12. Mulai...

2.2K 257 22
                                    

Matanya melotot, namun ia berusaha tenang. "Kok bisa suka???"

Varsha terdiam dan membiarkan dirinya berpikir, "Um, karena dia seperti musik dan lukisan."

"Apaan sih??? Ngomong yang jelas!"

"Intinya, saya suka sama dia." Ujar gadis itu yakin.

Wren mengeraskan rahangnya. "Perjelas, suka dalam arti apa lu?" Tanyanya menuntut.

"Dalam arti sebenarnya. Saya suka Vanilla sebagai perempuan."

Ia tatap dengan tajam Varsha yang berdiri di depannya ini. Kemudian, perlahan gadis itu mulai tersenyum miring. "Gue cuma mau ngasih tau aja, sih. Val itu gak suka sama cowok."

Satu perubahan ekspresi telah Varsha tunjukan. Gadis itu sedikit mengerutkan alisnya bingung. "Lalu?"

"Dan gue bukan cowok." Kemudian Wren menepuk-nepuk pundak gadis itu beberapa kali, lalu langsung pergi dari sana.

Varsha menatapnya yang berjalan menjauh. Ia hanya terdiam di sana dengan ekspresi yang kembali datar.




Di kelas...

"Habis dari mana lu?" Vanilla melihat gadis itu yang kini duduk di bangkunya.

"Toilet."

"Ih gak ngajak! Gue juga mau tadi!!"

"Lu gak bilang."

"Ya kirain lu mau ke kantin! Yaudahlah nanti aja pas istirahat." Gadis itu pun kembali memainkan ponselnya di sana.

"Val." Ia menoel-noel tangan itu.

"Hm?"

"Gue--"

"Wren!" Tiba-tiba saja, seorang gadis berambut sedikit ikal, menghampiri mejanya. "Nih!"

Wren menatap lipatan kertas yang gadis itu berikan. "Apaan, nih? Cek satu triliun?"

"Ish!! Bukan! Ada orang yang ngasih lu ini!" Gadis itu sedikit membungkuk dan berbisik. "Surat..."

Wren dengan tampang bingungnya, langsung bertanya, "Dari siapa???"

Gadis itu hanya menggendikkan bahu. "Ambil, nih! Mau gak? Kalo enggak, gue buang. Gak ada yang tau kalo ternyata itu beneran cek."

"Yaudah sini!" Diambilnya kertas itu dengan dirinya yang penasaran.

Gadis berambut ikal itu pun akhirnya pergi dari sana setelah sebelumnya nampak cekikikan.

"Apa itu?" Tanya Vanilla yang juga penasaran.

"Gak tau. Surat katanya."

"Wedewww... Coba buka!"

Tangannya pun membuka lipatan kertas tersebut dan membaca tulisan di dalamnya.

"Lain kali kita ngobrol ya, Wren."

"Itu doang isinya?"

Wren membolak-balikkan kertas tersebut, lalu mengangguk. "Siapa ya yang nulis?"

"Hii serem hiii!! Siapa tuuu??"

Wren berdecak sembari menatap sinis Vanilla yang berada di sampingnya. Lalu, ia pun kembali menatap kertas itu. Kemudian, pandangannya teralihkan ke arah ambang pintu kelas di mana ada seorang gadis berjaket model varsity oversize berwarna hitam, masuk ke dalam kelas dengan langkahnya yang santai dan ekspresinya yang datar seperti biasa.

Gadis itu berjalan lurus ke bangkunya yang berada di paling kiri jajaran ketiga tanpa menoleh ke sana dan ke mari.

Kemudian, gadis itu menaruh headphone-nya ke atas meja yang semula ia kalungkan pada leher. Tangannya bersidekap di dada dengan tubuh sedikit bersandar pada kursi.

AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang