Bab 43

124 9 0
                                    

Dila keluar dari sebuah kamar setelah selesai mengganti seragam sekolah yang ia kenakan tadi dengan pakaian biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dila keluar dari sebuah kamar setelah selesai mengganti seragam sekolah yang ia kenakan tadi dengan pakaian biasa. Di luar tampak Agra yang sudah menunggu sambil menatap ke arah jam tangan di pergelangan tangannya.

Rona merah mewarnai wajah Dila, ingatan memalukan yang barusaja terjadi sekitar 10 menit yang lalu kembali berputar di dalam kepalanya.

Agra mengangkat pandangannya ke arah Dila, "udah?" Tanyanya dengan senyum tipis.

"U.. udah kok," jawab Dila sambil mengibaskan rambutnya dan memalingkan wajahnya.

Agra mengangguk dan berjalan menuju kearah lift, Dila memerhatikan Agra diam-diam melirik setiap sudut dengan tatapan aneh.

Okelah, gua paham kenapa si landak menor suka sama ni anak, wajahnya lumayan juga kaya lagi, batin Dila memangut-mangut.

Kedua remaja tersebut masuk ke dalam lift dan kembali turun ke lantai satu, Dila berdiri sambil menggerakkan kaki kirinya yang tak mau diam, Agra melirik ke arah Dila yang sedang memasang ekspresi kesal. Matanya mendapati sebuah tanda yang cukup menarik perhatian di lengan kanan gadis tersebut.

"Ini?" Tanya Agra sembari menatap lengan Dila.

Dila ikut menatapnya, "oh! Ini? Dulu waktu kecil nggak sengaja nyebur ke got waktu belajar main sepeda," jawab Dila sembari mengusap bekas luka akibat terkena sudut jalan yang rusak.

Agra hanya mengangguk, "sakit?" Tanya cowok itu seolah khawatir.

"Sekarang mah kagak kalau dulu iya, haha mana gua sempat-sempatnya ngutuk tu got setiap lewat," ucap Dila sambil tertawa.

Kedua sudut bibir Agra naik memperlihatkan sebuah senyum geli melihat Dila yang terkekeh akibat ulahnya sendiri. Mereka sampai di lantai satu dan langsung menuju ke bagasi rumah Agra. 

"Hati-hati ya," ujar Milfa yang sudah ada di dekat garasi rumah.

Dila tersenyum lebar, "oke Tante," jawabnya dengan nada riang membuat Milfa tersenyum lebar.

Agra tak mengubris hal tersebut dan bergegas mengambil sebuah mobil berwarna hitam yang berbeda dengan sebelumnya. Dila mengikuti Agra dengan wajah bingung ia masih tak tau kenapa Agra mengabaikan ibu sebaik dan secantik Milfa.

Milfa melambaikan sebelah tangannya saat mobil yang Agra bawa meninggalkan gerbang rumah. Dila duduk di sebelah Agra yang sibuk mengemudikan mobil tersebut dengan wajah serius.

"Kok lu nggak jawab sih?" Tanya Dila dengan penasaran.

"Apa?"

"Tuh, emak ku kan bilang hati-hati, jawab kek," ujar Dila memperjelas dengan wajah kesal.

Agra hanya diam tampak tak ingin membahas hal tersebut lebih lanjut. Ia hanya sibuk memegangi setir mobil dan menatap lurus ke depan tanpa arah.

Dila menghela nafas panjang, ia juga tak mau lebih lanjut hak tersebut melihat Agra yang tak bersahabat akan pembahasan tersebut. "Udah deh, ke kiri ya ntar pas persimpangan," ujarnya sambil menghela nafas.

Dia Kembaranku [Slow Update] Where stories live. Discover now