8. Sayang

635 124 6
                                    

[Bab 14 sudah tayang duluan di Karyakarsa, ya. Silakan mampir di bab kejutan. Happy reading!]

Tidak mungkin seorang Katrina tidak mengetahui apa pun langkah putranya sendiri. Sebegitu apiknya Aryan berusaha menyembunyikan bantuannya untuk ibu Jemima, nyatanya tetap ketahuan juga. Rasa tak suka Katrina bukan hanya ditujukan pada Jemima saja, melainkan pada ibu perempuan itu yang menjadi pihak keras kepala meminta tanggung jawab. Katrina sudah pasti melimpahkan kesalahan itu pada Jemima dan ibunya, tak peduli fakta yang sudah dibeberkan berulang kali.

Sudah jelas bahwa Aryan memperkosa Jemima hingga hamil. Meski dilakukan tanpa kesadaran penuh, meski yang ada di bayangan pria itu adalah perempuan lain, tetap saja kesalahan terletak pada Aryan.

Sayangnya, sikap Katrina seolah berkata, "Terus kalo anak saya pemerkosa, kenapa? Kalian aja masih butuh anak saya, kok!"

Walau tak diucapkan secara langsung seperti itu, tapi jelas terasa demikian yang ditunjukkan oleh wanita tersebut.

"Bagus, ya! Pulang pergi sekarang diantar jemput anak saya. Bahkan pekerjaan rumah semuanya dilimpahkan ke pembantu baru. Hmmm, kamu sadar nggak, ya, tuan rumah di sini siapa?"

Katrina sudah menyudutkan Jemima yang subuh tadi baru kembali dari rumah sakit. Dia menemani ibunya sendirian, meski Aryan semula ngotot ingin menemani. Akhirnya pria itu menjemput Jemima subuh supaya tidak banyak orang melihat. Semua itu dilakukan atas keinginan Aryan sendiri. Jemima justru lebih memilih untuk tak pulang dan lebih suka berada di rumah sakit menemani sang ibu. Sayangnya Aryan sangat menyebalkan karena menggunakan alasan orang lain bisa melihat kondisi Jemima, jika tak pulang. Padahal orang-orang akan lebih tak menyadari keberadaan Jemima jika tak di rumah.

"Maaf, Bu. Bukan saya yang mau demikian. Tuan Aryan sendiri yang mau melakukannya."

Katrina menoyor kening Jemima dengan kesal. "Heh! Kalo kamu nggak sibuk jengukin Jumaira di rumah sakit, anak saya nggak akan heboh antar jemput kamu! Lagian kalo kamu pergi dan pulang pakai kendaraan umum, yang ada orang akan bertanya-tanya soal kehamilan kamu, dasar bodoh!"

Jemima tidak membalas apa pun lagi. Dia hanya membiarkan Katrina meluapkan rasa kesalnya.

"Sekarang baru kelihatan betapa liciknya kamu. Pelet apa yang kamu pakai buat bikin anak saya nurut sama kamu, hah?!"

Jemima tidak habis pikir, ternyata orang kaya seperti Katrina percaya dengan hal-hal semacam itu. Padahal, uang mereka tidak diraih dengan dukun, kan? Perusahaan mendiang suami Katrina begitu besar, dan Aryan mengurusnya dengan baik. Lalu, kenapa Katrina bisa memberikan tuduhan murahan semacam itu pada Jemima? Apa iya pemikiran orang kaya dan berpendidikan seperti Katrina tidak jauh berbeda dengan orang kaya di kampung yang maunya mendapatkan pelaris dan sumber kekayaan dengan cara cepat?

"Cepetan ngaku! Kamu pakai pelet biar anak saya tergila-gila sama kamu-"

"Mama!"

Katrina menghentikan ucapannya karena Aryan yang muncul di rumah padahal ini masih jam sepuluh pagi. Pria itu baru berangkat jam delapan tadi, lalu kenapa sudah berada di rumah?

"Aryan? Kamu, kok, sudah pulang?"

Aryan berjalan mendekat pada Jemima, melewati sang mama yang semakin kesal melihat pemandangan semacam itu.

"Tuduhan macam apa yang mama kasih ke Jemima? Pelet? Mama yakin masih baik-baik aja?"

"Aryan? Maksud kamu apa? Mama baik-baik aja. Mama sehat!"

"Ya, tubuh mama memang sehat. Tapi aku nggak yakin sama isi kepala mama yang makin hari makin ngaco."

Aryan menatap Jemima yang sebenarnya malas mendengarkan perdebatan ibu dan anak itu. "Ambilin berkas yang ada di kamar. Ambil yang ada keterangan proyek 3. Saya lupa bawa tadi."

Her Wings / TAMAT Where stories live. Discover now