1. Kedatangan Tamu

73 11 8
                                    

Semakin berkembangnya zaman, semakin banyak pula persaingan menciptakan konten di media sosial yang beragam. Fenomena yang paling sering Gia dengar adalah seorang lelaki yang memaksa ibunya mandi lumpur di tengah kubangan dengan tujuan monetisasi. Sementara si lelaki, yang notabene adalah anaknya, hanya merekam dan meminta penonton untuk memberikan saweran dengan jumlah fantastis.

Bagi Gia, itu bukan cara yang sehat untuk menghasilkan uang melalui dunia digital. Hal seperti itu bukan konten, atau lebih tepatnya adalah mengemis dengan menggunakan media sosial. Paling membuat heran, kenapa masih ada orang yang menontonnya hingga habis dan tetap memberikan uang? Bukankah itu semakin mematikan istilah “stop making stupid people famous”?

Semenjak banyak video yang tidak berfaedah, mau tidak mau Gia memutar otak untuk menciptakan konten baru lebih banyak agar menenggelamkan hal-hal tidak berguna seperti itu. Seperti sekarang, Gia sedang berada di sebuah rumah makan yang menurut orang sedap dan memiliki harga yang super murah. Namanya Penyet Ribut, lokasinya di Duren Sawit, dekat dengan kantor cabang BNI dan masuk ke dalam gang.

Pertama kali Gia menginjakkan kakinya ke Penyet Ribut, dia langsung terkesima dengan puluhan kendaraan yang terparkir di depan. Bahkan, Dodit sempat kesulitan mencari tempat parkir untuk mobil karena sebagian sudah terisi. Penasaran, apa yang membuat Penyet Ribut ini sangat ramai dan padat oleh orang-orang lapar yang ingin makan siang?

Setelah hampir menyerah mencari tempat parkir, Gia meminta Dodit untuk memarkirkan Agya miliknya di pinggir jalan saja, mereka bertiga memilih untuk berjalan menuju rumah makan Penyet Ribut. Felis ternganga ketika melihat tempat makan di dalam gang ini dikerumuni lautan manusia yang kelaparan. Sepertinya membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan tempat duduk.

Terdengar beberapa pelayan berteriak ke dapur untuk segera menyiapkan pesanan pelanggan. Ada juga yang dengan sigap dan gesit membawa nampan berisi makanan, berjalan layaknya kucing di atas tiang melewati meja-meja yang penuh. Kondisi sangat bising dan ramai oleh hiruk-pikuk orang-orang yang sibuk makan. Sebagian besar meja diisi oleh keluarga kecil yang menikmati makan siang seraya tertawa, sebagian kecil hanya sepasang kekasih yang sedang dimadu kasih.

“Mbak, kayanya kita gak bakal dapet tempat,” Dodit mendesah, menggaruk kepalanya frustrasi ketika meliarkan pandangan ke seluruh ruangan. “Mbak Gia mau tetep nyoba?”

Tentu saja Gia harus mendapatkan apa yang dia inginkan. “Iya, dong, gue mau ulas warung makan ini. Apa, sih, yang sebenernya bikin serame ini?” tukas Gia, kedua tangannya dilipat di depan dada.

“Gue coba ngomong sama pelayan, ya, Mbak.” Felis akhirnya bergerak, perempuan itu mendekati seorang pelayan yang sedang berjalan menuju dapur. “Mbak, ada tempat kosong buat kami?”

Si pelayan tampak kebingungan, raut wajahnya terlihat lelah. “Sepertinya ada, Kak, tapi di outdoor. Bagaimana?”

Samar-samar, Gia mendengar obrolan itu. Dia ikut ke dalam obrolan. “Kalau emang cuma ada di outdoor, gak pa-pa, deh, Mbak,” jawab Gia cepat, “yang penting kita bisa makan.”

Karena sudah mendapat persetujuan, si pelayan langsung mengarahkan Gia untuk masuk ke dalam. Mereka mendapatkan meja di bagian luar rumah makan yang ternyata tidak terlalu bising, hanya saja memang panas karena langsung bersinggungan dengan sinar matahari. Felis dan Dodit langsung mengeluarkan alat-alat perekam seperti kamera dan mikrofon, Gia meminta Dodit untuk tidak mengeluarkan ring light karena cahaya di luar sudah bagus.

Pelayan tadi kembali dengan tiga buah menu yang tersaji di hadapan. Mata Gia berpencar ke seluruh menu, dari tampilannya, memang menarik. Mereka menyuguhkan menu yang bersih dan tidak lengket oleh minyak, sebab pernah suatu waktu Gia diberi menu yang kotor dan dilumuri minyak, itu menjadi sebuah penilaian yang minus di matanya. Kedai ini menjual ayam dan bebek penyet, lengkap dengan puluhan sambal yang bisa dipilih pengunjung sesuai selera. Si pelayan menjelaskan beberapa menu yang sudah habis seperti udang penyet, ayam krispi, dan sambal cumi.

Teras Rasa | [ON GOING]Where stories live. Discover now