Altair part 27

734 33 0
                                    

Ayo luangkan waktu satu detikmu untuk menekan Vote. Gratis kok.

🗣️ : "Gunanya Vote, apa sih?"

Vote berguna untuk menaikkan tagar Cerita ini dan mudah ditemukan oleh orang-orang. Minimal kalau kamu tidak mau membagikan cerita ini kepada temanmu, tekan vote aja maka cerita ini akan kenaikan Tagar hingga mudah di temukan oleh orang lain.

~~Happy Reading~~

Hidup kita jangan sesekali berpandukan kehendak orang lain. Mereka tidak menyayangi kita, bukan berarti kita juga tidak menyayangi diri kita sendiri. Bukan berarti kita juga tidak peduli kepada hidup kita, setidaknya melangkah dan buktikan, hidupmu bukanlah sekedar lahir, kecewa, menangis lalu mati.

_____

Altair bertender di atas motornya yang masih berada di parkiran. Cowok jakung nan tampan itu menunggu kehadiran sosok Alana, yang pastinya baru saja keluar dari dalam kelas setelah bel sekolah tadi berbunyi. Altair tidak langsung menghampiri gadis itu ke kelasnya, alasannya karena Altair yakin kalau Alana akan keluar bersama teman-temannya, Difya dan Adel.

Hingga senyuman tipis muncul di bibir tebal Altair, setelah retina hitam miliknya menangkap sosok Alana yang sudah mendekatinya. Gadis itu berjalan seorang diri di antara orang-orang ramai, dengan senyuman yang diarahkan kepadanya.

"Hai Al, udah lama nunggu yah?" tanya Alana semakin mendekat kepada cowok itu.

"Hm, dari mana aja?" tanya Altair memasangkan helm langsung ke pada Alana. Mereka tidak menyadari, kalau mereka adalah korban dari perhatian orang-orang ramai yang berlalu lalang melewati mereka. Siapa bilang membuat orang baper di parkiran? Bukan Alana yang baper, melainkan cewek-cewek yang menyaksikan secara langsung keromantisan sepasang kekasih itu.

"Dari toilet," jawab Alana seadanya. "Oh iya tumben banget kamu bawa motor, mobil kamu mana?"

"Rumah, kalau memang lo gak mau naik motor, gue boleh aja bawa mobil Aska untuk nganter lo pulang."

Alana menghembuskan nafasnya lelah. Ternyata salah besar dia bertanya seperti itu, hingga perkataan Altair membuat Alana seolah-olah cewek yang anti matahari, cewek alay yang tidak bisa terkena sinar matahari kalau tidak mau berubah jadi hitam dan dekil. Big no untuk itu. Alana benar-benar bukan gadis seperti itu. "Gak usah Al, naik motor aja gak papa kok, bahkan naik ojek juga aku gak papa. Kenapa haru naik mobil coba?"

Altair hanya tersenyum simpul dan merasa gemas. Ingin sekali dia memeluk Alana dan mengatakan kepada dunia, kalau gadis itu adalah miliknya sendiri. Tapi semua itu tidak mungkin, hingga Altair hanya bisa mengelus pucuk kepala Alana dengan gemas. "Yaudah, kalau gak ada apa-apa lagi kita langsung pulang aja."

Alana yang mengangguk dan tersenyum tiba-tiba menghapus jejak senyuman dari bibir merahnya setelah mengingat sesuatu yang sangat penting. "Masih ada sesuatu Al," celetuk Alana, berlari meninggalkan Altair dan dengan sembarangan menyebrangi jalan menuju counter yang ada di sebrang depan sekolah. Alana hanya ingin membelikan kuota untuk hpnya yang sudah kehabisan kuota.

Altair yang memperhatikan setiap gerak-gerik Alana, hanya bisa berdecak lidah sebal. Kenapa ceweknya itu sangat ceroboh, dengan menyebrangi jalan sembarangan yang mengacu jantung Altair berdetak tak karuan. Bagaimana kalau kecerobohan gadis itu malah membuat dia dalam bahaya? Altair tidak sanggup lagi membayangkan apa yang akan terjadi, kalau sampai hal yang menurutnya gila itu akan terjadi.

Altair So Badboy || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang