Tapi gue punya Keenan

23 4 0
                                    

Nakala diam bersandar di tembok belakang di halaman rumah Reygan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nakala diam bersandar di tembok belakang di halaman rumah Reygan. Ia mengisap puntung rokoknya, menikmati setiap nikotin yang ia rasakan dan melepas penat yang ada di kepalanya. Nakala masih belum percaya bahwa Shera telah memiliki kekasih, termasuk hubungan yang dijalanin Shera selama tujuh tahun.

Kenapa Shera tidak pernah memberitahu semuanya pada dirinya? Kenapa Shera tidak memberi tahukan dari awal? Rentetan pertanyaan itu terus menghantui pikirannya, membuat ia lebih memilih melampiaskan rasa frustasinya dengan menyendiri sambil mengisap puntung rokoknya.

"Belum bicara baik-baik?" Reygan mengintip dari balik pintu. Nakala masih terus melakukan aktivitas merokoknya dan kali ini Reygan menghampiri Nakala dan ikut mengeluarkan satu batang rokok dari bungkusnya. Dia ikut berdiri di samping Nakala yang seperti tidak ingin diganggu jika sedang menikmati aktivitasnya itu.

"Jatuh cinta emang jadi salah satu bagian sulit dalam kehidupan," ujar Reygan tiba-tiba. "Perasaan tuh di satu waktu bisa membuat lo melambung tinggi dan di satu waktu juga bisa membuat lo jadi sehancur-hancurnya."

Nakala baru memaknai sungguh-sungguh perkataan itu saat menyadari apa yang dirasakannya hari ini. Melihat perempuan yang ia sukai ternyata telah memiliki kekasih adalah yang menyakitkan. Nakala memang bukan siapa-siapa perempuan itu. Namun, entah mengapa Nakala selalu ingin memiliki Shera. Memberikan perhatian sepenuhnya pada perempuan itu dan menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih.

Namun, rasanya semuanya menjadi sirna saat mengetahui Shera telah memiliki kekasih.

Reygan tersenyum miring. "Not a problem. Gue yakin, perasaan Shera mulai hilang untuk Keenan Karena adanya jarak, apalagi Keenan yang nggak pernah sama sekali ngasih kabar sama Shera. Lo punya peluang untuk rebut Shera dari Keenan, Kal. Shera nggak pantes buat Keenan."

Nakala membisu begitu mendengar ucapan Reygan. Ia menarik napas panjang dan masih belum bisa menyimpulkan semuanya. Sekali lagi ia mengisap puntung rokok terakhirnya dan menoleh ke arah Reygan, "Terus gue harus gimana? Gue suka Shera tapi dia milik seseorang."

Pertanyaan itu terlihat sungguh-sungguh dari tatapan Nakala yang terbaca. Seolah Nakala benar-benar kehabisan jalan pikir. Reygan menjawab pelan, "Rebut dia, You are entitled to him."

***

Beberapa hari berlalu dan entah mengapa Shera merasa bahwa Nakala akhir-akhir ini tidak seperti kemarin yang sempat memberinya perhatian lebih. Entah mengapa pula, Shera merasa hampa dengan hilangnya Nakala perlahan. Biasanya, chat dari Nakala selalu menjadi alasan Shera tersenyum. Namun, sudah dua hari ini Shera tidak mengawali harinya dengan senyum seperti biasanya. Ia membuka ponselnya di pagi hari dan masih terdiam menatap room chat-nya dengan Nakala yang masih sama seperti dua hari yang lalu.

Shera bangkit dari kasurnya, menjalankan aktivitasnya seperti biasa saat sebelum ia pergi ke kampus untuk mengikuti kelas pagi hari ini. Biasanya, Nakala selalu menawarkan tumpangan untuk pergi ke kampus bersama, tapi sudah dua hari ini Shera benar-benar tidak melihat batang hidungnya. Bukan hanya itu saja, chat dari Nakala yang selalu perempuan itu tunggu juga tidak pernah ada lagi.

Shera akhirnya memutuskan untuk pergi ke kampus dengan menaiki ojek online. Hingga tiba di kampus saat Shera menunggu lift di lobi untuk membawanya ke lantai enam, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Shera langsung menoleh dan mendapati Reygan yang berdiri di belakangnya.

