

968 51 4
                                    

"Dokter Sarah enggak apa-apa?"

Dokter Sarah mengalami sesak napas dan membuat kami yang berada di dekatnya seketika menjadi panik dan khawatir. Entah apa yang terjadi dengannya karena tiba-tiba saja dia menjadi seperti itu. Kevin yang melihat adiknya kesakitan pun langsung berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ke arah dokter Sarah dengan cepat.

"Sarah, apa kamu makan kacang?"

Tidak ada jawaban apapun dari dokter Sarah karena saat ini dia terlihat begitu kesulitan untuk menjawab dan tentunya kesakitan. Kevin pun segera mengambil tas milik adiknya dan mengambil sesuatu di dalamnya, obat.

"Cepat kamu minum ini Sarah." dengan sigap Kevin langsung meminumkan sebuah pil kepada dokter Sarah dan tidak lama setelahnya keadaan wanita ini berangsur-angsur membaik sehingga membuat kami menjadi tenang kembali.

"Sudah berapa kali abang bilang dan ingatkan Sarah agar kamu selalu menjaga makanan yang akan kamu makan. Kenapa kamu bisa seteledor begini sih? Untung saja kamu selalu membawa obatmu. Bagaimana kalau kamu juga lupa membawanya?" ucap Kevin dengan nada suara yang cukup tinggi dan tentunya dengan sorot wajah dan mata yang terlihat begitu ketakutan akan apa yang terjadi dengan adiknya tadi.

Dokter Sarah hanya bisa tertunduk lemas dan takut karena keteledorannya tadi telah membuat sang kakak menjadi seperti ini. Berulang kali dirinya meminta maaf kepada Kevin karena telah membuatnya cemas dan setelahnya Kevin pun memeluk adiknya dengan penuh rasa kasih sayang.

Kami semua kembali ke kursi masing-masing dan melanjutkan makan malam ini sambil mencoba mencairkan suasana kembali. Tidak berselang lama dokter Sarah pun meminta izin untuk pergi ke kamar mandi bersama salah seorang temannya setelah dirinya merasa sedikit baikan.

Entah mengapa aku terus saja menatap ke arah Kevin sejak tadi bahkan saat ini dapat kulihat jika dirinya masih saja terlihat begitu ketakutan atas apa yang terjadi dengan adiknya barusan. Jujur saja ada perasaan iri dengan dokter Sarah karena dia memiliki seorang kakak yang begitu baik, perhatian dan sayang kepadanya.

Meski aku tidak menyukai Kevin akan tetapi aku tidak buta dengan sikap dan rasa sayangnya yang tadi dia tunjukkan kepada sang adik. Kevin mungkin bukan pria atau teman yang baik untukku namun bagi dokter Sarah dia adalah kakak terbaik. Tiba-tiba saja tatapanku dan Kevin bertemu dan dalam hitungan detik aku pun segera membuang wajahku untuk menatap ke arah lain.

Astaga, dia memergokiku yang tengah menatapnya? Mau ditaruh di mana mukaku sekarang? makiku dalam hati untuk diriku sendiri.

Aku menikmati makan malam ini tanpa banyak bicara. Selain merasa lelah dan belum terlalu sehat tiba-tiba saja perasaanku menjadi cukup kacau. Kejadian dokter Sarah tadi membuatku teringat dengan adik kecilku. Adik yang bahkan tidak pernah aku dengar suaranya sejak dia lahir ke dunia.

Andai saja dia masih hidup saat ini mungkin aku juga akan menjadi kakak yang seperti Kevin. Kakak yang begitu menyayangi dan selalu menjaga adiknya dengan penuh perasaaan kasih sayang. Namun semua itu hanyalah angan-anganku belaka karena nyatanya aku tidak pernah dan tidak akan pernah memiliki kesempatan tersebut.

"Dimakan." ucap Darren pelan seraya memberikan sebuah cake cokelat kepadaku.

Aku menatapnya sebentar dan setelahnya aku pun tersenyum tulus sambil mengucapkan terima kasih namun seperti biasanya pria ini hanya akan memberikan tatapan datarnya sebagai jawaban.

Dasar Darren si pria dingin dan irit bicara.

