11. Nikah?!

404 53 5
                                    

Orang bilang, kalau bekerja diperusahaan minyak itu enak. Gajinya besar, kerjanya juga ngga kasar. Tapi yang kadang orang lain lupa, pressure pekerjaan dibidang ini sangat tinggi. Salah hitung atau perkiraan sedikit dampaknya bisa sangat besar dan mempengaruhi banyak hal. Itu sebabnya dia sebisa mungkin teliti dan strict terhadap pekerjaannya. Untuk mencapai kesini pun tidak bisa dibilang gampang. Dijaman sekarang persaingan semakin ketat dan sedikitnya lapangan pekerjaan yang ditawarkan juga sangat berpengaruh pada kehidupan sosial, kita harus pintar-pintar belajar dan menempatkan diri.

Setelah pindah ke Jakarta dua bulan ini, Radian merasa teamnya sangat kompak dan lumayan asik. Kebanyakan generasi muda yang rentang umurnya 25-40 tahun. Yang expert juga ada dan pembawaan mereka semua sama-sama santai. Secara sosial, kehidupan kantornya berjalan cukup lancar. Keluarganya pun turut senang dengan kepindahannya ke Jakarta. Dia juga bisa lebih sering hang out denagn teman-temannya.

Kehidupan pribadinya?

Entah.

Dia masih bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa setiap ada yang menyebutkan nama Celine, dia langsung merasa sensitif. Seperti siang ini saat ada acara makan-makan besar di team drilling.

"Gimana Celine?" tanya Evan pada Adit dengan suara lebih rendah. Tapi karena Evan duduk disampingnya, ia jadi ikut mendengar.

Adit yang kaget ditanya seperti itu pun gelagapan, walaupun memang kebanyakan team drilling sudah tau bahwa ia menyukai Celine karena ekspresinya seterbuka itu.

"Ngga gimana-gimana. Gue masih belom berani deketin dia." Jawab Adit pelan.

Sultan yang duduk disebrangnya berdecak mendengar itu, "Yailah, dia kan udah putus lumayan lama, nanti keburu diambil sama yang lain." Pria itu tampak geregetan dengan sikap plin-plan Adit.

"Ya bukan itu aja. Kalian tau sendiri dari berita-berita yang beredar dia asalnya dari kalangan mana. Gue cuma orang biasa." Bantah Adit.

Lagi-lagi Sultan berdecak, "Ya dia juga orang biasa, bukan alien. Masih makan nasi terakhir gue liat." Kenapa sih ini laki lemot banget! Kata Sultan dalam hati.

"Gue masih ngerasa ngga pantes aja buat dia. "

Radian masih mendengarkan dengan seksama. Dilihat dari rumah Celine saat dia mengantar wanita itu, dia sudah tau bahwa keluarganya bukan orang sembarangan. Tapi kalau sampai keadaan itu membuat seseorang sampai takut mendekatinya, Radian rasa itu terlalu berlebihan. Jika memang suka, bukannya itu tidak menjadi alasan? Toh Adit punya pekerjaan jelas, dan dia tau gajinya pun tidak sedikit. Memang ada rasa tidak rela kalau sampai Adit berhasil dekat dengan Celine. Tapi dari perspektifnya sebagai laki-laki yang ingin mengejar perempuan yang disukainya, seharusnya ketakutan dari segi materi bukan masalah. Fokusnya hanya akan pada wanita itu, bukan materi atau pun status sosial yang ia dan keluarganya miliki.

"Menurut lo gimana Rad?" Tanya Sultan tiba-tiba.

"Gimana apa?"

"Nih anak di team gue takut deketin cewek gara-gara minder masalah status sosial." Jawab Sultan.

Evan tertawa, "Lo salah nanya sama Radian. Dia juga status sosialnya tinggi tau!" Radian kemudian menggeplak bahu Evan. Sedangkan yang dipukul berpura-pura sangat kesakitan.

"Yhaa, iya salah orang. Ngga bisa relate ya lo?"

Radian tidak suka pembicaraan ini.

%

Radian baru selesai meeting dan menjadi orang terakhir yang berada diruangan saat kemudian Celine masuk. Keduanya tampak sama-sama kaget. Dan canggung.

"Hai." Sapa Radian.

Chance To Know YouWhere stories live. Discover now