12. Muka tembok aja!

379 50 3
                                    

Sepanjang perjalanan pulang mengantar Celine, senyum Radian tidak bisa ditahan. Perasaannya seperti sedang dibawa ke langit lalu diayunkan dengan pelan, sangat ringan. Dia melihat pipi Celine yang merah dan ekspresi wanita itu yang berpura-pura cuek disampingnya. Dari tadi sering kali ia mencuri pandang ke arah Celine yang diam seribu bahasa. Wanita itu terlihat kaget setelah tau bahwa Radian ternyata belum menikah. Radian lebih kaget lagi saat mendengar tuduhan Celine. Masuk akal baginya jika Celine menjaga jarak dengan Radian apabila wanita itu berpikir bahwa dia sudah menikah.

Fakta bahwa Celine merasa tertarik pada Radian adalah kabar yang paling membahagiakan. Dia sendiri pun kaget karena Celine benar-benar berterus terang seperti itu. Kebanyakan wanita yang ditemuinya selalu memberikan jawaban-jawaban ambigu, berharap dia mengerti kemauan atau perasaan mereka. Padahal dirinya bukan cenayang yang bisa membaca hati dan pikiran orang lain.

Sampai di lobby apartment Celine, Radian mengambil lajur kanan sehingga tidak menghalangi kendaraan lain yang hanya akan drop off. Ia mematikan mesin mobilnya.

Celine melepaskan sabuk pengaman dan bersiap turun saat Radian memanggilnya, "Cel,"

"Hm?"

Radian terdiam beberapa saat. "Do I have a chance?" Tanpa basa-basi Radian langsung menanyakannya.

Celine pun tidak berpura-pura bodoh akan pertanyaan pria itu. Dia juga terdiam dan tetap duduk menghadap kaca depan.

"Give me a chance to know you. Will you?" tanya Radian lagi dengan lembut.

"Why?" Celine malah bertanya balik. Dirinya tidak ingin pengakuannya tadi yang membuat Radian mengambil keputusan ini. Perasaannya adalah tanggung jawabnya sendiri. Dia tidak butuh orang lain memberikan simpati padanya. Celine selalu meninggikan gengsinya. Dia tidak ingin orang merasa kasihan padanya. Harga dirinya terlanjur sangat tinggi.

Radian menatap Celine dalam. Tidak pernah dia merasakan yang seperti ini. Perasaan ingin cepat mengungkapkan apa yang dia rasa. Memberi tahu wanita disebelahnya bahwa ia menyukainya. Tapi Radian juga sadar bahwa terlalu terburu-buru juga tidak akan terlalu baik bagi mereka. Bisa saja Celine menagnggapnya aneh. Mereka perlu saling mengenal terlebih dahulu, memvalidasi perasaan masing-masing.

"Because I'm not married, yet?" goda Radian, lalu ia tertawa sendiri. Seakan-akan menggoda Celine akan menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk dilakukan kedepannya. Ekspresi kesal wanita itu sangat lucu dimatanya.

Celine mendengus sebal, "Everyone has a chance." Jawab Celine. Dia akan bersikap muka tembok aja, melupakan tuduhannya pada pria ini dan menganggap tidak pernah terjadi apapun.

Radian paham. Celine tidak ingin prosesnya secepat itu. Dengan mengatakan bahwa dia punya kesempatan saja sudah sangat berarti bagi Radian.

"I'll do my best."

Celine bingung, entah dia harus merasa senang atau kesal. Dengan Pertanyaan Radian barusan, jelas ia tahu laki-laki itu juga tertarik padanya. Tapi dia kesal dengan kenyataan bahwa ia mengungkapkannya terlebih dahulu demi membatasi hubungan mereka karena awalnya ia kira Radian sudah menikah!

"Gue masuk dulu kalau gitu. Makasih udah dianter." Ucap Celine sambil menatap Radian.

Radian mengangguk, "See you tomorrow!"

Dengan Cepat Celine menutup pintu mobil dan masuk ke lobby apartmentnya. Perasaan malunya sudah diubun-ubun!

%

Hari ini Celine memutuskan untuk bawa mobil karena mendungnya cuaca Jakarta di pagi hari. Dia tidak ingin mengambil resiko rebutan taksi dengan penumpang lainnya saat dirinya sendiri punya mobil. Dia semalas itu untuk menyetir, makanya terkadang dia memilih naik ojek online atau taksi. Ibunya berkali-kali menawarkan supir untuk mengantarnya kemana saja, tapi setelah Celine pikir lagi sepertinya seorang supir terlalu berlebihan baginya. Dia tidak sesering itu keliar dari apartmentnya. Ke kantor pun tidak setiap hari.

Chance To Know YouWhere stories live. Discover now