Empat puluh

4.4K 437 17
                                    

Siang itu Elma  sengaja mampir untuk menyampaikan undangan makan malam keluarga pada Aeris.  "Ajak pacarmu juga. Karena Papamu juga kepingin tahu. Dengar- dengar dia pengusaha bengkel dan mobil bekas?"

Aeris sempat mengangkat alis. Begitu cepat informasi itu sampai ke telinga mamanya. Dia yakin, itu adalah hasil jerih payah salah satu saudara tirinya. Sebab, Aeris belum banyak bercerita tentang Jagad pada mamanya.

Kemarin sewaktu tak sengaja ketemu di Buttercups, mamanya tak banyak bertanya. Mereka hanya berkenalan biasa. Meskipun Elma diam- diam mengamati sosok pacar anaknya.

"Menurut kamu dia nggak terlalu... dewasa?"

"Umurnya memang udah mau empat puluh satu tahun ini, Ma."

Elma jelas- jelas gagal menutupi kekagetannya. "Empat puluh satu? Itu kayak usianya Oom Narya kan?" kali ini ekspresi mamanya berubah khawatir. "Dia sudah duda atau bagaimana?"

"Dia belum pernah menikah, Ma."

"Kamu yakin? Mama lihat- lihat orangnya gagah begitu. Mustahil kalau belum ada satupun perempuan yang nyantol, Ris. "

Aeris mendesah putus asa. Matanya sendu menatap sang mama. Sekarang dirinya gamang, antara mau jujur, atau menutupi status Jagad, bahwa dia adalah bapak satu anak. Yang bukan anaknya sendiri. Melainkan anak mantan kekasihnya.

Tapi kalau sampai Elma tahu dari orang lain, malah akan lebih celaka. Dengan berat hati, Aeris terpaksa mengatakannya. "Dia udah punya satu anak, Ma."

Elma yang tadinya hendak mendekatkan gelas berisi es teh tawar ke mulutnya, kaget. Gelas hampir meluncur jatuh ke lantai. Aeris dapat menangkap gemetar tangan mamanya yang dengan wajah syok mengembalikan gelas es teh ke atas meja. "Punya anak? " Ulang Elma tak percaya.

Aeris mengangguk.

"Maksudmu dia Married By Accident? Anaknya hasil hubungan di luar nikah?" bisik Elma. Seolah- olah tak mempercayai pendengarannya.

Anaknya yang cantik dan cemerlang ini berhubungan dengan pria pelaku hubungan di luar nikah?

"Aeris, sekarang kamu jawab mama dengan jujur," Elma mengatupkan kedua belah bibirnya. Wajahnya berubah gusar. "Sejauh apa hubunganmu dengan pria itu?" todong mamanya.

Ditanyai demikian, tentu saja membuat Aeris gugup. Karena hubungan Aeris dengan Jagad bukan hubungan yang sederhana. Yang cuma melibatkan makan siang bareng, nonton bioskop, gandengan tangan atau cium pipi.

Melihat ekspresi yang tampak di wajah anaknya, Elma langsung menyambar gelas berisi es teh di hadapannya. Menenggaknya hingga tandas. Melupakan keanggunannya.

Ditatapnya mata Aeris dengan tajam. "Mama harap kalian bertanggung jawab dengan apa yang kalian lakukan. Dan Aeris, mama sekalipun nggak pernah mengajarimu untuk melakukan hubungan seks pranikah. Itu nggak patut, Nak. Ya kalau ke depannya pria itu mau bertanggungjawab. Kita sebagai perempuan lebih banyak direpotkan, Sayang. Kamu tahu itu. Selama ini, Ris, Mama dan ayahmu berusaha untuk menjauhkan diri dari hal- hal seperti itu." Elma geleng- geleng. Emosi membias di wajahnya yang putih dan cantik.

Elma bangkit dari sofa di ruangan kerja, kemudian membuka pintu dan berteriak pada Herlina yang kebetulan sedang melintas. "Herlina. Ambilkan saya satu botol air mineral dingin!"

Aeris tetap tercenung di tempat duduknya. Menunduk. Ia merasa malu pada dirinya sendiri. Juga pada mamanya. Tapi semuanya sudah terlanjur. Bahkan Jagad sudah memintanya untuk memasang alat kontrasepsi, karena dia malas pakai karet pengaman.

"Kamu ajak Jagad ketemu kami. Mama dan Papa Win mau ngobrol." Tandas mamanya.

***

Jagad menjemput Aeris pukul enam sore. Makan malam dimulai pukul tujuh di sebuah restoran yang terletak di Kemang Raya.

A Little Bit SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang