Dua Puluh Sembilan

5.3K 494 22
                                    

Aeris baru keluar dari studio pada pukul delapan lewat. Acara Bincang Peristiwa Sepekan tadi berjalan dengan lancar.

Selain Aeris, Anye sebagai produser news juga turut menghadirkan narasumber seorang psikolog bernama Arleen Amidjo, juga seorang penyintas---perempuan berusia pertengahan dua puluhan yang pernah mengalami perogolan* oleh orang terdekatnya sendiri.

Perempuan bernama Aditha itu memakai masker dan suaranya disamarkan. Anye yang gigih berhasil mendapatkan perempuan itu untuk diberi kesempatan berbicara kepada khalayak umum setelah sembilan tahun hanya dapat menyimpan traumanya.

"Buat perempuan yang jadi korban pemerkosaan itu sakitnya dobel," ujarnya memberi keterangan. "Setelah fisik dan psikologis kami didera oleh trauma dan ketidakberdayaan melawan sesuatu yang dipaksakan pada kami, kamipun masih harus menjalani interogasi dan visum. Dan percayalah, itu nggak mudah buat kami. Mungkin hal itu juga yang membuat banyak perempuan diam. Bagi mereka satu kali mengalami perkosaan sudah cukup buruk. Nggak perlulah harus diulangi lagi perasaan terpuruk itu dengan menceritakan ulang kronologinya pada dokter visum, atau polisi."

Saat itu yang melecehkan Adhita adalah sepupunya sendiri. Adhita dipaksa melakukan hubungan intim dengan seorang lelaki yang selama itu dianggap kakak dan panutan bagi Adhita.

Seharusnya kakak sepupu Adhita itu menikah dengan perempuan yang dijodohkan oleh paman tua nya dengan seorang gadis dari keluarga terpandang. Namun si kakak sepupu,  yang sudah sejak lama diam- diam menyukai Adhita, nggak punya pilihan lain. Dia ingin mendapatkan Adhita, namun nggak kuasa melawan kehendak sang ayah.

Ketika itu, usia Adhita baru 16 tahun. Kakak sepupunya itu 21 tahun dan masih duduk di bangku universitas. Pada akhirnya, Adhita yang harus berjuang sendirian menghadapi traumanya. Ayahnya yang memaksa supaya Adhita melaporkan perbuatan sepupunya itu pada pihak berwajib, harus menjalani serangkaian pemeriksaan yang membuat Adhita semakin dalam merasakan traumanya itu. Diperiksa, ditanyai, dibeberkan di depan umum bahwa dirinya sudah diperkosa.

Rasanya sakit bukan main. Sampai- sampai perempuan itu nggak bisa lagi untuk menghadapi dirinya sendiri dan memilih pergi dari kotanya. Ketika usianya 16 tahun, Adhita nekat pergi ke Bandung. Ke tempat saudara- ayahnya.

Karena rupanya sang sepupu juga kebal hukum dengan segala uang yang dimiliki paman tua nya.

Sedikit banyak kisah yang diceritakan Adhita hampir mirip dengan yang pernah dialami Aeris beberapa waktu yang lalu. Ketika Lucas menyekapnya di loteng yang kotor dan penuh dengan sarang laba- laba dan tumpukan barang.

Aeris juga sampai saat ini cuma bisa bungkam demi keselamatan mamanya. Dia nggak mungkin menceritakan hal itu pada orang lain. Termasuk mamanya. Hal itu akan membuat Elma kepikiran.

Jangan salah! Elma tidak akan segan- segan untuk meninggalkan Pak Win jika terbukti Lucas melakukan pelecehan padanya. Hanya saja, Aeris merasa nggak akan sanggup menghadapi hujatan dari keluarga besar Ayah tirinya itu.

Selama ini, mereka cenderung meremehkan mama Aeris. Hanya karena sikap Elma yang sempurna, hingga detik ini mama Aeris itu masih dapat melenggang dengan selamat diantar gerombolan burung pemakan bangkai-- terlebih keluarga almarhumah istri Adiwinoto Januardy-- yang hingga kini masih sering ikut campur urusan keluarga Win dengan Elma.

***

Saat turun dari lantai 21 malam itu, Aeris sudah melihat sosok berambut gondrong dengan kaus warna hitam dan celana jin berwarna senada yang menunggunya di lobi.

Jagad tampak menonjol diantara orang yang berlalu- lalang di lobi ZMO  yang bergaya futuristik itu. "Udah lama nunggu?" sambut Aeris ramah. Jagad bengong.

Dia tahu, pacarnya ini sangat cantik, tapi dia nggak akan bosan untuk mengatakannya. Namun alih- alih melisankan apa yang ada dalam pikirannya, lelaki itu malah garuk- garuk kepala nggak jelas.

Vivi dan Dera dua resepsionis gedung  diam- diam terus mencuri pandang ke arah Jagad yang memang mirip banget sama Keanu Reeves versi Indonesia itu.

