01: Object

2.8K 197 62
                                    

KRING!

Dering telepon membangunkan aku dari tidur panjangku. Dengan mata yang masih tertutup aku cari keberadaan handphone milikku di atas nakas. Tanpa melihat nama yang tertera di layar handphone, aku angkat panggilan masuk yang menganggu waktu istirahatku tersebut.

"Y/n!" panggil seorang laki-laki yang sangat aku kenal dari seberang telepon. Aku hembuskan napas kasar sebelum menjawab panggilannya dengan suara yang serak, "Kenapa Chan?" tanyaku tanpa berniat beramah tamah dengan rekan kerjaku bernama Lee Haechan tersebut.

Kami bekerja di sebuah perusahaan robotik terbesar di benua Asia bernama Neo Corp. Kami sedang mengerjakan mega proyek yang menyangkut keselamatan umat manusia, itulah sebabnya Haechan terus meneror walau diriku sedang dalam proses pemulihan dari penyakit campak.

Proyek tersebut awalnya berfungsi hanya sebagai media untuk para elite global yang tak memiliki keturunan untuk terus melanjutkan masa kejayaan mereka hingga ratusan tahun ke depan menggunakan ingatan yang mereka tanam di robot humanoid buatan kami.

Tetapi seiring berjalannya waktu dan banyaknya kegagalan yang kami lakukan dalam percobaan pembuatan robot, permintaan para petinggi perusahaan semakin kompleks pula dengan menginginkan robot yang serupa dengan manusia namun memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi dan kekuatan yang serupa dengan senjata yang kami gunakan selama ini.

"Hari ini kamu masuk kerja kan?" pertanyaan Haechan ini seperti obat yang harus aku dengarkan minimal satu hari sekali. Aku hembuskan napas kasar lalu menjawab, "Iya, masuk. Apa kalian sudah menyiapkan robot wanita yang aku maksud?" aku bertanya, sekaligus mengingatkan Haechan jika belum melakukan yang aku perintahkan tersebut.

Haechan pun menjawab, "Sudah, robotnya bahkan sudah kami masukkan ke dalam kubah. Kami menunggu kehadiranmu untuk perilisan objek Jaemin!" ujar lelaki itu, tanpa sadar membuatku mengerutkan dahiku. Objek Jaemin katanya?

"Siapa yang memberikan nama Jaemin untuk Objek 99?" tanyaku begitu penasaran. Haechan pun tertawa lalu menjawab dengan nada bicara yang iseng, "Taemin sunbae!". Refleks, aku membuka kedua atensiku lalu memandang ke arah jendela kamarku yang telah terbuka lebar. Rumah ini telah dilengkapi sistem yang akan terus bekerja walau tanpa kendaliku secara manual. Salah satunya dengan membukakan gorden di pagi hari agar cahaya mentari dapat masuk dan menyinari ruangan ini.

Dapat ku lihat cahaya mentari pagi yang mengintip walau belum sepenuhnya terbit di ujung cakrawala. Dalam hati bertanya, apakah aku harus melanjutkan hidup hari ini atau menyerah saja pada semuanya? Rasanya seperti waktu istirahat yang telah aku habiskan tetap tak bisa mengobati rasa lelah yang aku rasakan. Aku butuh lebih banyak adrenalin agar membuat diriku seperti hidup kembali.

"Halo? Y/n! Bagaimana keadaanmu?!" tanya Haechan menghambur lamunan dengan mudahnya. Aku gigit sebentar bibir bawahku lalu menjawab, "Sudah mendingan, aku siap-siap dulu ya." jawabku sambil bangkit dari tidurku untuk merenggangkan tubuhku. "Baiklah kalau begitu, aku tunggu di kantor ya!" setelah mengatakan itu, Haechan matikan panggilan tersebut. Memaksaku bangkit dari kasur milikku untuk memandangi pemandangan dari jendela kamarku. Waktu masih menunjukkan pukul enam pagi, aku nyalakan sebuah robot setinggi diriku di area dapur, sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Aku berniat menenangkan pikiranku dengan berendam air hangat sebelum memulai hari, tak lupa dengan membersihkan sekujur tubuh dan bulu-bulu tipis di tangan, kaki, hingga kewanitaanku. Setelah melakukan perawatan diri dan mengeringkan rambut, aku santap sarapan pagi yang telah disediakan oleh robot pembantu di rumahku. Aku yang membuat robot wanita setinggi diriku tersebut dan berkat kehadiran robot pembantu ini, aku merasa sangat terbantu dalam hal pekerjaan rumah. Aku hanya perlu mencari uang untuk diriku sendiri tanpa perlu memikirkan urusan pekerjaan rumah lagi.

TRIAL AND ERRORWhere stories live. Discover now