"Sendirian aja lo, Rey?" Shera sedikit menengok ke belakang tubuh Reygan, berharap ada Nakala yang ia cari. Biasanya, tiga serangkai itu selalu bersama. Namun, Reygan terlihat datang seorang diri.

Reygan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Nakala sama Raka udah duluan di kelas."

Shera mengangguk paham. Sebenarnya, banyak pertanyaan di otaknya yang ingin ia tanyakan pada Reygan. Tentang apakah Nakala selama ini baik-baik saja karena Shera benar-benar jarang melihat kehadiran lelaki itu di kampus.

"Lo nggak penasaran tentang Nakala?" Senyuman itu mengembang tipis di wajah Reygan. Shera menoleh dan menaikkan alis. Sejujurnya ia bingung mau merespons apa.

"Gue lagi nebak aja. Kayaknya lo pengen banyak nanya tentang Nakala. Wajah lo daritadi gue perhatiin kayak lagi mikir berat banget."

Reygan seolah mengerti apa yang dirasakan Shera. Perempuan itu tertawa hambar, berusaha menyembunyikan rasa malu karena ekspresi wajahnya bisa ditebak. "Nggak, gue nggak–"

"Perasaan dia masih tetap sama."

Belum sempat Shera berpura-pura untuk terlihat seolah tidak penasaran, lelaki itu justru memberi jawaban yang membuat hatinya sedikit lega.

"Dia kalau jatuh cinta sama sesuatu, perasaannya bakal lama banget." Reygan menyeletuk tiba-tiba sambil menatap lurus pintu lift yang masih belum terbuka. Keakraban Reygan dengan Nakala yang ia lihat, apalagi Nakala yang pernah bercerita pada Shera bahwa Reygan dan Raka adalah kawan lamanya, entah mengapa membuat Shera percaya seutuhnya dengan ucapan lelaki jangkung berkemeja biru muda itu.

Reygan seolah peka dengan apa yang Shera rasakan akhir-akhir ini. Semenjak Nakala perlahan menghilang, Shera jadi berpikir, kesalahan apa yang membuat lelaki itu tidak lagi menghubunginya sejak kali terakhir Nakala mendobrak pintu unitnya. Asumsi Shera awalnya pasti Nakala sibuk, tapi tetap saja, sesibuk-sibuknya seseorang, apakah mengabaikan chat Shera adalah suatu hal yang logis?

Shera awalnya merasa sedih, tapi buru-buru ia kembali menetralkan perasaannya. Berusaha semaksimal mungkin tidak terlarut dalam kesedihan. Yang perlu ia garis bawahi adalah status mereka hanya sebatas teman, tidak lebih dari itu.

Lift berdenting dan mereka berdua pun masuk ke dalamnya lalu menekan tombol lantai tujuan masing-masing. Hanya ada mereka berdua dalam lift itu dan Reygan masih saja membahas hal tadi. "Kalau perasaan lo ke dia gimana?"

Shera terkesiap dengan mata yang membelalak. Lamunannya seketika buyar saat Reygan bertanya hal di luar dugaannya. Lelaki itu spontan tertawa melihat reaksi Shera, ia kemudian melihat ponselnya sekilas lalu berkata pada Shera.

"Coba lo cek ponsel, Sher. Nakala barusan WhatsApp lo."

Saat itu pula pintu lift yang sudah berada di tujuan lantai tiga terbuka. Reygan pamit untuk keluar dari liftnya sementara Shera menuruti instruksi Reygan untuk membuka ponselnya. Ternyata benar, ada tiga pesan singkat dari Nakala.

 Ternyata benar, ada tiga pesan singkat dari Nakala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Shera langsung tersenyum tipis membaca chat itu. Ada rasa bahagia saat ia mendapat pesan dari Nakala. Dengan segera Shera membalas pesan itu. Setelahnya ia bergumam menjawab pertanyaan Reygan tadi, "Kayaknya gue punya perasaan sama Nakala, Rey. Tapi gue masih punya Keenan."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]Where stories live. Discover now