Bab 2

190 37 5
                                    

“Ayah! Kapan Ayah mengajakku pergi ke kota lagi?”

“Kita baru saja pergi kemarin Junnie.”

“Tapi aku ingin pergi ke kota lagi Ayah.”

“Hmm... nanti.”

“Huh! Kenapa tidak sekarang? Aku ingin makan gula-gula seperti kemarin. Aku mmm... Mau yang bentuknya hati, bintang, mmm dan apa lagi ya? Oh! Soonyoung juga suka gula-gula Ayah!”

Junhui mengikuti langkah lebar sang Ayah di belakangnya. Beberapa kali hampir tersandung jatuh, namun ia buru-buru berjalan seperti biasa demi bisa berbicara dengan sang Ayah, tanpa menyadari kemana mereka melangkah pergi.

“Junnie hyung! Jangan lihat!” didepannya, Mingyu tiba-tiba muncul menutupi mata Junhui. Namun terlambat, Junhui sudah melihat kearah tempat yang paling ia hindari di rumah ini. Belakang rumah.

“Aaaaaaaaaa!!!” matanya dengan jelas melihat Soonyoung tengah menyantap paha rusa. Giginya penuh darah tertawa pada Junhui. Jika mata Junhui melihat lebih luas, banyak orang yang tertawa sayang saat melihatnya merengek takut.

“Kakak!!!! Kakak Seungcheol!!!” Junhui buru-buru balik badan berlari sambil memanggil nama sang kakak.

Seungcheol sedang berbincang serius saat Junhui tiba-tiba datang sambil meneriakkan namanya dari ujung lorong. Wajahnya terlihat marah, dan takut menjadi satu.

“Kakakkk!!!”

“Ada apa?”

Langkah Junhui berhenti tepat di depan Seungcheol. Ekspresi nya tiba-tiba hilang saat menyadari siapa lawan berbincang Seungcheol. Yakni kekasih sang kakak. Ia memanggilnya kakak Jisoo. Junhui biasanya langsung bersikap kaku dan malu-malu dihadapannya.

“Kenapa Junnie?” Jisoo bertanya sambil tertawa lucu, melihat sikap Junhui yang masih belum berubah meski sudah lama semenjak mereka saling mengenal.

“Junnie... Katakan ada apa.” ulang Seungcheol. Junhui mengerjap, menghadap sang kakak sepenuhnya dan ekspresi nya kembali.

“Kakak! Soonyoung memakan paha rusa! Dia tertawa padaku menunjukkan giginya yang berdarah seperti ini...” Junhui menunjukkan giginya, memperagakan Soonyoung.

Seungcheol dan Jisoo tertawa. “Lalu kenapa kau pergi belakang rumah? Bukan kah kau takut?”

Sebelum Seungcheol menemukan dan memutuskan untuk merawat Junhui, kelompok mereka memakan hasil buruan dimana saja. Mereka juga tetap seperti itu sampai Junhui menginjak usia lima tahun dimana anak kecil itu mengaku bisa berbicara dengan hewan.

Seungcheol sudah memberitahunya dengan lembut bahwa makanan mereka berbeda. Tapi Junhui tetap saja menangis saat melihat kelompok mereka memakan hewan lain. Sang Ayah akhirnya memutuskan, setiap hewan buruan yang berhasil mereka tangkap wajib dibawa dan di eksekusi di belakang rumah sampai Junhui tidak bisa melihatnya.

“Aku tidak pergi kesana! Aku sedang berbicara dengan Ayah dan tiba-tiba saja aku sudah berada disana kemudian Mingyu menutup mataku!” ceritanya, menggebu-gebu.

“Jadi Ayah yang membawa mu kesana?” tanya Seungcheol. Meskipun terlihat sangat peduli dan menyayangi Junnie, ada momen dimana menurut Seungcheol sang Ayah bersikap kejam pada Junhui.

Seperti pertama kalinya Junhui bertanya kenapa mereka memakan hewan, sang Ayah justru menyuruh Junhui untuk menjilat darah rusa. Itu membuat Junhui kehilangan nafsu makan selama hampir satu bulan dan Seungcheol mengamuk dibuatnya. Dan yang terakhir, adalah kemarin saat dengan gamblang nya sang Ayah memberitahu Junhui bahwa dirinya akan tinggal di kota.

“Em.. tidak tidak! Aku yang mengikuti Ayah? Ugh! Kenapa aku mengikuti Ayah!?”

Untuk kedua kalinya Seungcheol dan Jisoo merasa terhibur.

“Jadi kenapa kau mengikuti Ayah?”

Teringat dengan pertanyaan nya pada sang Ayah, ekspresi Junhui berubah antusias. Ia duduk di depan Seungcheol dengan mata yang berbinar.

