Bab 40

154 12 0
                                    

Ntah bagaimana nasib Clara bersama dengan buk Sona di dalam ruangan BK tersebut Dila tak tahu karena di suruh untuk keluar oleh buk Sona dan ingin bicara berdua dengan Clara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ntah bagaimana nasib Clara bersama dengan buk Sona di dalam ruangan BK tersebut Dila tak tahu karena di suruh untuk keluar oleh buk Sona dan ingin bicara berdua dengan Clara.

Dila menghela nafas lelah, setidaknya ia merasa lega setelah menjambak rambut Clara sekuat tenaga tadi, "huh~ jadi laper rek," ucapnya sambil mengusap perut.

Gadis itu tampak membelokkan langkahnya ke kanan bukan ke kiri di mana seharusnya kelasnya berada, Dila ingin makan di kantin tapi langsung terhenti di tengah jalan begitu sadar.

"Bangsat! Mana ada makanan di kantin sekolah jam segini, gua lupa lagi sama ni sekolah," ucapnya seraya menepuk jidatnya sendiri.

Dila kembali berbalik ke arah kelasnya, ia berjalan dengan berat hati. Ia sama sekali tak asa niat untuk belajar saat ini, mengingat bagaimana santainya saat ia berada di rumah sakit selama 3 hari. Diliriknya jam yang ada di layar hpnya, sudah sekitar jam 08.11 berarti jam pembelajaran sudah berjalan selama 25 menit.

Mau cabut nggak ada temen, batinnya dengan wajah lesuh.

Dila berhenti di sebuah pintu kelas, tepat di dekat kejadian dimana dia dan Clara melakukan eksperimen sampo yang paling bagus untuk rambut rontok.  Dengan tangan kiri ia membuka pintu tersebut dengan cepat.

"Maaf telat pak," ujar gadis itu langsung berjalan masuk.

Semua mata di kelas menatapnya, berbagai jenis tatapan di dapatkan Dila saat ini. Mulai dari kaget, tak percaya, ingin tertawa, dan mengejeknya. Sedangkan untuk Angel, gadis itu memberikan tatapan seolah berkata-kata 'udah gila ya?' da Amel bersama 2 lainnya hanya menghela nafas panjang tak habis pikir.

"Dari mana aja kamu Dira?" Tanya guru yang tengah duduk di bangku guru di kelas tersebut.

"Ruang BK pak," jawab Dila tanpa menoleh ke belakang.

Pria itu tampak mengernyit tak suka, "kamu belakang ini sering banget buat masalah ya?" Tanya guru tersebut membuat Dila memutar bola matanya.

"Bukan saya yang bikin pak, tapi saya korbannya,"

"Heh! Maksud kamu apa hah? Banyak gaya kayak gitu?"

"Biar mengukir sejarah pak," jawab Dila membuat guru tersebut semakin naik darah.

Gadis itu mengabaikan ceramah panjang lebar yang keluar dari guru tersebut. Dila hanya pura-pura tak dengar sambil mengorek upilnya dengan wajah cuek bebek.

Agra yang duduk di dekatnya memasang wajah dengan tatapan tajam mengisyaratkan agar Dila segera untuk meminta maaf, gadis itu alih-alih minta maaf ia malah nyengir-nyengir tak karuan ke arah Agra.

Celotehan guru tersebut baru berhenti saat pintu kelas mereka kembali di ketuk, terlihat beberapa pria saat pintu tersebut di buka.

"Maaf mengganggu kegiatan belajarnya pak, saya dan tim ada pergi dengan beberapa orang dari kelas ini," ujar pria tersebut dengan nada sopan.

Guru yang sedang berdiri tersebut tampak kebingungan dan hanya mempersilahkan mereka untuk melakukan keperluan mereka.

"Kepada nak Dira," panggilnya.

Hah? Gua? Ngapain gua di panggil-panggil? Batin Dila heran.

Dengan wajah kenuh keheranan gadis itu bangkit dari bangkunya, kini teman-teman sekelasnya mulai berbisik-bisik akan sesuatu yang tak diketahui olehnya.

"Dan nak Agra, kami minta waktunya sebentar," sambung pria itu membuat Dila melotot kaget.

Ia langsung menoleh ke arah Agra yang tampak sedikit bingung, mereka berdua beranjak dari bangku mereka dan mengikuti langkah pria yang ada di depan mereka tersebut.

"Heh!" Panggil Dila sambil berbisik, "ngapain kita di bawa anjir?" Tanya Dila bingung.

Agra melirik Dila dari sudut matanya, "nggak tau juga," jawabannya dengan suara lunak.

Dila menghela nafas panjang, ia melipatkan kedua tangannya ke belakang kepala,"huh~ mana gua lagi laper lagi," keluhnya dengan wajah sedih.

Mereka kini berjalan menuju ke ruang BK, membuat suasana hati Dila semakin jengkel, ka masih kesal karena harus kembali lagi ke sana. Mereka langsung di bawa masuk ke dalam ruangan yang masih ada buk Sona, Clara dan lebih banyak anggota OSIS lainnya.

Dila dan Agra berdiri di dekat anggota OSIS tersebut dengan perasaan yang bertanya-tanya, Agra sempat berbisik pada anggota OSIS tersebut walaupun ntah apa jawaban yang diberikannya.

Kini di mata Dila wajah Clara jauh lebih pucat dari sebelumnya, gadis itu meremas-remas jemarinya dengan kepala menunduk.

"Maaf telah mengganggu waktunya buk," ujar pria tersebut dengan sopan.

Buk Sona hanya merespon dengan sebuah anggukan, ia membiarkan pria tersebut mengambil alih pembicaraan mereka di ruangan tersebut.

"Sebelumnya kamu dari kepolisian ingin menyampaikan bahwasanya pelaku penculikan pada nak Dira telah di temukan," kata polisi tersebut yang kekbuat Dila dan Agra makin terkejut.

Sius? Pasti banyak duit dari Om Agam buat nyari kan? Kalau nggak mana jalan tu kasus, batin Dila dengan wajah tak percaya.

"Kami juga telah menginterogasi para pelaku yang berstatus preman tersebut dan berhasil mendapatkan petunjuk lanjutan," sambungnya menjelaskan, Dila mendengar dengan saksama akan hal tersebut.

Clara masih duduk di sofa tersebut tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, pria itu menjelaskan beberapa informasi akan pad pelaku sebelum akhirnya menyampaikan informasi yang mereka dapatkan.

"Para pelaku menyatakan kalau diri mereka merupakan suruhan seseorang juga, mereka mengatakan kalau seseorang telah membayar mereka untuk melakukan tindak penculikan pada nak Dira pada 4 hari yang lalu, informasi tentang perusuh para preman tersebut adalah."

Mata polisi tersebut beralih ke arah Clara yang masih tertunduk diam, gadis itu tampak semakin panik saat ini.

"Para pelaku menyampaikan kalau mereka di suruh oleh seorang wanita yang mengenakan seragam yang sama dengan nak Dira, mereka menyebutkan kalau pelaku sebenarnya adalah Clara Nainala."

Dila menganga tak percaya, ia sangat terkejut akan penjelasan para polisi tersebut. Sama sekali tak terpikirkan oleh kepalanya kalau akan selesai secepat ini, tapi tebakan kalau memang salah satu anggota geng Lancie pelaku penculikan kemarin memang benar adanya saat ini. Clara semakin gemetar ketakutan, kini tatapan kemarahan dari buk Sona semakin terlihat jelas, masalah yang dibuat oleh Clara saat ini sudah sangat melanggar aturan. Bahkan sampai melakukan tindak penculikan pada salah satu murid SMA Royal Elit tersebut.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia Kembaranku [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang