Rumah kamu kembali

40 8 0
                                    

Lapangan utama SMA 7 Soppeng telah disulap sedemikian rupa dengan begitu mewahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lapangan utama SMA 7 Soppeng telah disulap sedemikian rupa dengan begitu mewahnya. Pernak-pernik ditata untuk menghiasi lapangan yang luas itu. Lampu warna-warni, berbagai macam jamuan juga telah disiapkan dan bebas dimakan siapa saja. Di dekat pintu masuk juga disiapkan spot photo booth untuk para murid yang ingin berpoto bersama demi mengabadikan kenangan terakhir mereka di SMA. Para murid yang hadir terlihat begitu menawan dengan dress code hitam putih mereka. Di atas panggung sana, terdapat enam murid yang tengah diberi penghargaan sebagai peraih nilai ujian seangkatan. Tepuk tangan yang meriah ikut mengiringi keberhasilan mereka.

Viona dan Shera tengah diajak foto bersama murid lainnya dengan selempang warna hitam dipadukan warna emas yang dipasangkan di tubuh mereka.

Top 6 Siswa Berprestasi

"MAKAN-MAKAN, NIH!" seru Viona dengan heboh saat Shera sahabatnya itu akhirnya turun dari panggung. Ia pun menyambut Shera dengan pelukan singkat sebagai apresiasi.

"Lesu amat padahal dapet penghargaan," ujar Viona yang ditunjukkan untuk Shera saat melihat ekspresi perempuan itu tidak terdapat kebahagiaan sedikit pun.

"Seneng, kok." Shera mengulas senyum tipis. Dia menatap wajah sahabatnya itu. Mungkin suatu saat nanti dia akan merindukan semua kekonyolan Viona selama ini. Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa mereka telah mengakhiri masa SMA.

"Gue ke sana dulu, ya." Shera menunjuk ujung lapangan yang sepi dari orang-orang. "Mau nelpon seseorang yang gue tunggu selama setahun ini jadi pulang atau enggak."

Senyum gembira yang semula tercipta di wajah Viona sontak luntur. Ia menatap iba perempuan itu. Shera pasti sedang menaruh harapan besar terhadap kepulangan seseorang yang ia tunggu. Kalau sampai orang itu berbohong, ia tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. "Lo oke, kan?" tanya Viona.

"Aman. Have fun, ya!" balas Shera. Setelah itu, tanpa menunggu jawaban dari sahabatnya, dia segera berlari menghindar dari keramaian.

Setelah berhasil menjauh dari orang-orang, Shera langsung menumpu lututnya di atas rerumputan. Dia menundukkan kepalanya dalam serasa meremas tangannya disertai ringisan pelan. Napasnya terasa sesak dan dadanya begitu sakit.

"Aku kangen kamu, Keenan," gumam Shera di sela-sela ringisan sakitnya.

Dddrrrrtt ddrrrttt

Dengan jantung berdebar kencang, Shera merogoh ponselnya yang berada di dalam tasnya. Dia harap itu adalah panggilan masuk dari Keenan yang memberikan kabar kalau mereka sudah sampai.

"Keen—"

Raut wajah Shera yang sempat berbahagia kini luntur begitu saja saat melihat nama siapa yang terpampang di layar ponselnya. Meskipun begitu, dia tetap mengangkat panggilan dari orang itu.

"WOI! MONYET! KUNTI! GUE BARU DAPET KABAR DARI TEMEN LO YANG KEPOAN ITU ANJAY!"

Shera tertawa kecil mendengar suara teriakan Kalea di panggilan mereka. Dari suaranya saja, Shera sudah bisa membayangkan eskpresi perempuan itu sekarang.

"SELAMAT WOI! GILA SENENG BANGET GUE! LO MAKAN APAAN SIH, BISA BERUNTUNG GITU?!"

"Makan sakit hati," jawab Shera asal-asalan.

"Pokoknya tungguin gue pulang dari Jakarta. Gue punya hadiah keren buat lo. Tungguin, ya!"

Lagi dan lagi, Shera dibuat tertawa dengan kecerewetan Kalea. Perempuan itu banyak memberikan pengaruh untuknya. Kalea telah menjadi suppor system terbaiknya setelah Viona, meskipun tidak ditunjukkan secara langsung.

"Hati-hati, Lea. Gue pamit dulu, nih. Hehe."

"Pamit kemana?"

Shera terlihat kikuk. Tidak ingin memperpanjang percakapan mereka, dia memilih untuk segera mengakhiri panggilan. "Semoga selalu bahagia, Lea. Makasih udah jadi sahabat paling berarti buat gue."

Dengan berat hati, Shera benar-benar menutup panggilan mereka. Dia memejamkan matanya, berusaha menahan sesak yang kian menhunjam dadanya. Bukan hanya sesak karena harus menerima kenyataan sepahit ini, tapi juga sesak karena tubuhnya sudah menolak untuk diajak bertahan lebih lama.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk itu berhasil membuat fokus Shera kembali buyar. Pasti dari Kalea yang tengah protes lantaran dirinya mematikan telepon secara sepihak. Dengan malas, Shera pun kembali memandang layar ponselnya.

 Dengan malas, Shera pun kembali memandang layar ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rasanya, tubuh Shera seperti dilayangkan ke atas awan. Beberapa kali dia mengucek matanya untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah membaca pesan itu. Sungguh? Keenan menghubunginya setelah setahun lebih tak pernah membalas pesannya?

"HOREEEEE!" pekik Shera tak tertahan. Dia refleks melompat dengan tangan kiri meninju angin saking gembiranya perasaannya. Dengan gerakan cepat, dia berlari menuju keluar lapangan untuk memasuki taksi di sana.

Sebelum pergi ke sana, Shera menyempatkan untuk berpamitan terlebih dahulu kepada sahabatnya. Dengan wajah yang berseri-seri, dia berhenti sejenak. Beberapa meter dihadapannya, ada Viona yang menatapnya heran.

"Vio! Gue pulang duluan, ya!" teriaknya seraya melambai-lambaikan tangannya yang terangkat ke atas.

"Pulang ke mana?" tanya Viona. Wajah perempuan itu terlihat bingung dan gelisah sejak tadi.

"Ke rumah lah, lo kira ke kuburan?" Fira menimpali seraya menempeleng kepala teman kelasnya itu.

Shera tertawa kecil melihat tingkah mereka. Tanpa lama-lama lagi dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, dia segera melanjutkan langkahnya menuju luar sekolah.

"KEENAN NGECHAT GUE! WUHUUUU!!" teriak Shera di sela-sela larinya dengan sangat gembira. Ada perasaan membuncah yang tidak bisa dirinya jabarkan. Momen yang dia impikan sejak setahun lalu akan segera datang menyambutnya.

 Momen yang dia impikan sejak setahun lalu akan segera datang menyambutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]Where stories live. Discover now