Melukis

182 32 3
                                    

"Yah..."

Mila mengeluh setelah jam pelajaran kesenian berakhir. Ia memberengut kesal karena mendapatkan tugas individu melukis dengan tema inspirasi yang membangkitkan semangat.

"Yang sabar ya, Mil." Ledek Eleina.

"Ck! Lo enak! Cuma hias sabun jadi hiasan!" Kesal Mila.

"Dih! Cakep lo begitu?! Gue juga harus mikir sat set sat set hiasnya!"

"Tapi gak seribet tugas gue!"

"Sama aja Mila!"

"Sama apanya?! Lagian pak Anwar pilih kasih banget sih?! Kenapa tugas gue yang selalu susah?!"

"Lo sih.. siapa suruh nolak itu guru setengah tua."

"Mulut lo!"

"Bener kan? Dia jadi dendam pribadi sama lo sekarang."

"Apaan sih?! Dia juga udah nikah dua bulan yang lalu!"

"Ya, namanya juga punya sakit hati. Pasti mau buat lo menderita menjelang lulus."

Mila memanyunkan bibirnya mendengar perkataan Eleina. Ia memasukkan bukunya ke dalam tas dan membating tas itu sebelum berdiri.

"Mau kemana lo?" Tanya Eleina.

"Bolos!" Jawab Mila.

"Hah?! Sejak kapan lo jadi berandalan begini?!"

"Sejak-"

Menghentikan perkataannya, Mila langsung menutup mulutnya dengan rapat. Ia jadi teringat sewaktu dirinya membolos dan berakhir bersama Elvano di toilet rusak.

"Hallo.." Ucap Eleina.

"H-hah?" Tanya Mila tergagu.

"Sejak kapan lo suka bolos?"

"Sejak sama dia."

Mila menjawab pertanyaan Eleina di dalam hati. Ia tersenyum dan menggelengkan kepalanya sambil menepuk-nepuk pundak gadis itu.

"Gue mau ke ruang kesenian. Mau langsung ngerjain tugas si bapak mawar." Ucap Mila.

"Lah? Kan minggu depan di kumpulnya?" Tanya Eleina.

"Tugas gue berat, Ei. Lo tau sendiri gue gak bisa melukis."

"Yaelah! Nanti gue bantu! Duduk lagi lo! Bentar lagi pelajaran penuh kesengsaraan masuk!"

"Gue titip rumus kalo gitu."

"Bijak banget ya lo!"

Mendengar itu, Mila terkekeh. Ia menyuruh temannya itu untuk memberikannya jalan agar dirinya bisa cepat keluar sebelum guru pelajaran lain masuk.

"Ming-"

"Gue temenin lo ya, Mil." Potong Xander.

Xander langsung mendekati Mila. Ia tersenyum melihat gadis itu yang hanya diam dan melirik Eleina.

"Gue temenin lo ya." Ulang Xander.

"Gak usah." Tolak Mila.

"Gue juga dapat tugas melukis. Sekalian aja kita kerjain bareng-bareng, ntar gue bantuin tugas lo."

"Gak usah, Xan. Gue bisa sendiri."

"Tapi gue-"

"Tolong jaga perasaan tunangan lo. Jaga batasan lo sama gue. Hubungan kita gak mungkin bisa sedekat dulu lagi, Xan."

Mendengar itu, Xander terdiam. Ia menatap sendu Mila yang semakin memberikan jarak secara terang-terangan kepadanya.

"Erika bisa ngerti-"

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang