Bab 3

167 42 3
                                    

“Seungcheol hyung,”

Lamunan Seungcheol pecah begitu Mingyu memanggilnya. Ia mendongak, menatap sepupunya itu yang berdiri menjulang didepannya. Alisnya mengerut, menandakan bagaimana terganggunya ia saat ini akan kehadiran sang sepupu itu.

“Apa?”

Tangan Mingyu terulur kedepan, menyodorkan gulungan kertas bertali ungu.

“Junnie hyung mengirim surat untukmu.”

Ada sedikit binar di mata Seungcheol saat ia menerima gulungan surat itu. Ia menatap Mingyu, “Kapan kau menemuinya?”

“Kemarin. Aku menginap di rumahnya semalaman, kemudian pagi tadi dia mengusirku karena harus pergi bekerja.”

“Apa Junnie baik-baik saja?”

“Hmm yaa? Dia terlihat bahagia saat hendak pergi bekerja. Mm dia juga menanyakanmu, kenapa kau tak mengunjunginya sesering Soonyoung hyung, aku dan Seungkwan. Dan oh! Dia bilang dia rindu masakan bibi,” jawab Mingyu panjang.

Seungcheol tersenyum tipis. Keterampilan memasak sang Ibu dimulai dari nol, bahkan tidak ada yang bisa ia tanya mengenai cara memasak karena itulah pertama kalinya mereka memasak untuk memberi makan manusia. Tak heran bagaimana Junhui merindukan masakan sang Ibu sering sampai di telinganya setelah sepupu-sepupu nya pergi mengunjungi Junhui.

“Begitu. Baiklah, terimakasih sudah mengantarkan surat ini.” Seungcheol kira Mingyu akan langsung pergi begitu mendengar usiran halus yang ia ucapkan.

Namun Mingyu malah menatapnya penuh keraguan. “Em... Itu hyung... Rumah Junnie hyung...”

“Kenapa rumah Junnie?” Seungcheol bertanya cepat.

“Eh... Tidak! Tidak! Sebaiknya kau cepat mengunjungi Junnie hyung!” seru nya, kemudian berlari secepat kilat.

Mengedikkan bahu setelah menatap tajam kepergian Mingyu, Seungcheol membuka perlahan surat di tangannya. Tulisan familiar milik Junnie yang tidak terlalu rapi mulai memenuhi penglihatan nya.

Kakak Seungcheol, Hai. Hehe bagaimana kabar kakak?

Ini sudah tiga bulan sejak aku tinggal di kota, tapi kakak belum menjenguk ku semenjak hari dimana kakak mengantarku. Apa kakak tidak merindukanku? Aku rindu kakak, Ayah, Ibu dan semuanya... Tapi aku tidak bisa kesana sekarang. Aku sudah mendapatkan pekerjaan lho! Kakak ingat toko roti yang aku tunjuk di dekat rumah? Aku bekerja disana. Pemiliknya sangat baik, dan sering membekali ku roti melon untuk dibawa pulang.

Tiga bulan yang lalu, Junhui genap berumur dua puluh. Mau tidak mau ia harus melepaskan Junhui untuk hidup sendirian seperti janjinya dua puluh tahun yang lalu pada sang Ayah. Berbeda dengan seluruh keluarganya yang merasa kehilangan akan kepindahan Junhui ke kota, laki-laki bermata belo itu justru begitu semangat mengetahui dirinya akan tinggal di kota.

Jauh-jauh hari sebelum pindah, Seungcheol sedikit terkejut begitu mengetahui sang Ayah sudah menyiapkan rumah untuk Junhui. Seungcheol tak mengira, ternyata sang Ayah masih menyisakan sedikit kepeduliannya pada Junnie. Letak rumah Junhui sedikit masuk kedalam gang besar. Tapi tidak terlalu jauh dari jalanan besar.

“Tidak banyak vampir di kawasan itu, aku berteman dengan seseorang disana. Jadi kita bisa memastikan Junnie akan aman,” kata sang Ayah pada Seungcheol.

Tidak banyak yang Junhui bawa saat ia pindah, ia hanya membawa semua baju dan beberapa buku coretan yang selalu ia bawa saat menjelajahi hutan. Sang Ayah dan Ibu turut serta mengantar Junhui saat pindah, beberapa kali orang-orang menatap kedalam gang melihat begitu banyak orang yang mengantar Junhui. Termasuk Seungcheol dan sepupu-sepupu nya.

EustomaWhere stories live. Discover now