Bab 10

22 0 0
                                    

#bebas

Aku gak mau berprasangka buruk, tapi dengar langsung neneknya Abel yang mengatakan akan men-support Raymond supaya rujuk denganku. Tiba-tiba teringat beberapa saat lalu, ketika beliau membela mantan menantunya ini saat harga diriku direndahkan oleh Bu RT.

Tanganku hendak mengetuk pintu. Namun malah mengenai dada Raymond, bersamaan dengan itu dirinya keluar. Jelas kami sama-sama terkejut, tetapi pria beraroma minyak kayu putih itu tampak berusaha tenang.

"Pasti cari HP, kan?" tebaknya.

"Iya."

"Barusan mau kuantar." Raymond mengulurkan ponselku.

"Thanks, aku balik dulu."

Belum ada suara langkah masuk atau pintu tertutup, berarti Raymond masih mengawasiku.

"Mon!"

Kenapa manggil-manggil lagi, sih.

"Apa?" Aku menoleh.

"Take care!"

Elah, kaya rumahku di benua Afrika saja.

"Mon!" Yassalam, si Joko.

"Apa lagi, sih?"

"Have a nice dream!"

"Thanks."

"Mon!" Allahu akbar, ini manusia iseng banget jadi mantan. "Awas di depanmu--"

Brak!

Kepalaku terantuk pintu pagar. Bukan perkara sakitnya tapi malunya tembus sampai sum-sum tulang. Pak RT dan Bu RT yang ketuker bajunya, malah aku yang gagal fokus.

"Ray! Bisa gak sih gak usah taruh pintu pagar di sini!"

"Mon! Are you okay?"

____

Tepat pukul tujuh malam, Raymond datang ke rumah seperti biasa. Bedanya dia gak sendiri, tapi sang mama turut serta bersamanya. Apa ini salah satu rencana mereka bekerjasama untuk menaklukkan hatiku?

"Mon, Mama kepengin ngobrol sama kamu, bisa?"

Gak ada paksaan dari nada bicara dan raut wajah Raymond. Sulit bukan mencairkan hubungan beku bertahun lamanya? Seakan mengulang sebuah perkenalan. Kata maaf untuk sang mertua itu ada. Namun untuk kembali dekat seperti dulu, aku gak yakin bisa. Raymond tahu akan hal itu, untuk itulah dia menjaga perasaanku di depan sang Mama.

"Bisa, Ray. Silakan masuk, Ma!" Aku mengayunkan tangan untuk wanita yang langsung memancarkan binar di wajah tuanya.

"Aku langsung ke kamar Abel, ya. Kalian ngobrol aja berdua." Raymond melangkah ke ruangan berbeda di mana sang putri telah menunggunya.

"Mama mau bicara apa sama Mona?"

Buang atau turunkan egomu, Mon! Sepertinya wanita yang masih kebingungan merangkai kata itu amat jauh berbeda dari sosok yang kamu temui terakhir kali usai persidangan. Teramat sederhana penampilannya dan lebih berhati-hati jika ingin berbicara.

"Terimakasih untuk tetap memanggil mantan mertuamu ini dengan sebutan ... mama." Bibir beliau bergetar, begitu pula dengan jemari di pangkuan.

"Mona juga berterimakasih karena kemarin Mama belain Mona."

"Itu karena kamu di pihak yang benar."

"Iya."

Ada sedikit jeda lagi setelahnya, sebelum Mama mertua meraih tanganku lantas  menyerahkan sesuatu. Sebuah kartu debit  dan buku tabungan berlogo salah satu Bank lokal.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ketika Mantan Bikin Nyaman Where stories live. Discover now