Bab 5

203 35 5
                                    

Di lain sisi, nyatanya Seungcheol sudah mengetahui jika Junhui dan iluva itu berharga. Sebelum membiarkan sang Ayah menyimpannya, Iluva itu disimpan oleh Seungcheol. Ia tidak mengetahui apapun saat itu, dan dengan polosnya membuatkan liontin untuk Junhui kenakan sebagai kalung.

Setelah insiden kalung Junhui dirampas oleh serigala lain, sang Ayah mengajaknya bicara. Meminta Iluva untuk disimpan olehnya alih-alih oleh Seungcheol.

"Aku tahu ada sesuatu yang ayah sembunyikan tentang batu ini. Sejak pertama kali Ayah melihat Junnie di gendonganku, Ayah terus-menerus melihat batuan itu. Aku bisa membiarkan Ayah menyimpannya jika Ayah menceritakannya padaku.”

Sang Ayah mengembuskan napas pelan. Menatap matanya untuk sekian menit sebelum berjalan kearah jendela, melihat pohon-pohon. Dia kemudian bercerita, mengenai elf yang sudah punah diburu dan satu-satunya harta yang tertinggal yang mana adalah Iluva.

Seungcheol menatap kosong punggung, sang ayah. “Aku sudah pernah mendengar tentang elf, tapi kenapa mereka diburu?”

“Karena mereka adalah satu-satunya bangsa yang memiliki sihir. Mereka yang memburu elf merasa tidak aman, merasa takut bagaimana sihir akan membuat elf yang berkuasa. Padahal kenyataannya elf tidak pernah menampakkan diri, mereka hidup mengasingkan diri. Manusia, vampir dan serigala kemudian berbondong mencari elf hingga tempat tinggal mereka rusak. Banyak elf yang bunuh diri karena itu.”

“Pertama kali melihat Junnie dan batu itu, aku ragu jika itu adalah Iluva. Pun Junnie tidak memiliki telinga menyerupai elf. Tapi kemudian Paman mu memberitahuku, jika benar itu adalah Iluva. Kami berdua masih mempertanyakan bagaimana Junnie bisa memilikinya. Namun setelah mendengar Junnie mengadu bisa berbicara dengan hewan, dan suka menamai benda-benda yang ada di sekitarnya, aku semakin yakin. Junnie adalah keturunan terakhir elf.”

“Hanya elf yang memiliki kebiasaan itu,” gumam Seungcheol, sedikit shock. Sang Ayah berbalik menghadapnya.

“Kau tahu itu. Sepertinya Junnie bukan elf murni, ayah atau ibunya pasti manusia.”

“Kalau begitu, apakah Junnie dalam bahaya Ayah? Bagaimana jika ada yang mengincarnya?” Seungcheol khawatir, mengingat bagaimana kalung Junhui hilang dirampas.

Sang Ayah tidak menjawab, matanya menerawang entah kemana. “Luka cakar di dadanya itu akan meninggalkan bekas, bangsa kita menyebutnya tanda. Kau tahu artinya kan? Junnie bisa saja tidak aman walau dia berada dalam pantauan kita.”

“Jadi biar aku yang menyimpan Iluva itu. Dan kau jangan membuatkan nya liontin kalung untuk berjaga-jaga.”

Seungcheol jelas menolak, ia akan tetap membuatkan Junhui liontin kalung terlepas itu akan membuatnya dalam bahaya atau tidak. Seungcheol percaya itu adalah satu-satunya harga yang orangtua Junhui tinggalkan untuknya. Akan sangat egois jika membiarkan mereka menyimpannya tanpa Junhui mengetahui betapa berharganya Iluva itu untuknya.

“Biarkan Junnie merasa berhak. Itu adalah miliknya Ayah, satu-satunya yang tertinggal dari orangtuanya. Lagipula aku tidak yakin, siapa yang tahu Ayah akan menyingkirkan Junnie set—”

“Seungcheol!” sang Ayah melotot marah. Seungcheol balas menatapnya tanpa gentar. Ia yang pertama kali berpaling, keluar dari ruangan.

“Aku akan memberikannya pada Ayah.”

Seungcheol selalu ragu jika sang Ayah menyayangi Junhui karena diamnya, karena itu ia selalu mengkonfrontasi nya saat memiliki kesempatan untuk melihat reaksi Ayahnya. Meskipun kadang terlihat sangat jelas jika sang Ayah menyayangi Junhui, Seungcheol masih selalu ragu.

Kalung yang Seungcheol buatkan sudah selesai dua hari yang lalu. Hari ini ia akan menemui Junhui bersama Jisoo. Namun ternyata omega itu ternyata memiliki kesibukan lain, jadi ia dengan terpaksa akan pergi sendiri.

EustomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang