2. Bukan Kamu Inginnya

228 15 50
                                    

★Selamat membaca★
(Beri vote dan komen, ya!)

★Selamat membaca★(Beri vote dan komen, ya!)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Everything happens for a reason."

ლ⁠(⁠◕⁠ω⁠◕⁠ლ⁠)

"Sekolah elit, fasilitas sulit, chuaks!"

Rayyan berdiri di atas permukaan meja dengan kedua kaki terbuka dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Lelaki itu tengah mencongkel sudut-sudut AC menggunakan obeng. Sengaja ia meminjamnya dari Pak Jengi selaku petugas kebersihan yang menjaga gudang belakang sekolahan.

Seminggu berlalu, alat pendingin ruangan yang mengalami kerusakan ini sama sekali belum disentuh. Bahkan ketika mereka melapor kepada para guru, lantas memberi iuran yang telah ditentukan, hasilnya masih tidak memuaskan. Pak Zholik bilang, dia akan segera mencari orang yang ahli di bidang teknisi, namun setelah hampir setengah bulan hilalnya tetap tidak kelihatan, membuat fokus belajar mereka selalu pecah karena terganggu rasa gerah.

"Salfok bokong Rayyan jadi bohay." Itu celetukan Kai. Memang kurang ajar.

"Jangan dipandangin mulu, anjay!" kata Alfais seraya mengusap kasar wajah Kai. Tentu saja mengundang banyak tawa menggelegar. Namun lelaki yang dibicarakan malah semakin menungging.

"Astaghfirullah, menggoda," gumam Kai yang langsung mendapat siraman gas beracun tepat di depan wajah.

Prootttt ....

"Rayyan anjing!" umpat Kai setelahnya.

"Muhammad Rayyan," koreksi Mua dengan nada sewot. Bola matanya melirik sinis pada seorang lelaki berwajah chubby dilengkapi kulit putih.

"Gini nih kalau punya istri yang menjunjung tinggi nama baik suami," bangga Rayyan sembari cengengesan, memperlihatkan gummy smile pada dinding di depan.

Mua berdesis mendengar kalimat yang terlontar. "Bacot!"

"Mampus!" ledek Kai girang.

"CCTV juga sekalian benerin, Yan! Kamu kan multitalenan!" pekik Rona di bawah.

"Sabar, anying! Tangan gue cuma dua tapi lo orang berisik semua! Lagian, CCTV gak penting-penting amat di kelas kita. Memprioritaskan harta paling berharga dulu ini mah," ocehnya. "Nyalain, Woi!" suruh Rayyan dengan suara tegas, membuat Yuki segera menekan remote AC.

"Masih gak bisa!"

"Aish ... kumaha ieu weh ...."

"Sebenarnya lo bisa gak, sih?" tanya Barleen songong. Pasalnya sejak tadi yang ia lihat Rayyan hanya mengotak-atik tidak jelas. "Gue lebih takut AC-nya tambah rusak ketimbang lo kesetrum."

Samudra untuk Muara [Sequel MUA-RAY]Where stories live. Discover now