10. Kabur-kaburan

368 50 4
                                    

Celine sedang menemani Nayara yang seperti baru bangkit dari tidur panjangnya. Terlalu penuh energi. Temannya itu dari tadi wara-wiri penuh semangat dari satu toko ke toko lain, retail theraphy katanya.

"Menurut lo, lipsticknya bagus warna yang mana?" tanya Nayara sambil memperlihatkan hasil swatch lipstick ditangannya.

Celine melihat dengan teliti, baginya warna yang ditunjukan temannya itu tidak terlalu significant perbedaan warnanya, "Nayara Kesuma, it's Dior. All color looks pretty on you. And I don't see any significant difference from the color on your hand dude, honestly." jawab Celine jujur. Nayara ini tipe yang mau pakai dan berdandan seperti apa pun akan tetap cantik.

"Should I buy these two then?" Nayara menunjuk pilihannya. Lagi-lagi terlihat hampir sama dimata Celine. Ia pun mengangguk, "Yeah, go ahead."

Celine bukannya tidak suka berdandan, dia hanya selalu berdandan sesimple dan seminimalis mungkin. Dia juga cenderung menghabiskan apa yang sudah ada terlebih dahulu untuk make up ketimbang mengoleksinya. Celine hanya punya masing-masing 2 warna untuk lipstick dan liptintnya, warna yang agak sedikit gelap hampir maroon dan nude. Karena kedua warna itu yang paling sering ia gunakan, juga kombinasikan. Selebihnya seperti blush on, eyeshadow, dan teman-temannya dia hanya punya masing-masing 1. Bukannya pelit atau perhitungan, hanya saja dia pusing jika melihat banyak barang dimejanya.

Parfum adalah pengecualian. Dia punya lemari khusus untuk menyimpan koleksi parfumnya. Jadi tidak akan terlihat berantakan, karena semuanya tersusun rapih dilemari tersebut. Dia juga baru menambahkan koleksi parfumnya dengaan Dior Sauvage, rekomendasi dari orang yang ditemuinya di lift apartment Nayara.

Wait.

Orang yang ditemuinya di lift.. Mirip sama Radian.

Was it him?

Celine terdiam cukup lama, bahkan Nayara sudah selesai dengan pembayaran lipsticknya.

"Kita lanjut." Ucap Nayara.

Celine hanya mengikuti, masih shock dengan ingatannya yang muncul tiba-tiba. Tapi Nayara berhasil mengalihkan perhatiannya dengan ajakan ke store Lacoste.

"Lo abis dapet bonus gede? Gue liat belanjaan lo hari ini udah bisa dp rumah." Kata Celine masih sambil mengikuti Nayara keliling store.

Nayara melihat kearah Celine, temannya itu terlihat lebih lesu dari biasanya. "Lo lagi kenapa? Cerita dong, biar kehadiran gue tuh ada manfaatnya dihidup lo."

Celine menghela nafas panjang, "Nanti deh pas makan gue cerita."

%

Bagi Celine, situasi ini salah. Seharusnya insting untuk terus menatap Radian itu tidak pernah ada. He is married, for God's sake!

Terlalu banyak kebetulan dan keadaan dimana dia dan Radian bertemu. Dia tidak meminta hal ini terjadi didalam doanya setiap pagi.

Radian juga seakan menantangnya dalam adu tatap yang sesekali terjadi secara tidak sengaja. Makan siang ajakan Daril ini sangat tidak baik bagi kesehatan jantung dan mentalnya. Daril hanya berkata bahwa mereka akan makan siang dengan beberapa anak drilling, ia tidak menyebutkan bahwa manager drilling juga ikut makan siang bersama mereka. Celine merasa dijebak oleh situasi. Ditertawakan oleh nasib dan keadaan.

Dari dulu Celine tidak pernah berniat ataupun terpikirkan untuk suka dengan suami orang. Tapi dunia disekelilingnya seakan membuat pertemuan antara dirinya dengan Radian yang terjadi secara terus menerus ini sebagai hukuman. Hukuman bahwa sempat terpikir olehnya untuk mendekati pria itu. Pria yang faktanya sudah menjadi milik perempuan lain. Dan sekarang seakan ejekan itu kurang, instingnya selalu ingin mencuri lirik pria itu, selalu penasaran dengan gerak-geriknya. Dari luar Celine terlihat biasa saja, cenderung cuek. Tapi hatinya dari tadi menjerit seakan minta dibebaskan.

Chance To Know YouWhere stories live. Discover now