“Kakak, bolehkah aku pergi ke kota?”

Alis Seungcheol menukik seketika, merasa sensitif dengan penyebutan kota.

“Tidak boleh! Kota sangat bahaya untukmu!” serunya, defensif. Membuat Jisoo dan Junhui menatap keheranan.

“Tapi... Aku ingin membeli gula-gula seperti yang Ayah belikan untukku...” Junhui merajuk. Tangannya menarik-narik ujung kemeja Seungcheol.

“Aku bilang tidak boleh!”

“Kalau begitu kakak saja yang belikan untukku!” seru Junhui, marah. Ia tak kenal takut saat melihat Seungcheol sudah mengeluarkan nada tinggi nya. Sengaja semakin merengek, mengetahui Seungcheol pasti akan menuruti keinginannya.

“Aku ingin gula-gula! Kakak! Aku ingin gula-gula! Yang banyak!”

“Junnie masih ingin gula-gula?” suara sang Ayah tiba-tiba menyapa.

Junhui semakin merengek, “Ayah! Kakak Seungcheol tidak mau membelikannya untukku! Ayah juga!”

“Kalau begitu ayo, Ayah akan mengantarmu membelinya.”

“Benark—”

“Tidak!” seruan Seungcheol mendahului Junhui. Seungcheol meragukan sang Ayah, siapa tahu tiba-tiba Junhui akan ditinggalkan di kota?

“Biar Jisoo yang mengantarnya. Aku ingin berbicara dengan Ayah.”

“Kakak Jisoo akan mengantarku!!??” Junhui berteriak girang sebelum kemudian menyeret Jisoo dan tubuh mereka mengecil sampai menghilang dari jalan setapak.

“Ayah. Kenapa Ayah berbicara seperti itu pada Junnie kemarin? Apa Ayah berniat mengusirnya?” nada bicara Seungcheol penuh sarkas.

“Tidak. Aku hanya berbicara jujur padanya, bahwa suatu hari dia memang harus tinggal di kota dan jauh dari kita.” kata terakhir diperjelas dengan penekanan yang sengaja.

“Tapi Junnie masih lima belas tahun Ayah!”

“Anak manusia akan dewasa pada umur dua puluh. Membutuhkan waktu lima tahun lagi sampai Junnie dewasa. Lima tahun tidak lama, Seungcheol. Jangan lupakan ucapan ku dulu.”

“Ayah...” Seungcheol menghembuskan nafas panjang. Suaranya melunak. “Bukan kah lebih berbahaya jika Junnie tinggal di kota sendirian?”

“Dia bukan keturunan kita, Seungcheol.”

“Air susu yang dia minum sama dengan Soonyoung Ayah!” geramnya. Pikirannya berbayang pada saat melihat Junhui menyusu pada sang bibi untuk pertama kalinya. Alis nya mengerut dan lidahnya menjulur, mengecap rasa susu yang asing di lidahnya. Kali kedua, setelah merasa familiar akhirnya Junhui bisa menyusu.

Sang Ayah tampak terdiam sangat lama, kemudian berucap, “Tidak.”

Seungcheol sama-sama terdiam kemudian. Sejak kecil hingga remaja, setengah pengetahuan yang Junhui punya berasal darinya. Setengahnya lagi adalah hasil dirinya mengeksplor hutan bersama Soonyoung dan Mingyu. Junhui sudah tahu mengenai semua kehidupan dan kebiasaan kawanan manusia serigala.

Namun ada satu yang secara sengaja atau tidak, Seungcheol tak pernah ajarkan. Junhui tidak tahu bahwa di dunia ini bukan hanya manusia murni dan manusia serigala. Seungcheol tak pernah memberitahunya tentang vampir. Bagaimana rupanya dan kebiasaannya yang selalu menghisap darah manusia.

Mungkinkah Junhui akan takut jika ia memberitahunya sekarang?

Selama hidupnya, lingkungan Junhui hanya hutan. Seungcheol melarangnya pergi ke kota sendirian ataupun meninggalkan hutan terlalu jauh. Dia tidak akan terbiasa tinggal di kota sendirian.

“Dia bisa bertahan. Karena itu aku mengajaknya lebih sering ke kota supaya dia terbiasa,” jawab sang Ayah, menjawab pikirannya yang tak sengaja ia ucapkan.

Seungcheol menghembuskan nafas panjang untuk kedua kalinya. “Lakukan yang Ayah mau. Tapi jangan lupa, kembalikan sisa bebatuan milik Junnie jika Ayah benar-benar akan membiarkannya pergi.”

tbc...

~ppai🍎

EustomaWhere stories live. Discover now