Idaman katanya

37 7 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika semua tugas kuliah sudah terselesaikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika semua tugas kuliah sudah terselesaikan. Walau penuh dengan distraksi karena pikirannya terus dipenuhi oleh perempuan yang bernama Shera.

Reygan dan Raka sudah pulang pukul delapan tadi. Mereka berdua hampir tidak percaya dengan ucapan Nakala yang tampaknya benar-benar sedang jatuh cinta. Walau begitu, setelah pengakuan Nakala dan bagaimana ia bersikap setelah bertemu Shera, Reygan dan Raka menghabiskan dua jam penuh untuk memberikan tips bagaimana melakukan pendekatan kepada perempuan. Secara, Reygan dan Raka sudah lebih pro dibanding Nakala yang hidupnya selama ini terlalu lurus tanpa memikirkan romansa cinta dalam kehidupannya.

Nakala sudah berbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya, tetapi ia tidak bisa memejamkan mata karena pikirannya terus berkelana. Suhu AC 19 derajat yang biasa membuatnya nyaman untuk terlelap, kini tidak lagi membantu.

Nakala beranjak dari kasur kemudian menuju meja belajar. Ia kembali membuka laptop dan menyalakannya. Sembari menunggu laptopnya menyala, ia bersandar sejenak di kursi. Matanya melirik jam yang ada di atas nakas dan bergumam, "Udah setengah jam gue nggak bisa tidur karena kepikiran dia."

Begitu layar laptop itu menyala, buru-buru Nakala membuka laman pencarian di google. Jarinya berhenti sejenak sebelum menuliskan apa yang ada dipikirannya. Pasalnya, pencarian ini terlihat sangat aneh dibanding pencarian-pencarian lainnya yang pernah ia lakukan sebelumnya. Kalau biasanya ia mencari sesuatu yang berkaitan dengan tugas kuliahnya atau keilmuan yang ingin ia cari, kali ini ia akan mencari sesuatu yang berkenaan dengan perasaannya.

"Bagaimana rasanya jatuh cinta?"

Walau sore tadi Nakala sudah dapat menyimpulkan kalau dirinya jatuh cinta, diikuti dengan ledekan kedua sahabatnya, tetapi rasanya belum bisa menjadi tolak ukur pasti baginya. Sama seperti saat ia penasaran akan sesuatu, sumber dari pembicaraan Reygan dan Raka tidak menjadikan ia percaya begitu saja. Nakala akan tetap melakukan riset dari artikel maupun jurnal yang berkaitan dengan rasa penasarannya. Sama seperti kali ini yang membuat Nakala harus mencari tahu bahwa apakah dia benar-benar jatuh cinta atau tidak.

Satu per satu artikel ia buka. Ia cermati dengan saksama dan mencatat beberapa poin penting dalam kepalanya. Sesekali ia bergumam dan mengangguk, membenarkan fakta-fakta yang ada pada bacaannya.

Setelah menjelajahi beberapa artikel, Nakala merenung sejenak. Lelaki itu menarik napas panjang dan menatap langit-langit kamarnya. "Kalau gue beneran jatuh cinta, lo berarti hebat, Sher. Lo bisa mematahkan prinsip gue yang berniat pacaran pas mau nikah aja, alias nanti di usia 26 tahun." Nakala tersenyum tipis. Setelahnya, ia meraih ponselnya dan berjalan kembali menuju kasurnya, merebahkan diri di sana hingga beberapa saat kemudian sebuah notifikasi pesan muncul dari ponselnya.

 Setelahnya, ia meraih ponselnya dan berjalan kembali menuju kasurnya, merebahkan diri di sana hingga beberapa saat kemudian sebuah notifikasi pesan muncul dari ponselnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


ㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ *****

"Widiiiih, lo makin hari kok makin jelek aja sih, Sher?"

Ledekan itu datang dari bibir milik Kalea.

Shera yang baru saja tiba di kelas dan mengambil duduk di bangku sebelah Kalea hanya mendengkus sebagai respons, sedangkan Farah-perempuan yang Kalea kenalkan pada Shera saat hari pertama masuk kuliah ikut terkekeh pelan. Perempuan itu tiba-tiba sudah menjadi teman akrabnya seperti telah saling mengenal selama bertahun-tahun. Mungkin hal tersebut juga karena sifat Farah yang mudah berbaur alias extrovert.

