8. Kusebut dia tampan tapi tidak berani

417 47 2
                                    

Celine sedang meeting secara online dimejanya saat Hani datang untuk memperkenalkan Radian. Rekan satu divisinya jelas sudah berkenalan dengan Radian tadi, mungkin ini bagian dari office tour yang biasanya dilakukan saat pertama kerja disini. Celine hanya melirik kearah Hani dan Radian, mengangguk dan tersenyum singkat, memberi sinyal bahwa dia ada ditengah meeting.

"Untuk extreme value current overall udah oke, bisa dilanjut ke report. Untuk wave.. wavenya tinggi juga ya.. kalau saya mau propose titik pengamatan baru, kira-kira berapa lama sampai jadi preliminary seperti ini?" tanya Celine pada pihak kontraktor.

"Karena model yang dirun adalah hindcast 10 tahun, kemungkinan 4-5 hari mba." jawab pihak kontraktor.

"I see, nanti saya email untuk lebih detailnya ya. Setau saya dikontrak we can change one of the observation point, right?"

"yes, correct."

Setelah meeting selama satu setengah jam, diakhiri sesi tanya jawab yang lumayan molor karena memang Celine ingin memastikan semuanya berjalan lancar, meeting pun selesai. Lewat 15 menit dari yang seharusnya.

"Oke kalau gitu. Terima kasih yaa. Selamat siang." tutupnya. Setelah menutup meeting, Celine langsung mengajak Daril dan Erian makan siang. Menepati janji Daril pagi tadi.

"Eh, Adit sama Sultan join ya." info Daril saat mereka sedang menunggu lift.

Celine hanya mengangguk singkat, ngga masalah baginya makan dengan siapapun. Apalagi dibayarin haha.

"Tumben anak drilling join. Ada angin apa ada ujan nih?" tanya Erian melirik Daril.

Daril hanya mengangkat alisnya sambil tersenyum menyabalkan. "Ada udang."

"ooh.." Jawab Erian yang langsung paham. Celine yang tidak mengerti pun mengerutkan keningnya, "Apaan sih? Gue ngga paham."

Daril dan Erian hanya terkekeh, "Ini inside jokes gue sama Daril, anak kecil dilarang tau!"

Celine mendengus kasar mendengar jawaban Erian, "Gue 28 broo."

Mereka menuju Gyukaku dengan mobil Erian, tapi sesampainya disana antriannay lumayan panjang. Jadi Celine memberi ramen sebagai pilihan pengganti. Mereka pun akhirnya makan di Seirock-ya.

"Gimana bos baru kalian?" tanya Daril pada Adit dan Sultan.

"kayanya sih asik ya, kita liat aja nanti gimana kerjanya." jawab Sultan. Celine hanya mendengarkan dan lebih sibuk dengan ramennya. Ia melirik kotak tissue yang agak jauh darinya, Adit yang sadar akan itu pun dengan gaya cuek meletakan kotak tissue tersebut lebih dekat dengan Celine. Wanita itu melirik ke arah Adit dan tersenyum singkat, "Thanks."

Dia ngga tau Adit dari tadi udah nahan gemeter setengah mati. Berpura-pura cuek saat seseorang yang disukainya dari lama sekarang ada didekatnya, makan dihadapannya, dalam status jomblo pula! Sayangnya Adit tidak berani menunjukan rasa sukanya secara terang-terangan. Dipikirannya, Celine pasti masih membutuhkan waktu untuk move on dari mantannya. Tapi dengan hanya berada sedekat ini dengan Celine saja sudah membuat jantungnya berdetak tidak karuan, bagaimana dia bisa mendekati wanita itu tanpa terbata atau gemetar nantinya?

Bagi Adit, salah satu momen terbahagianya selama kerja dikantor itu selain kenaikan gaji adalah saat tau Celine putus dengan pacarnya. Adit tertarik dengan Celine bisa dibilang saat pandangan pertama. Wanita itu terlihat sangat cantik hanya dengan riasan wajah sederhana, dipadukan dengan blouse putih dan kulot khaki. Rambutnya digerai panjang dan dijepit rapih dibagian poni. Adit tidak akan pernah lupa penampilan Celine saat itu. Dia baru paham apa artinya terpana saat melihat Celine. Lebay? Dia sendiri pun tidak percaya hal seperti itu bisa kejadian dihidupnya. Dia kira itu hanya ada di sinetron atau series yang adiknya sering tonton.

Sedangkan Adit dimata Celine hanya rekan kerja yang kebetulan temennya Daril. Secara perawakan Adit ini termasuk ganteng dan cowok yang rapih, lumayan tinggi juga. Mungkin kalau ketemu casting director Adit akan ditawari untuk masuk dunia showbiz. Sesekali Celine juga mendengar nama Adit disebut oleh cewek-cewek yang gosip di toilet, mereka menyebut Adit sebagai salah satu comodity bagus(?). Umurnya juga baru 29, sasaran empuk wanita-wanita jomblo di kantor apalagi dedek-dedek freshgrad atau pun intern. Sejauh ini Celine hanya mengenal Adit sebatas itu. Tidak lebih atau kurang.

Mereka membicarakan tentang banyak hal, kebanyakan Daril, Erian, dan Sultan. Celine dan Adit hanya sesekali menimpali. "Cabut yuk. Gue masih ada meeting jam 2."

%

"Mau balik?" Tanya suara berat dari arah belakang Celine.

Wanita itu menengok dan melihat Adit, "Iya. Lo juga?"

Ia mengangguk, "mau bareng?"

Adit menawarkan tumpangan tanpa bertanya rumah Celine dimana, ataupun ke arah mana tujuan wanita itu. Dasar!

"Ngga usah, gue udah panggil taxi. Thanks tawarannya." Celine bukan lagi basa-basi busuk yang dalam hati minta dirayu untuk diajak pulang bareng dengan lebih getol. Tapi emang dia udah minta satpam panggilkan taxi. Lagian kalaupun dia belum pesen taxi, rasanya Celine tetap akan menolak tawaran itu.

Adit tetap berdiri tidak jauh darinya. Seperti sedang menunggu sesutu juga. Celine sebenarnya penasaran, tapi dia tidak sekepo itu untuk menanyakan lebih detail sedang apa Adit disana.

Taxi yang Celine tunggu pun datang dan ia berpamitan dengan Adit. Dia sudah janji dengan Nayara untuk ketemuan di PIM, dan wanita itu sudah ribut menanyakan Celine sudah sampai mana. Mereka makan di Sushi Tei dan berlanjut melihat-lihat toko sepatu disana. Nayara yang suasana hatinya sedang bagus dari tadi tidak henti bertanya sepatu mana yang cocok untuknya pada Celine.

"Sabtu ini gue ada reuni SMA buat anak-anak yang sekarang tinggal di Jakarta, jadi gue harus prepare biar at least ngga diomongin." Kata Nayara sambil fokus melihat-lihat sepatu.

"Namanya reuni tuh ngobrol, catch up satu sama lain, ngomongin kejadian absurd masa lalu." Saut Celine.

"Lo ngga tau seberapa kerasnya lulusan sekolah negri. Reuni itu kebanyakan untuk nunjukin kesuksesan kita sekarang. Makin mahal barang-barang yang lo pake, maka lo makin sukses." Jawab Nayara.

Celine mendengus, "Aneh juga ya."

Nayara hanya menertawai sikap polos Celine yang kurang paham dengan pergaulan sekolah negri. "Lo pasti ngga relate sih emang. Karena mungkin beda jenis pergaulan juga ya."

"Hmm.. mungkin ya. Tapi kayanya ngga juga ah. Ada aja temen SMA gue yang emang suka pamer dari dulu."

Nayara langsung menghadap Celine, "Nah! Itu kata kuncinya, 'dari dulu'. Kalo kebanyakan anak negri pamernya baru sekarang pas mereka udah kerja. Kalo dari dulu, berati emang orang tuanya ya kaya aja."

Celine merasa agak sedikit aneh mendengarnya, "Paling engga mereka pamerin hasil kerja keras sendiri kan? Dari pada pemberian orang tua? Ambil positifnya aja lah. Gue ngga mau pusing."

Nayara dan Celine sedang menunggu sepatu Yara dikemas. "barangnya yang ini ya kak?" tanya si mba penjaga kasir. Nayara pun melihatnya dan bingung, "Bukan mba. Punya saya warna putih."

"Itu punya saya mba." Kata cowok yang antri persis dibelakang Nayara.

Nayara menengok sekilas untuk melihat pria itu.

Wow! Buat cuci mata lumayan banget nih. Kata Nayara dalam hati. Pria itu mengenakan kaos polo dan jeans biru biasa. Tidak ada yang spesial dari penampilannya. Hanya saja wajahnya menarik perhatian Nayara. Semenjak putus, dia belum pernah cuci mata begini ngeliat cowok.

Setelah selesai dengan pembayaran, Nayara dan Celine lanjut makan pancake di PIM 1 sebelum memutuskan pulang. Nayara ke apartnya di Pakubuwono, sedangkan Celine memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya.

%

Pengen sering-sering update, tapi apa daya weekday sibuk kerja dan malemnya kadang udah terlanjut capek. Hope you like it ya!

Chance To Know YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang