Apakah dunia ingin kita bahagia?
Ini tentang mereka, kedua anak yang berbeda genre, tetapi sudah terikah sesuatu yang sakral sejak berumur 10 tahun. Di saksikan oleh orang tua dan sahabatnya.
Ini bukan perjodohan, tetapi perjanjian.
"Aku akan berha...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hujat!
Tidak pernah sekalipun dihujat.
Tidak ada celah yang semua orang temukan dalam dirinya.
Tidak pernah sekalipun dia menebar pengaruh negatif secara terang-terangan.
Tapi sekarang! Semua orang menatapnya intens dan sinis, seakan-akan dia baru saja melakukan kesalahan yang sangat fatal.
"Jahat banget sih, kakak sendiri di bunuh."
"Jalang kek dia kok masih sekolah sih?"
"Pasti keluarganya nggak ada yang tau soal itu."
"Padahal Marsya dari keluarga kaya raya."
"Orang jahat dilihat bukan dari luarnya."
"Jijik banget sih pernah muji dia."
Marsya mengerutkan dahinya bingung, kemudian menatap mading yang berada tepat di samping tangga saat menuju kelasnya.
Foto itu?
Dia membunuh abangnya!
Bermain dengan seseorang di club!
Melahirkan!
Dan juga membuang anaknya!
"Sialan! Tunggu pembalasan gue Queen." ujarnya dalam hati dan menatap foto itu penuh kebencian. Kemudian merobeknya dengan kasar.
"Masih punya malu, jalang?"
"Maksud lo apa hah bikin editan kayak gini!" serkas Marsya penuh dendam kepada Queen.
"Lho? Editan? Meningan sekarang lo ke aula deh." kata Queen jengah, kemudian berjalan melalui Marsya bersama Aidan.
"Kamu yang nyebarin itu Ay?" tanya Aidan seraya merangkul bahu Queen.
"Iya, aku takut kalo makin ke sini, Marsya nyakitin baby kita, walaupun aku tau kalo kita masih bisa lawan dia."
Aidan mengangguk, kemudian membantu Queen untuk duduk di bangku wanita itu. "Itu lebih baik. Aku juga takut Ay, apalagi tadi malem, waktu liat kamu kayak gitu."
Queen tersenyum lembut menyambut pelukan hangat suaminya. Laki-laki itu bahkan berjanji tidak akan menyentuh Queen sampai wanita itu melahirkan.
"Udah nggakpapa, semuanya baik-baik aja." kata Queen menenangkan suaminya itu.