"Anyway, Viona belum sampai, Lea?" tanya Shera.

"Viona? Tadi udah sampai, tapi dia katanya mau ke toilet dulu, ngaca."

Shera mengangguk paham. Beberapa hari masuk kuliah, banyak nama dan wajah baru yang sudah Shera hafal. Termasuk teman-teman sekelasnya yang sudah tidak asing melihat Shera karena sempat menjadi perwakilan dari jurusan Akuntansi yang menyampaikan sambutan pada hari terakhir ospek jurusan kemarin.

"Wah, Lea, ternyata ada yang lebih cantik dari gue." Shera tiba-tiba berujar ketika melihat Viona memasuki kelas. Rambut sebahunya jatuh terurai rapi, wajahnya terlihat mencolok dengan kedua pipi yang tampak merona hingga membuat Viona terlihat manis.

"Ish, apaan sih, Sher!" gerutunya tersenyum malu-malu.

Shera hanya terkekeh pelan. "Lagi gebet cowok yang mana lo? Dandanan lo niat banget," goda Shera yang membuat Viona memutar bola mata.

"Diem deh! Lo nggak ngaca, ya, dandanan lo bahkan lebih niat dari gue," balas Viona yang dihadiahi tawa kecil Shera."

"Oh, iya, Na. Ngomong-ngomong, lo udah hafal sama anak-anak jurusan kita belum?"

"Tiba-tiba banget?" Viona menaikkan satu alisnya.

"Tahu yang namanya Nakala nggak? Eum... Nakala Mahendra?"

Mata Viona membelalak. "Sher, sumpah! Lo nggak tahu dia?" tanya Viona tidak percaya. Shera menggeleng pelan. "Di regu gue aja, dia jadi buah bibir. Soalnya dia itu cowok yang jadi tipe idaman cewek-cewek!"

Shera mengernyit. Seperti biasa, jajaran lelaki tampan atau lelaki populer jarang masuk ke telinganya. Lebih tepatnya, Shera merasa itu bukan hal penting yang perlu ia ketahui. Kalau bukan karena Viona, mungkin ia tidak akan pernah tahu jajaran lelaki popular yang ada saat mereka duduk di bangku sekolah menengah atas.

"Bayangin, Sher. Lo tahu nggak sih, tipe cowok wattpad? Atau enggak AU deh? Kayak yang tinggi, cakep, terus pinter gitu. Gue kemarin coba stalk, kan, Instagramnya. Tahu nggak? Dia pernah ikut lomba olimpiade Matematika di Prancis dan dapet medali emas. Terus dia juga pernah beberapa kali ikut kompetisi koding-koding gitu pas SMA. Kayak... gila sih, gue pun speechless, Sher."

Sebenarnya Viona sedikit hiperbola mengenai Nakala yang notabenenya seperti cowok wattpad. Shera pun sedikit tersenyum dan memaknai kata demi kata yang barusan keluar dari mulut Viona. Kalau dilihat-lihat, benar juga. Saat keduanya bertemu di lift beberapa hari yang lalu, Shera dapat melihat proporsi wajah Nakala yang tampak hampir sempurna di matanya. Hidung yang mancung, rahang tegas, dengan potongan rambut hitam rapi yang membuat siapa pun pasti terpikat dengan lelaki itu. Dari situ pula harusnya Shera sadar, bahwa Nakala juga termasuk jajaran the most wanted person yang ingin dipacari oleh kebanyakan kaum perempuan. Belum lagi sikapnya yang seperti tetap membumi, ya walaupun mereka baru bertemu empat mata kurang dari lima menit, tapi Shera dapat menyimpulkan bahwa Nakala bukanlah sosok yang merasa dirinya terlalu tampan dan menjadikannya bersikap angkuh.

 Belum lagi sikapnya yang seperti tetap membumi, ya walaupun mereka baru bertemu empat mata kurang dari lima menit, tapi Shera dapat menyimpulkan bahwa Nakala bukanlah sosok yang merasa dirinya terlalu tampan dan menjadikannya bersikap angkuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Infinity Lovein Of Shera [Telah Terbit]Where stories live. Discover now