***

Tante Vita terlihat murung saat ini. Terlihat jelas dari dirinya yang menjadi tidak banyak bicara dan tatapannya yang menunjukkan kesedihan. Entah ada apa dan mengapa namun aku sempat memergoki jika Tante Vita terus saja menatap ke arah Kevin sejak tadi dan yang lebih anehnya lagi tiba-tiba saja muncul perasaan tidak suka yang aku rasakan ketika mendapati dirinya yang seperti itu. Jujur saja ini adalah perasaan asing untukku sehingga aku pun tidak mengerti dengan perasaanku saat ini.

Melihatnya yang semakin murung membuatku segera menyodorkan sebuah cake cokelat kepadanya. Seingatku dia sangat menyukai makanan manis dan selalu meminta makanan tersebut dikala dirinya sedang dalam mood yang buruk sehingga aku yang melihatnya seperti itu segera memesankan makanan ini untuknya. Tante Vita kemudian menerima cake yang aku berikan dengan wajah yang terlihat sedikit terkejut namun tidak lama dia pun tersenyum manis seraya mengucapkan terima kasih kepadaku.

Dokter Sarah telah kembali bersama dokter Nisa. Keduanya tadi pamit undur diri untuk pergi ke kamar mandi. Melihat dokter Sarah yang masih terlihat sedikit lemas membuat Kevin segera mendekati adiknya dan kembali menanyakan mengenai keadaannya.

Kevin terus saja terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan dokter Sarah dan hal itu lagi-lagi membuat Tante Vita menjadi menatap keduanya seperti tadi. Aku merasa ada yang janggal dengan dirinya sehingga membuatku terus saja memperhatikan Tante Vita hingga akhirnya kegiatanku ini dipergoki oleh Rega dan membuatnya semakin meledekku.

"Duh, yang lagi kasmaran mah beda ya." kira-kira seperti itulah ucapan Rega tadi dan disambut tawa oleh yang lainnya. Aku dan Tante Vita hanya saling terdiam ketika semuanya kembali meledek kami berdua hingga makan malam selesai dan kami semua pamit undur diri.

"Terima kasih atas kesediaan dan kedatangan kalian semua untuk makan malam ini. Saya tahu jika kalian pastinya sangat lelah dan sibuk akan tetapi masih menyempatkan diri untuk menerima ajakan dari saya. Dan tidak lupa saya juga mau bilang terima kasih kepada Mas Kevin dan anggota timnya yang lain karena telah mengizinkan kami bergabung dan mengobrol. Sungguh makan malam ini sangat menyenangkan dan berkesan untuk saya pribadi. Oh iya, biarkan juga saya yang membayar makan malam kita semua karena kebetulan saya memang ingin mentraktir kalian sebagai acara perpisahan saya yang akan segera resign dari rumah sakit."

"Ah, tidak perlu dokter Bianca. Kebetulan saya juga berniat untuk mentraktir anggota tim saya tadi. Sekali lagi terima kasih atas niat baiknya dan sejujurnya saya pun merasa sangat senang dengan makan malam ini."

"Tidak apa-apa Mas Kevin, sungguh. Tolong biarkan saya yang membayarnya ya, anggap saja ini sebagai permintaan hahaha." dan setelah sedikit berdebat tentang siapa yang akan membayar, akhirnya dokter Biancalah yang keluar sebagai pemenangnya dan membuat Kevin serta teman-teman kantornya terus saja mengucapkan terima kasih kepadanya.

"Saya ucapkan terima kasih dan maaf karena telah merepotkan dokter Bianca padahal kita baru bertemu malam ini."

"Sudah saya katakan jika tidak apa-apa mas. Lagi pula saya yang seharusnya berterima kasih dan bersyukur karena acara perpisahan saya menjadi semakin ramai dengan kehadiran yang lainnya."

Setelah kembali berbincang sebentar kami semua akhirnya memutuskan untuk berpisah. Kami pun berjalan keluar restoran untuk menuju parkiran dan kembali berpamitan di sana namun sebelum Tante Vita berjalan semakin jauh ke arah mobilnya dan pulang, aku pun segera menahannya.

"Ada apa?" tanyanya dengan wajah bingung saat aku tiba-tiba saja menarik tangannya dan membuat kami berdua sedikit menjauh dari yang lainnya.

"Tante kenapa?"

Aku rasa aku benar-benar masih penasaran dengan sikapnya tadi sehingga daripada aku tidak bisa tidur lebih baik aku tanyakan saja secara langsung.

"Apa?"

"Tante suka Kevin kan?" ucapku sedikit tidak suka

Ada apa denganmu Darren?

Tante, I Love You (TAMAT/ Baca Selagi Tersedia)Where stories live. Discover now