Ditambah lagi, pembawaan Jagad yang cenderung cuek, membuat gadis - gadis, tante- tante, semakin penasaran padanya. "Ah, baru kok. Kamu mau makan?"

"Sekarang?"

"Iya. Aku udah laper nih. Sengaja nunggu kamu. " Tangan Jagad terulur untuk mengambil sesuatu yang nyangkut di rambut Aeris. Gestur kecil itu mau nggak mau bikin perut Aeris mulas karena bahagia. "Yuk," tanpa mempedulikan kiri- kanan lagi, Jagad menggamit lengan Aeris. Menggandengnya pergi dari tempat itu.

Baik mata Vivi maupun Dera, mengikuti keduanya dengan tatapan iri, seraya berbisik- bisik. "Hoki banget si Aeris. Pacarnya hot banget gitu. Dapet di mana ya kira- kira?" gumam Dera.

"Tau tuh. Tapi ya sebenarnya wajar aja sih. Si Aeris cakep juga. Yang aneh tuh kok selama ini dia nggak pernah gandeng cowok!"

"Gue kira dia suka sama si Bimo!"

"Ih, kalau si Bimo sih bukan kelasnya dia."

"Jadi rupanya kelasnya Om- om gitu ya?" Cibir Dera yang menoleh ke arah Vivi. Keduanya kemudian tertawa. Tepat pada saat itu, Rai tergopoh-gopoh menghampiri dua gadis itu.

Baik Vivi maupun Dera langsung diam. Yang ini boleh juga. Lebih muda dan bersih. Ganteng pula. "Permisi, apa Aeris masih di atas?"

"Oh, teman Aeris?" Vivi menoleh sekilas pada Dera. "Baru aja pergi, Mas. Dijemput pacarnya. "

"Pacar?"

"Iya. "

Mendadak wajah ganteng itu berubah jadi pias.

***

Di dekat kantor Aeris ada sebuah food truck yang diparkir. Mereka menjual hot dog, burger, sosis bakar dan sandwich. Di belakangnya ada minimarket 24 jam. "Kamu mau  makan apa?"

"Aku pengin nasi goreng deh,"

"Serius?" mata Jagad menyapu tubuh kekasihnya yang tampak seperti nggak menyimpan cadangan lemak sama sekali. "Dulu kayaknya kamu lebih suka makan daun-daunan kan? Sekarang udah pindah haluan?" Jagad penasaran. Bukannya apa- apa, dia memang cuma penasaran saja.

Dulu dia menganggap bahwa Aeris ini adalah tipe gadis yang manja. Jaga berat badan hanya dengan makan serumpun dedaunan. Pergi ke salon setiap Minggu, suka hura- hura di kelab malam. Mabuk- mabukan dan suka gonta- ganti pacar.

Dulu Jagad sempat nggak menyukainya. Dia mengira bahwa gadis itu akan membawa pengaruh buruk .  Terlebih baginya yang jujur saja langsung tertarik pada pertemuan pertama dengan gadis yang lebih muda 14 tahun darinya itu.

Dulu Jagad sempat menyangkal bahwa dia menyukai Aeris. Bahkan meskipun darahnya selalu berdesir ketika bertatap muka dengan gadis berparas oriental itu, dia tetap menolak ide bahwa dirinya naksir berat pada Aeris .

"Yah, lagi kepingin saja." Ujar Aeris malas.

Sebenarnya saat ini Aeris merasa sangat kelelahan secara emosional. Dia puas acara yang dibawakannya sore tadi membuat rating Bincang Peristiwa Sepekan naik. Namun topik yang mereka bahas sangat relate dengan apa yang dialaminya, membuatnya merasakan sesuatu yang  sudah lama dilupakannya.

Mendadak wajah itu menjadi murung. Jagad melihat perubahan ekspresi di wajah gadis itupun urung meninggalkannya untuk memesan makanan. "Hei," ujarnya lembut, seraya membelai rambut gadis itu, "kamu kenapa? Hari yang berat ya? Tapi kulihat kamu hebat banget tadi. Aku bangga banget punya pacar cerdas yang lancar ngomong di televisi. Di tonton sama orang se- Indonesia lho tadi!"

Jagad kini kembali duduk di balik jok pengemudi. Pintu mobil ia tutup kembali. Diambilnya kepala Aeris, lalu direbahkannya ke pundak kokoh pria itu. Membuat Aeris merasa sedikit lebih tenang.

Ia sandarkan kepalanya ke bahu Jagad yang lebar. Merasa lebih tenang sedikit. Meskipun masih ada yang mengganjal dalam benaknya.

"Kalau aku bilang aku pernah mengalami hal yang tadi dibahas di acara BPS tadi, apa kamu bakalan jijik sama aku?"

***

Perogolan: pemerkosaan.

A Little Bit SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang