Bab 4

159 36 13
                                    

“Hyung, apa yang sedang kau lihat?”

Yoon Jeonghan menghiraukan suara teguran sang adik yang baru menginjakan kaki disampingnya itu. Mereka berdua berdiri di atas bangunan melihat kearah jalan di bawahnya. Jubah yang mereka kenakan berkibar tertiup angin sore, seirama dengan rambut mereka yang bergerak dan bergoyang.

“Wonwoo hyung?”

Lee Seokmin, menyipitkan mata. Menatap kedua orang yang sedang berjalan bersisian itu kemudian hidungnya mengendus samar.

“Serigala? Wonwoo hyung bersama serigala? Apa aku tidak salah melihat?”

Mata Jeonghan bersinar merah, bibirnya tersenyum miring. “Seokmin-ah,” panggilnya.

“Hm?” Seokmin menoleh, kepalanya bolak-balik menatap antara Jeonghan dan kedua orang yang berjalan semakin menjauh.

“Berpura-puralah bertemu dengan Wonwoo, dan lihat apakah laki-laki disampingnya mengenakan kalung atau tidak. Dan katakan padanya kalau aku mengawasinya.”

Banyak pertanyaan di benak Seokmin tak sempat terjawab begitu Jeonghan dengan matanya menyuruh dirinya pergi. Ia akhirnya menghembuskan nafas dan melesat pergi untuk mengejutkan hyungnya yang lain.

Jubah yang Seokmin pakai dilepas begitu saja. Ia menunggu dibelokan jalan, membiarkan dirinya terlihat dengan jelas.

“Hyung!” Seokmin tak memperhatikan saat mata Jeon Wonwoo menggelap untuk sekilas. Ekspresi wajahnya turun, menatap tajam saat Seokmin menyapanya.

“Sedang apa kau disini?” Seokmin murni bertanya pada Wonwoo, namun matanya terus memandang laki-laki yang berdiri di samping Wonwoo. Diam-diam ia melihat kearah leher, tak menemukan seutas benang pun melingkar disana.

“Apa dia adikmu?”

Seokmin tersenyum lebar mengulurkan tangan, tak menunggu Wonwoo buka suara. “Hai! Aku Seokmin, adik Wonwoo hyung.”

“Benarkah? Wonu tak pernah bercerita memiliki adik. Senang bertemu denganmu! Aku Junhui!”

Senyum Seokmin langsung lenyap begitu Junhui menyambut uluran tangannya. Pun Wonwoo memberi tatapan memperingati, dan langsung melepaskan jabatan tangan mereka.

“Aku baru selesai membeli roti, dan kau? Apa yang sedang kau lakukan disini?”

Seokmin tampak kebingungan untuk sekelas. Ia mengerjakan mata. “Tidak, aku hanya berjalan-jalan. Kalau begitu aku pergi.” begitu ia melewati punggung Wonwoo, Seokmin berbisik. “Jeonghan hyung bilang dia mengawasimu.”

Wonwoo mengabaikan bisikan itu, kembali berjalan seolah tak terjadi apa-apa. Ia menganggap itu adalah bualan dan omong kosong semata sebelum akhirnya saat ia pulang, semua mata sedang memandangnya. Terutama Jeonghan yang terlihat bahagia.

“Apa ini hyung?” tanya Wonwoo.

“Apa kalian ingat cerita batu yang pernah Jihoon ceritakan pada kita?” Jeonghan menatap Jihoon dan Minghao, membuat mereka semua mengingat hari dimana cerita itu diceritakan. Namun itu sudah lama sekali.

“Cerita batu yang memiliki sihir. Harta terakhir bangsa elf. Apa kau mengingatnya?”

Lee Jihoon dan Xu Minghao saling berpandangan. Mereka berdua tentu tidak akan lupa. Namun aneh rasanya saat Jeonghan tiba-tiba membahasnya.

“Hm... Apa itu namanya... Iluva? Apakah benar Minghao-ya?”

Tak sabaran, Minghao mendengus. “Cepat katakan apa maksudmu hyung. Jangan bertele.”

Jeonghan memperhatikan tatapan Wonwoo yang terus menatapnya. Jari telunjuknya terangkat menunjuk Wonwoo. “Saudaramu itu memilikinya.”

Wonwoo menutup mata, tangannya terkepal kemudian menghembuskan nafas. Sementara keenam saudaranya yang lain menatapnya tak percaya.

Eustomaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें