k

89 22 4
                                    

Jay memasuki perpustakaan, tersenyum ke penjaga perpustakaan saat itu, perpustakaan terlihat sepi karena sudah masuk jam pelajaran, kebetulan sekali ketua kelas jay memberi tahu bahwa jam terakhir pelajaran mereka kosong.

"Kamden, Kamden..."

Jay berbisik bisik, berharap Kamden mendengarnya, sekian lama Jay menunggu Kamden tak juga menghampiri, akhirnya Jay memilih mencari Kamden. bukan hal sulit mencari seseorang saat perpustakaan sepi, nyatanya Jay langsung bisa melihat Kamden dengan buku ditangannya, senyum Jay merekah sambil menghampiri Kamden.

"Kamden!" seru Jay semangat.

tapi respon Kamden melunturkan semangat Jay, Kamden melirik Jay saja tidak, matanya tetap fokus membaca buku yang ada ditangannya. Jay sedikit kesal karena dihiraukan, ingin rasanya Jay menarik buku tersebut dan membuangnya jauh jauh agar Kamden tidak melulu fokus ke buku itu.

"Kamden..."

"Kamden.."

"Kamden jangan marah dong..."

entah karena merasa kasihan atau apa, Kamden melepas fokus pada bukunya, melirik Jay yang sudah memasang wajah sedihnya.

"gak marah"

"bohong!"

ya emang, suara hati Kamden saat itu. Jay juga menyadarinya, karena jawaban Kamden terlalu ketus untuk Jay. Jay kembali dihiraukan karena Kamden kembali fokus ke bukunya. Jay memilih mengambil buku tersebut, disembunyikan dibalik tangan tangannya yang besarnya tak seberapa itu.

"jangan dicuekin akunya"

Kamden memalingkan wajahnya, terlalu terkejut didepannya Jay menunjukan banyak ekspresi, apa apaan mata bulat itu menatap Kamden??

"jangan natep gue kaya gitu"

Jay pikir, sangking marahnya Kamden, Kamden sampai tak mau Jay menatapnya. Jay menunduk, meremat buku ditangannya, antara sedih dan kesal juga, sedih karena baru kali ini sahabatnya tersebut marah sampai segitunya, kesal karena Kamden terus menghiraukannya.

Kamden memperhatikan Jay yang terus menunduk tanpa berbicara apapun, gak mungkin nangis kan anaknya??, pikir Kamden saat itu. tapi yang dipikirnya ternyata terjadi betulan, 1 tetes air mata jatuh ke buku yang ada di tangan Jay.

"Jay? lo nangis??"

sedikit panik, Kamden berpindah duduk ke samping Jay, tangannya bergerak ke wajah Jay, membawa wajah tersebut berhadapan dengannya. Kamden melihat mata Jay sudah berkaca kaca, bibirnya dia gigit agar suaranya tak terdengar kalau sedang menangis.

"jangan digigit, jangan digigit, sakit," Kamden mengusap bibir bawah milik Jay, agar Jay perlahan melepaskan gigitan pada bibirnya, "gue minta maaf", akhirnya Kamden yang mengalah.

Gigitan pada bibirnya sudah Jay lepaskan, tangannya membuang buku yang ada ditangannya, lalu Jay beralih memeluk Kamden, "harusnya aku yang minta maaf, maafin Jay", ucap Jay disela isakan tangisnya yang dia tahan.

Kamden mengusap belakang kepala Jay sambil mengucapkan iya iya gue maafin berkali kali agar Jay tenang. setelah beberapa menit, Jay melepaskan pelukannya, Kamden merasakan perpotongan lehernya basah, mungkin karena tangis Jay barusan.

"dileher gue gak lo peperin ingus kan??"

"nggaak lah!"

Jay mengambil sapu tangan disaku celananya, mengelap area leher Kamden yang basah sebab air matanya, "Kamden kenapa marah?", tanya Jay sambil terus mengelap leher Kamden.

"menurut lo??"

"karena aku deket kak Jongwoo terus??"

"tuh tau"

Jay menggeleng, tangannya memainkan jari jarinya sendiri karena tak tau harus bicara apa lagi, "aku gak tau, sekarang rasanya mau deket kak Jongwoo terus," Jay kembali menatap Kamden, "aku cuekin kamu terus ya...?"

nih anak nyadarnya lelet banget anjgg, kalau bisa sih Kamden teriak begitu, tapi Kamden sadar kalau sedang di perpustakaan.

"tangan gue emangnya gak nyaman buat lo peluk?"

"bukannya kamu gak suka kalo ditempelin orang??"

Kamden berdehem, menatap ke sembarangan arah, "ya itu kecuali lo", ucap Kamden pelan.

"hahh?? ngga kedengeran"

"yaa pokoknya kalau lo rasanya mau peluk gue, tinggal peluk aja"

Jay berdiri dari duduknya, juga ikut mengajak Kamden berdiri, kedua tangan Jay memeluk erat sebelah lengan Kamden,

"begini, boleh???"

"e-emm"

nyatanya ini keterkejutan Kamden yang kedua kalinya, pertama saat tadi Jay tiba tiba memeluknya, sekarangpun sama, lengannya dipeluk erat oleh Jay, sedangkan Jay yang mendapatkan ijin Kamden, hanya tersenyum senang.

"udah gak marah ya sama Jay??"

"em"

"mukanya merah, Kamden sakit???"

"nggak"

"bohong, ayo ke UKS"

Jay menarik Kamden keluar perpustakaan, tangan Jay tak melepaskan lengan Kamden, iseng, Kamden bertanya ke Jay, "lo sering gini juga ke bang Jongwoo?"

tanpa ragu, Jay mengangguk semangat, "sering, sering jadiin pundak kak Jongwoo buat senderan juga"

"oh"

Kamden tiba tiba melepaskan tangan Jay, "gue pusing, cepetan jalannya" Kamden berjalan duluan, meninggalkan Jay yang menatap bingung arah jalan Kamden.

"UKS nya kan di sebelah kiri Kamden, kenapa ke kanan??"

"...."

kata gue mending lu bertiga pacaran aja dah ಥ⁠‿⁠ಥ

a. woojay [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang