Bab 1

338 41 1
                                    

Sore menjelang malam, suara ribut Choi Seungcheol terdengar mencekam memenuhi seisi rumah. Semua orang yang berada disana berhamburan dengan cemas, beberapa kali bolak-balik hanya untuk mencari seorang anak yang diistimewakan di kelompoknya.

“Hyung, tenang lah. Aku yakin Junnie pasti baik-baik saja. Dia sudah dewasa, dia bisa melindungi dirinya sendiri.”

Seungcheol menatap tajam Kim Mingyu, “Tutup mulutmu.” mata kuning nya tampak mengkilat. “Dia sudah melebih batas jam pulang yang kuberikan,” katanya.

“Soonyoung, kau sudah mencarinya di seluruh hutan?”

“Ya, aku bahkan bertanya pada setiap serigala yang ku jumpai. Tidak ada yang melihat Junnie di sekitar hutan.”

“Hyung... Mungkinkah Junnie hyung pergi ke kota?” suara Seungkwan mencicit takut takut.

Seungcheol menggeram kesal, tak mengatakan apa-apa. Itu membuat Soonyoung dan Mingyu berpandangan kemudian segera berjalan ke luar.

“Aku akan mencari nya lagi Hyung, jangan khawatir.”

Tak ada seorangpun penghuni hutan yang tidak tahu, bahwa Choi Seungcheol seorang putra dari sebuah kelompok besar membesarkan seorang anak manusia. Itu adalah saat Seungcheol pergi ke kota untuk menjual tanaman obat. Langkahnya tiba-tiba berhenti saat hendak menapaki perbatasan hutan ia melihat sesuatu yang berkilauan di balik semak-semak.

Seungcheol penasaran, ia akhirnya menghampiri, menemukan seorang anak bayi tengah memainkan kalung dengan bebatuan yang menjuntai di lehernya. Bayi itu menatap Seungcheol dengan mata besarnya. Ia tampak nyaman berbaring dalam keranjang berisi kain dan dedaunan yang berjatuhan. Sama sekali tidak menangis, pun setelah Seungcheol menggendongnya.

Umur Seungcheol saat itu sebelas tahun, sedang menjalani tantangan dari Ayahnya untuk hidup mandiri. Tanaman obat yang ia bawa di letakkan begitu saja, ia tidak jadi pergi ke kota dan kembali kedalam hutan membawa sang bayi.

“Ayah, aku menemukan bayi.”

Ibu dan Ayahnya berpandangan, menatap si bayi yang masih asyik bermain sendiri dengan kalungnya.

“Aku menemukannya di pintu masuk hutan, Ayah. Bisakah kita merawatnya?”

Dari jarak kejauhan pun semua yang berada di rumah itu tau, itu adalah bayi manusia. Tidak tercampur keturunan serigala maupun vampir. Namun Ayahnya memandang anak itu sangat lama.

“Apa kau ingin aku merawatnya?”

Seungcheol tersentak. “Tidak Ayah, biar aku yang merawatnya. Aku... Aku pasti bisa.”

“Tapi dia berbeda dengan kita sayang.” Ibunya mendekat, mengelus surai Seungcheol meskipun matanya nampak jelas menatap sang bayi penuh kelembutan.

“Apa kau akan mengizinkannya?” tanya sang Ibu pada suaminya.

“Aku mengizinkannya, tapi setelah dewasa biarkan dia hidup sendiri. Kita tidak bisa membiarkannya terlalu lama hidup bersama kita. Dia bisa saja menjadi kelemahan kita suatu hari nanti.” ucapan sang Ayah sangat benar adanya, membuat Seungcheol termenung untuk sesaat.

“Temui bibimu, dia bisa menyusui nya bersama dengan Soonyoung.”

Sang Ibu lantas menamai bayi itu dengan nama Junhui. Dengan marga Moon yang tersemat. Saat Seungcheol menanyainya, sang Ibu menjawab karena bintik tahi lalat di wajah si bayi membentuk bulan sabit.

Dan semenjak itulah tanggung jawab Seungcheol menjadi besar. Sang Ayah selalu mengharapkan nya menjadi sosok alpha yang kuat, sebagai calon pengganti sang Ayah kelak. Namun di lain sisi, fokus nya menjadi terbelah karena harus menjaga Junhui.

EustomaWhere stories live. Discover now