Bab 41

152 10 2
                                    

Di ruangan kepala sekolah terlihat sebuah layar digital yang memperlihatkan beberapa orang yang tampak berpakaian rapi dengan tatapan dingin satu sama lainnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di ruangan kepala sekolah terlihat sebuah layar digital yang memperlihatkan beberapa orang yang tampak berpakaian rapi dengan tatapan dingin satu sama lainnya.

"Semuanya baik-baik saja?" Tanya salah satu pria yang ada di layar tersebut.

Pak Mahessa tersenyum, "tentu saja, masalah kemarin sudah selesai dengan bersih," jawabnya dengan wajah yang sangat menyakinkan.

Pria lainnya mulai membuka mulut, "baguslah kalau begitu, reputasi kamu sebagai donatur dan sponsor sekolah tersebut bisa rusak nantinya," ujar pria dengan kacamata emas tersebut.

"Benar!" Sambung wanita dengan lipstik merah cetar di bibirnya.

Pak Mahessa terkekeh, "saya tahu apa yang anda semua khawatir, tapi anda semua tenang saja akan menyelesaikan semua masalah agar reputasi kita semua baik-baik saja," kata pak Mahessa yang di sambut dengan tawa ramah di latar tersebut.

"Memang seharusnya begitu," jawab wanita dengan sebuah kacamata merah yang bertengger di batang hidungnya, dan rambut yang di tata seperti konde.

"Bagaimana dengan pak Shankara?"

Pak Mahessa menaruh kedua tangannya ke atas meja, "saya dengar pak Shankara sedang sibuk belakang ini mengurus bisnisnya jadi akan sulit di ajak bertemu," jawanya menjelaskan.

Mereka semua mendengus dengan berbagai macam ekspresi, mulai dari memaklumi, tak suka, tak peduli, dan senang. Bisa di tebak kalau semua di layar tersebut adalah para petinggi SMA Royal Elit yang sejauh ini memberikan sponsor dan dana agar tetap menjadi tempat menghasilkan murid-murid lulusan terbaik. Ntah itu pengusaha, wartawan, pengacara, hakim, direktur perusahaan, kepala dinas, ataupun salah satu anggota dari badan pendidikan.

Sepanjang obrolan mereka tersebut pak Mahessa masih memasang senyum lebar, ntah apa yang ada di pikirannya saat ini yang pasti hal itu akan menguntungkan dirinya sendiri.

                                ✨✨✨

Sepanjang jam pembelajaran berlanjut sampai pulang hari senin ini, tak banyak yang mengajak Agra dan Dila untuk membahas panggilan polisi pada mereka tadi. Lancie dan Acha juga tampak sedikit canggung akan keadaan kelas yang mendadak membicarakan Clara yang sama sekali tak kembali ke kelas.

Soal Clara, gadis itu di bawa oleh pihak kepolisian dengan tujuan untuk menelusuri lebih lanjut akan tindakannya itu. Dila hanya di beri tahu akan informasi selanjutnya beberapa waktu ke depan.

Jam pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu, gadis itu masih sibuk berdiri di depan kelas sambil bergumam sesuatu. Amel, Angel, dan lainnya sudah lebih dahulu di usirnya untuk pulang.

La amat dah, mana sih tu anak? Batin Dila.

Ia sedang menunggu Agra saat ini, anak itu pergi ke suatu tempat di sekolah ini dan meninggalkan tasnya begitu saja di kelas, membuat Dila ikut menunggu di sana sendirian.

Dila melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam 15.58 dan langit sudah mulai mengubah warna menjadi sedikit berwarna oranye.

Pintu kelas akhirnya terbuka dan yang datang adalah Agra, anak itu mengangkat kedua alisnya bingung melihat Dila yang masih di sekolah.

"Lama amat lo, dari mana aja?" Tanya Dila sebal.

Ia berjalan mendekati Dila, "ngapain masih di sekolah?" Tanya Agra berbalik pada Dila tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.

Dila memutar bola matanya, "gua dulu yang tanya, dari mana aja lo?" Tanya Dila lagi dan mengabaikan pertanyaan Agra barusan.

Agra menghela nafas panjang sambil mengacak rambutnya yang berwarna hitam, "dari ruangan kepala sekolah tadi sebentar, lu ngapain masih di kelas?" Jawab Agra dan kembali memberikan pertanyaan yang sama.

Dila berdecak sebal, "nunggu elu lah, bokap gua nggak bisa jemput hari ini, gua mau nebeng elu pulang hehe," jawab Dila sambil menyengir.

Agra tampak terkejut, selama ini Dira sama sekali tak mau di antar pulang kecuali benar-benar keadaan yang tersedak seperti sakit. Tapi kini gadis yang berusaha ia hindari itu tampak mulai mendekatinya lagi, seperti dulu.

"Boleh nggak?" Tanya Dila mulai jengkel.

Agra hanya mengangguk dan beranjak ke arah mejanya untuk mengambil tas, Dila mengepalkan tangannya dengan wajah gembira. Ia mengikuti langkah Agra yang berjalan menuju ke parkiran sekolah.

Wow~ boleh juga nih, batin Dila dengan wajah senang.

Agra kali ini tam menggunakan motor ninja miliknya, anak itu membawa sebuah mobil bermerek A. berwarna hitam mengkilap yang mengalahkan kilatan kepala pak botak dekat pantai. Agra beranjak mendekati pintu mobil dan membukakan salah satu pintu tersebut untuk Dila.

Dila hanya mengangguk-angguk dan masuk ke dalam mobil Agra seolah-olah dialah pemilik dari mobil tersebut dan Agra adalah supirnya. Agra menutup pintu perlahan dan menuju ke pintu lainnya.

"Oh! Iya ke rumah elu dulu ya!" Ujar gadis itu yang membuat Agra menghentikan tangannya yang hendak menyalakan mesin mobil.

Kerutan muncul di dahi Agra, "ngapain?" Tanya anak itu.

"Ganti baju, gua malas pergi pake seragam sekolah," jawab Dila seraya memasang sabuk pengaman bangkunya.

"Tapi-"

"Udah ah! Ganti baju aja kok pelit banget, gua bawa baju gantinya kok, lu tenang aja," potong Dila tak ingin membuang waktu lebih lama lagi.

Agra ingin mengomplen tapi tak diberi kesempatan oleh Dila yang terus mendesaknya agar cepat berangkat. Dengan perasaan bertanya-tanya ia menyetir mobil ke arah rumahnya yang berlawanan dengan rumah Dila.

Di sepanjang jalan Agra sesekali mencuri pandangan ke arah Dila yang bicara sendiri, "lu mau kemana?" Tanya Agra memulai pembicaraan.

Dila menghela nafas kasar, "udah nggak usah banyak tanya nanti lu juga bakal tahu kok," jawab Dila yang makin membuat Agra merasa tak aman.

Hehe, gua bakal mulai dari elu Clara! Batin Dila dengan senyum liciknya.

Agra masih berkeringat dingin, merasa kalau gadis yang duduk di sebelahnya saat ini sedang merencanakan hal jahat nan nekad saat ini.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Dia Kembaranku [Slow Update] Where stories live. Discover now