Dikejar Mantan

110 29 15
                                    


Maaf, ya, baru bisa update. Doakan badanku selalu sehat. Hhhehehe

Oiya, untuk chat yang dimaksud, aku share di IGs, ya. Biar kalian tahu bagaimana koplaknya si Andre. Muahahhaha.

Apa aku share di sini juga, ya?

***

Sebenarnya aku tak takut masuk ke kantor hari ini, sih. Aku tak berbuat salah. Semua laporanku balance dan tidak ada koreksi, Bu Marta sudah pastikan itu. Tetapi sejak aku melepas helm di area parkir, aku ragu melanjutkan langkah sampai lobby kantor. Sekelebatan isi chat dengan grup baru yang kupunya melintas begitu saja.

Ah ... itu tak seberapa dibanding chat pribadiku dengan Andre. Tuhan! Kenapa aku dikirim makhluk seperti Andre, sih? Gunanya apa coba? Menghiburku? Aku tak butuh dihibur.

"Pagi, Yuni."

Aku menoleh sembari gelagapan. "Pagi, Bu." Suara yang menyapaku sudah dapat dipastikan kalau miliknya Bu Marta. Beliau berjalan anggun dengan senyum lebar, menghampiriku, serta merangkul begitu saja. Entah kenapa jantungku kerjanya makin tak normal. Mataku sama sekali tak menurunkan intensitasnya dari mengamati tiap gerak gerik Marta yang sudah ada di dekatku ini.

"Jadi ... sudah resmi nih?" tanyanya.

Apa kubilang. "Resm jadi karyawan BBRI? Kan, sudah dua tahun lalu." Aku nyengir saja.

Marta berdecak tapi kemudian, senyumnya timbul lagi. "Saya rasa Andre baik, Yun. Selama saya di Senayan belum pernah bertemu cowok macam Andre yang gigih mengerjar perempuan, lho."

Ingin sekali aku menjungkirbalikkan kata yang Marta ucap namun, bisa perang dunia. Jadi pilihan melebarkan senyum adalah paling mujarab untuk saat ini. tanpa sadar kami sudah memasuki lobby kantor di mana Andre sudah duduk di meja kerjanya. Seperti biasa, kadang tingkahnya over sekali saat kami bersemuka.

"Pagi, Kak Yuni."

Tak perlu melambaikan tangan seharusnya bisa, kan, ya? Kalau Andre mana bisa! Yang ada malah semakin jadi seolah bertemu denganku ini kebahagiaan tersendiri. Bocah banget, kan?!

"Pagi." Tak baik kalau aku tak merespon sapaan itu. Lagi juga sepertinya bukan hanya aku yang dapat sambut selamat pagi nan heboh ala Andre. Marta juga. Yang mana ditanggapi Marta tak kalah antusias.

"Aku bawakan sarapan. Kak Yuni sudah sarapan?" tanyanya begitu aku masuk ruang di area penyimpanan. Andre ternyata mengekoriku.

"Belum, sih." Energi debatku habis. "Lo bawa apa memangnya?"

"Mie Goreng Mawut."

Keningku berkerut tapi tak lama karena Andre dengan kurang ajarnya menyentuh juga mengusap di sana.

"Jelek kalau kebanyakan mikir. Dinikmati saja. Ayo." Yang jauh lebih sialan lagi, tangan Andre segera menarikku mengikutinya. Di mana kotak bekal yang biasa ia bawa, sudah ada di meja. Aku diminta untuk duduk segera. Rasanya mau bantah tapi wajah Andre semringah. Mana aku tega mengubahnya.

Jadilah aku duduk sembari memerhatikan tingkah Andre mengeluarkan isi kotak bekalnya. Aroma gurih serta kurasa ditaburi bawang goreng yang renyah mulai menganggu penciumanku.

"Silakan," katanya sembari mendorong piring bagianku. Ada dua atau tiga potong udang di dalamnya. Irisan bakso juga turut menghias di sana. Belum juga aku mencoba tapi liur ini sudah menetes.

"Siapa yang buat?" Tak sabar, aku menyuap besar bagianku. Aku tahu, tiap gerak yang kulakukan sejak tadi dinikmati Andre. Malah sekarang, senyum miliknya makin lebar. "Lo enggak makan?" tanyaku sembari berusaha mengunyah sajian ini. Sumpah. Ini enak.

CINTA LEILAHWhere stories live. Discover now