2. Teman Masa Kuliah

41 10 6
                                    

Ben adalah lelaki yang paling banyak mengemukakan pendapat-pendapat idealis dan kerap memicu pertengkaran di antara kementerian. Dulu sekali, Gia ingat ketika Ben mengemukakan bahwa David, selaku presiden BEM Universitas Maharashtra, adalah presiden paling sedikit dalam melakukan aksi nyata. Bahkan, Ben pernah mengatakan jika David kalah pamor dari Menteri Kajian dan Isu Strategis yang sering memimpin demo-demo besar bersama universitas lain di Jakarta

Ibarat sebuah gerobak, David hanya seorang pengemudi yang membiarkan roda-roda bergerak seenaknya, sehingga mampu menyebabkan seluruh tubuh BEM berantakan. Gia tidak pernah setuju dengan pendapat itu, bahkan sebagai orang yang sangat dekat dengan David, dia membela sepenuhnya tentang kinerja David yang bagus ketika di belakang layar. Gia menentang segala omongan yang dilontarkan Ben, meski lelaki itu dengan logis memberikan beberapa bukti mengenai mandegnya kinerja David setelah menjadi presbem selama beberapa bulan.

Sejak saat itu, meski di dalam satu kementerian, Gia merasa sangat sebal dengan Ben karena menuduh David yang tidak-tidak. Bahkan, sempat beberapa kali Gia melayangkan perang dingin dengan Ben karena sudah membuat kegaduhan di antara anggota. Meski kejadian itu sudah berlalu beberapa tahun silam, tetapi jika mengingatnya, kadang membuat Gia meringis geli, dia jadi ingin memutar balik waktu dan memilih berada di pihak Ben saja. Toh, David memang berengsek nyatanya.

Menuruni tangga dengan hati-hati, Gia langsung membuka pintu dan disambut dengan sebuah cengiran lebar dari Ben yang membawa sebuah bingkisan berisi makaron, dari luar saja sudah tampak warna-warni biskuit kecil berisi selai beragam rasa. Lelaki itu tampak berubah banyak dan membuat Gia sedikit pangling. Perawakannya memang tinggi, tubuhnya tegap, dulu Ben memiliki rambut gondrong seleher yang sering dibiarkan tergerai begitu saja, sekarang dia masih berpenampilan gondrong, hanya saja dipotong lebih rapi dan klimis. Terlebih yang membuat Gia keheranan adalah wajah Ben yang tidak ditumbuhi oleh kumis dan cambang lebat, tampak seperti orang asing yang baru dia kenal.

“Awas mata lo keluar itu, ngeliatin gue biasa aja.” Ben menjentikkan jarinya di depan wajah Gia, membuat gadis itu mengerjapkan mata. “Emang susah jadi orang ganteng, sering diliatin cewek-cewek.”

Tingkah tengil Ben tidak berubah, dia masih membawa persona seorang kakak tingkat yang sering bersikap galak ke juniornya, tetapi di sisi lain juga kerap menggoda beberapa adik tingkat yang dianggap sebagai penyegar mata. “Dih, pede banget lo kura-kura laut! Gue cuma heran aja, kenapa seorang Benjamin Mahesa, si buaya darat nomor satu se-universitas dateng ke rumah gue.”

Seringai miring tercetak jelas di bibir Ben, lelaki itu menyurukkan jemarinya ke rambut, kemudian bersandar ke kusen pintu. “Mau ngapelin kamu, Sayang. Aku kangen banget, nih, lama gak ketemu kamu,” goda Ben dengan memainkan kedua alisnya naik turun. Gia langsung menjitak dahi Ben dan membuatnya mengaduh. Meski pelan tetap saja sakit. “Aduh! Galak banget, sih, Gi. Gue beneran kangen sama lo! Dah, lama gak nongki kita. Nih, buat lo.”

Dengan cepat, Gia merebut bingkisan dari Ben. “Dasar hidung belang! Dari dulu gak berubah-berubah, suka banget godain anak orang. Btw, makasih, ya, makaronnya.”

Gia mempersilakan Ben untuk duduk di sofa ruang tamu, sementara itu, dia minta izin untuk meninggalkan Ben sebentar karena masih menyelesaikan proses editing video yang sudah diambilnya tadi. Felis tampak sibuk menekuri komputer, menambal dan menyulam beberapa video menjadi satu bagian utuh yang lebih estetik, sesekali juga dia mengatur warna dan cahaya di Premiere. “Fel, coba lo atur saturasinya, kayanya pas bagian gue nyobain bebek, warnanya keterangan,” perintah Gia, mukanya tampak serius memperhatikan tampilan monitor.

Dengan cepat, Felis mengubah angka agar warna yang dihasilkan lebih dingin dan enak dipandang mata. Gia mengangguk memberikan persetujuan. “Mbak, kayanya konten kita makin lama makin kekurangan insight. Engagement yang muncul selalu statis soalnya,” papar Dodit yang sibuk dengan laptop di pangkuan. “Kalau gini terus, bisa-bisa kita beneran kalah sama konten mandi lumpur.”

Teras Rasa | [ON GOING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora