10. mbti; mnkh

1.6K 196 106
                                    

"Harus banget begini?"

Bicaranya—pada penata rias yang sedang berada di dekatnya itu. Tenang, periasnya lelaki jadi aman.

Kini, Ice sendiri sedang di dandani. Sebenarnya, lelaki itu harusnya bisa dandan sendiri karena dirinya tak banyak perhiasan. Paling hanya jas, celana dan sedikit bunga di pakaiannya. Tapi karena ia malas dan masih mengantuk, jadinya harus ada perias di ruangannya.

Kan, ga lucu, kalo pengantin Prianya malah molor di ruangan.

Tadi saja, dirinya dibangunkan oleh [Name] sendiri. Iya, [Name] mendatangi rumah Ice. Sejujurnya, pagi pagi jam empat [Name] sudah mengomel-ngomel karena dirinya masih pules tertidur.

Duk.

"KAMU TUH, INI KAN UDAH HARI-H?!! KOK MASIH MOLOR AJA?? MAU NIKAH SAMA KASUR KAMU?? HARUSNYA KAMU ITU EXCITED KAYAK AKU BANGUN PAGI PAGII!! IH, PUNYA COWOK GAJELASSS!!! AKU CANCEL NIH NIKAHNYA!"

Lelaki tersebut yang dipukuli bantal berkali-kali sambil di teriaki masih mengumpulkan nyawanya, belum tersadar sepenuhnya.

"Huh..? [Name?] kok bisa masuk kamarku?"

"NGH!!!!!!!!"

Nah, kan. Ceweknya malah berubah jadi singa.

Mampus, deh. Habis itu Ice digebuki habis-habisan sampai melek, sampai benar benar bisa berdiri tegak.

Saudara Ice yang dirumah saat itu—Taufan, Blaze, Duri, Gempa, hanya bisa bantu berdoa. Habisnya, kan. Gak bisa gitu ngebayangin SEORANG Ice itu menikah, enggak, saking mustahilnya mereka masih gabisa bayangin Ice menikah. Boro boro menikah, ikut Acara saja kadang maunya di rumah.

Makannya, hari ini itu harus dicatat kalau Ice bisa dibilang keluar dari zona nyaman. Alias langka sekali.

"Loh, bukannya memang begini?" sahut si penata rias tersebut, di sampingnya.

"Bukan, maksudnya, gabisa request langsung nikah aja?"

Walah, kalo ada mbak nem kena amuk kamu.

Penata rias lelaki itu terkekeh, mengira kalau Ice hanya bergurau saja. Menurutnya, baru pertama kalinya bertemu pengantin begini.

"Memangnya Akang sendiri nggak suka?" bicaranya, sambil merapihkan rambut Ice yang dipolesi hair tonic semacam pomade.

Melihat wajahnya di kaca, Ice masih kelihatan lesu sedikit.

"Bukan, saya cuma malas."

"Akang tuh biasanya emang gini, ya? dimana-mana orang itu gugup, atau tegang gitu. Ini Akang masih bisa santai, emangnya Akang nggak gugup?"

"Kok harus gugup? nggak laki amat. Btw, Akang Akang tadi ganti aja pake nama saya."

"Haha, maaf, Mas Ice. Iya, biasanya gugup karena harus nyebut mahar, tanda tangan, dan lain. Apalagi itu di liatin, kan. Belum lagi acara tambahannya, memang capek, sih. Aka-eh, Mas Ice harus semangat, ya. Kan juga sudah keluar uang."

Waduh.

Ice terdiam ketika mengingat hal itu, banyak juga sih Ice menghabiskan persiapan pernikahannya. Jika di totalkan, bisa menjadi miliaran. Tidak apa, Ice yang minta. Habis ini Ia janji dengan dirinya untuk menafkahi [Name] dengan target 1M perbulan. Tidak usah bertanya mengapa Ice menargetkan uang segitu, karena ia tahu [Name] itu suka uang. Padahal sendirinya juga udah tajir, haduh, mbak.

"... Energi saya kok udah terkuras duluan ya denger itu?"

"Mas? Mas-eh! bangun, atuh! jangan merem pula!"

virtual. ✓Where stories live. Discover now