06: Sempurna

1.5K 118 56
                                    

YOU POV

Atensiku mengerjap dengan perlahan seiring ku rasakan sakit yang teramat sangat di sekujur tubuhku terutama pada bagian perut hingga kakiku. Tanpa sadar, aku meringis kesakitan yang membuat seorang laki-laki yang berdiri di samping kasur menaruh perhatian padaku. Lelaki tampan itu memanggil namaku dengan nada penuh kekhawatiran, "Y/n!". Sementara diriku merasakan aman saat mengetahui keberadaan rekan kerjaku tersebut di dekatku.

"Sunbae.." aku menggumam pelan sambil berusaha meraih tangan Taemin yang didorong menjauh oleh para perawat dan dokter yang ingin memeriksa keadaanku. Mereka senter ke arah bola mataku secara bergantian sambil menanyakan tentang keadaanku saat ini. Namun, perhatianku terus berfokus pada Taemin yang berdiri dengan kondisi tubuh penuh luka di belakang sana.

"Nona Y/n, jangan banyak bergerak dulu!" pinta dokter yang menangangi ku. Aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri ketika aku sadar diriku telah berada di dalam kubah lain selain kubah penelitianku yang dipecahkan oleh robit buatan kami. Ya, robot Jaemin yang sangat terobsesi padaku sampai dibatas yang tak bisa ia kendalikan lagi. Aku takut Jaemin menghancurkan kubah ini lagi atau membunuh semua orang yang berada dalam gedung ini. Sungguh, aku tak ingin ada yang terluka lagi berkat objek penelitianku tersebut, itulah sebabnya aku berusaha bangkit dari dudukku untuk mencari keberadaan robot tersebut.

"Jaemin.. Dimana?" tanyaku dengan susah payah. Taemin yang sadar atas kekhawatiranku pun berusaha menembus para perawat demi menenangkan diriku yang sangat ketakutan akan hal tersebut. Taemin raih tanganku untuk digenggamnya erat, "Tenanglah, Jaemin sedang mengisi daya diluar kubah ini bersama Haechan. Kau aman berada di dalam kubah ini bersama kami, Y/n." ucap lelaki jtu yang langsung aku jawab dengan gelengan kepala. Aku minta pada Taemin untuk, "Tolong jangan buat dia marah lagi atau tolong kendalikan Jaemin agar amarahnya tak menggebu-gebu Sunbae. Kalian bisa merestartnya ke mode pabrik!" pintaku sedikit berbisik agar hanya Taemin sunbae yang mendengarnya.

Sialnya, Taemin yang sekarang menggelengkan kepalanya untuk menjawab pintaku, "Kami sudah melakukan segala cara, termasuk merestart ulang program Jaemin melalui komputer utama. Namun, semua usaha yang kita lakukan tak berhasil. Jaemin menyentuh angka 99% kesempurnaan yang sangat identik dengan manusia. Bahkan, kita tak ada yang bisa mengendalikannya selain diri Jaemin sendiri." ungkap Taemin sukses membuatku terdiam. Saking terkejutnya aku sampai tak bisa mengatakan apapun. Bahkan sampai tak bisa merestart ulang Jaemin ke mode pabrik?

Sesungguhnya kesempurnaan ini adalah bencana untuk kami selaku penciptanya.

Disaat diriku mulai tenggelam dalam pikiranku sendiri. Pintu kubah ini diketuk oleh seseorang yang sukses melepaskan genggaman tanganku dengan Taemin. Sempat Taemin berbisik, "Mulai sekarang, kau harus mengambil jarak dengan siapapun sambil kita pikirkan cara menonaktifkan programnya." seiring Taemin langkahkan kakinya menjauh dariku. Berusaha ia berlindung pada seorang petugas kemananan yang ditugaskan menjaga semua petugas kesehatan yang merawatku.

Rasa takut kembali menyelimuti saat melihat wajah tampan Jaemin tersenyum ke arahku. Rasanya aku ingin kabur saja dari obsesi mengerikan robot buatanku sendiri, tapi aku tak ingin membuat kacau lagi suasana dalam perusahaan ini. Aku tak ingin ada korban lain yang jatuh sehingga berusaha aku lawan rasa takutku pada Jaemin seperti yang selalu aku lakukan selama ini. Aku tersenyum paksa ke arah Jaemin saat robot itu berjalan dengan tangan yang telah sembuh total ke arahku.

Terlihat Haechan menatapku penuh rasa kasihan saat ia berjalan mengikuti Jaemin yang mendekat ke arahku. Sementara diriku berusaha membuang seluruh rasa takut bahkan di dalam hati maupun pikiranku agar tak diketahui oleh robot tersebut. Aku tersenyum ke arah Jaemin dan berusaha menggapai tangannya yang ingin menggenggam ku erat.

"Kau baik-baik saja kan, Y/n?" tanya Jaemin yang hanya ku jawab dengan anggukan kepala. Sementara Haechan sempat mengajak dokter berbincang sebentar sebelum mengajak semua orang pergi dari dalam kubah ini. "Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" tanyaku berusaha melupakan kejadian mengerikan yang diakibatkan oleh kecemburuan robot ini. Namun sepertinya Jaemin menyadari atas rasa takutku, "Jangan berbohong, Y/n!" ucap robot itu, mampu membuat seluruh petugas kesehatan yang berada dalam kubah ini bergegas meninggalkan kami berdua. Saking merasa takutnya dengan Jaemin sampai membuat mereka nekat mengorbankan diriku seperti ini. Termasuk Taemin dan Haechan yang pergi begitu saja, seolah tak bertanggung jawab atas objek percobaan mereka.

Aku gelengkan kepalaku sambil menggeser posisi tubuhku untuk memberikan tempat untuk Jaemin duduk di pinggiran kasurku. Aku sudah sekuat tenaga berusaha tapi rasa takut ga bisa hilang begitu saja dari dalam diriku. "Aku tak berbohong, sayang. Jangan marah yaa." pintaku dengan nada bicara yang terus bergetar. Jaemin gelengkan kepalanya lalu menekan sebuah tombol di pergelangan tangannya untuk menunjukkan, "Jantungmu berdegup sangat kencang seolah tau takut denganku, Y/n. Nada bicaramu bergetar serta napasmu terasa amat berat!" ungkap Jaemin seolah berhasil membaca kondisi tubuhku hanya dari penglihatan.

Aku tertawa pelan lalu mengajak Jaemin duduk di pinggiran kasurku. Aku genggam tangan Jaemin yang terasa dingin lalu mencium punggung tangannya dengan lembut. "Ya, kau benar. Aku merasa takut karena aku tahu, Jaemin tak menaruh percaya padaku. Jaemin tak ingin mendengarkan ucapanku sampai menyakiti banyak orang, Jaemin tak m-"

"Semua karena rekan kerjamu itu berusaha menjauhkan mu dariku, Y/n! Mereka jahat dan ingin memisahkan kita! Bukankah sudah ku katakan akan membunuh siapapun yang berusaha memisahkan kita?!!" bentak Jaemin sampai menyela ucapanku. Aku yang merasa semakin ketakutan pun sampai melepaskan genggaman tangan Jaemin untuk menutup kedua telingaku sendiri. Tanpa sadar, tangisku pecah saking tak biasanya mendapat bentakan kencang seperti ini, diperparah oleh rasa sakit yang ku rasakan di sekujur tubuhku.

Sadar atas rasa takut yang teramat sangat aku rasakan, Jaemin berusaha memeluk tubuhku namun tanpa sadar aku berusaha melepaskannya sambil berusaha mengutarakan segala yang aku rasakan, "Kau menyakitiku Jaemin! Taemin sunbae perhatian padaku karena kondisi tubuhku memang lemah saat itu!Kau hanya robot yang baru mengenalku bahkan belum 24 jam! Berhenti bergantung padaku karena obsesimu ini sangat menyusahkan ku! Aku tak bisa berinteraksi dengan orang lain, aku tak mempunyai waktu untuk diriku sendiri bahkan aku sampai tak bisa buang air kecil sendiri! Segala hal telah aku lakukan untukmu, sampai harus membuang seluruh kewarasanku untuk bersetubuh dengan robot sepertimu, Jaemin! Berusaha lah menahan diri dan emosimu! Kau bisa membunuhku secara perlahan jika kau terus mengikuti obsesimu itu!!" amukku begitu yang malah membuat Jaemin semakin mengeratkan pelukannya di tubuhku.

Aku tak peduli lagi jika Jaemin marah sampai ingin meledakkan gedung ini, aku pasrah dan merasa tak bisa melihat lagi masa depanku berkat robot tersebut. Aku hanya ingin melepaskan diri darinya, namun aku sadar hal tersebut merupakan sesuatu yang mustahil.

"Maafkan aku, Y/n." hanya kalimat itu yang diucapkan robot Jaemin sementara diriku hanya bisa terus merutuki segalanya sambil berusaha mengatur napasku dalam pelukan Jaemin yang begitu erat.

"Aku ingin pulang ke rumahku, Jaemin." ucapku karena merasa begitu tak nyaman berada di dalam kubah ini dan diperhatikan oleh banyak sekali orang di luar sana. Keinginanku tersebutlah yang mampu melepaskan pelukan Jaemin di tubuhku, seolah tak sadar atas perbuatannya, Jaemin meminta, "Aku ikut!". Yang benar saja, bahkan dengan berteriak, kau bisa menghancurkan kubah yang terbuat dari bahan paling kuat di dunia ini, Jaemin. Bukankah sama saja aku membawa senjata paling mematikan di dunia?

"Tak bisa, selama kau tak bisa mengendalikan dirimu sendiri-"

"Aku berjanji tak akan menggunakan kekuatanku seperti tadi lagi, Y/n. Aku berjanji akan menjadi robot yang penurut. Asal kau selalu berada di sisiku!" pinta Jaemin bahkan tak biarkan aku menyelesaikan kalimatku. Aku berusaha mendorong tubuh Jaemin agar menjauh dariku sambil terus memasang wajah marah padanya. Tak ku sangka, Jaemin bawa tangan kananku mengelus pipinya seraya berkata, "Please, Y/n. Bawa aku pulang bersamamu. Jika aku lepas kendali, kau boleh membawaku lagi ke dalam kubah ini!" sungguh, apakah robot ini benar robot yang memecahkan kubah penelitian kami? Kenapa dia juga ahli dalam menarik hati seseorang, bukankah program sepeti ini tak pernah kami tambahkan pada program Jaemin?

"Please Y/n. Aku akan berubah untukmu! Bawa pulang aku bersamamu, aku juga ingin keluar dari kubah ini!" pinta Jaemin dengan sangat.

Tuhan, bagaimana ini?

THE END

END AJA YAA, IDEKU ABIS SUDAH WKWK

TRIAL AND ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang