4. Dunia Asing

1.2K 141 7
                                    

Pernikahan berlangsung dengan khidmat saat pengambilan sumpah setia, dan menjadi sumber sukacita di hari itu. Nyanyian dikumandangkan, tarian dipertontonkan, makanan enak disajikan. Tentu saja para dewa menyantapnya dengan lahap. Semua duduk mengelilingi satu meja besar, sembari bercanda dan tertawa. 

Loki dan Sigyn menjadi pusat perhatian hari itu. Mereka juga ikut duduk bersama para dewa lain di meja yang sama.

Di kehidupan pertamanya, Sigyn begitu kikuk mengikuti ritual yang ada. Ia tak begitu bisa membaur dengan para dewi yang turut hadir dalam undangan. Mereka semua cantik jelita, dengan Sif sebagai pusatnya. Sif adalah istri Thor, sekaligus menantu pertama Odin. Kecantikannya memang terkenal seantero Asgard bahkan hingga dunia manusia Midgard. Rambut emasnya adalah yang paling Sif banggakan dari semua yang ia miliki. Para dewi lain pun memujinya.

Di kehidupan pertamanya, Sigyn pun ikut memuji kecantikan Sif. Ia merasa tak dapat bersanding dengan sang menantu pertama. Ketika Sif memperkenalkan dirinya pada jajaran dewi-dwi lain yang merupakan sahabat keluarga, jawaban Sigyn biasanya seperti ini, "A-ah i-iya ... namaku Sigyn ...." 

Sigyn hanya dapat memperkenalkan diri dengan malu-malu. Ia hanya bisa bertegur sapa yang pendek-pendek saja. Ia bahkan tak dapat meneruskan obrolan atau sekadar berbasa-basi. 

Selama ini, Sigyn menganggap dirinya tak pantas bersanding dengan mereka kaum Aesir, karena dirinya hanyalah setengah dewi. Ayahnya seorang raksasa. Memang tak pernah ada yang mempermasalahkan asal-usul orang tuanya, tetapi Sigyn selalu merasa tidak sebanding dengan yang lain. Di Asgard, beristrikan seorang raksasa adalah hal yang wajar, tetapi bersuamikan seorang raksasa itu akan dianggap aneh. Ibu Sigyn dipandang aneh oleh sekitar. Sigyn pun merasa seperti itu.

Kali ini, Sigyn telah bersiap-siap, terutama ketika pasangan Thor dan Sif memasuki ruangan. Mereka adalah pasangan dewa-dewi populer. Kekuatan dan kecantikan bersatu dalam pernikahan. Para dewa memandangi kecantikan Sif, sementara para dewi memandangi ketangguhan Thor yang terlihat dari otot-otot bisepsnya. SIgyn bersiap-siap, manakala Sif akan mengajaknya lagi untuk berkenalan dengan para dewi.

Dan benar dugaannya. Sigyn beranjak dari kursi pelaminannya, berkumpul bersama para dewi di sudut ruangan. Sebelum pergi, ia sempatkan untuk berpamitan pada Loki, "Aku mau ke sana sebentar."

Loki mengernyit sesaat, lalu mengangguk pelan. Ia heran, mengapa Sigyn harus berpamitan padanya, seolah itu adalah hal yang biasa ia lakukan. Seolah mereka memang sedekat itu. 

"Ohoho, ini dia pengantin baru kita!" sambut seorang dewi begitu Sigyn tiba di antara kerumunan. Mereka semua tersenyum. Dulu, Sigyn tak pandai menatap balik semua senyuman itu. Kini, ia berusaha memandangi wajah mereka satu per satu. Otaknya terus berpikir cepat, tentang apa saja yang telah luput dari pengamatannya saat di kehidupan pertama.

Kalau Loki saja ternyata bisa memiliki sifat yang berbeda, aku yakin dia juga pasti memiliki alasan di balik semua tindakan liciknya. Tapi, alasan apa? Apakah aku harus mencurigai semua orang yang ada di sini?

"Hei, kenapa malah melamun?" tanya Sif. Wajahnya menampilkan raut wajah cemas terhadap Sigyn. 

Tak seperti dulu, Sigyn tak lagi menanggapinya dengan kaku. Kali ini, ia tersenyum semringah. "Ah, tidak apa-apa, Nona Sif."

"Nona?? Kau ini sudah jadi adik iparku! Panggil Sif saja!" celetuk sang dewi kecantikan. Ia tertawa hingga menampilkan sederet gigi yang putih bersih.

"Nona Sif memang sangat baik hati dan ramah!" puji seorang dewi. Sif hanya bisa tersipu malu, sembari memainkan anak rambut emasnya yang menjuntai dari atas telinga.

"Ya, aku juga takjub, meskipun pada mereka yang tidak benar-benar kaum Aesir, Nona Sif bisa memperlakukannya setara!"

Tidak benar-benar kaum Aesir? Apakah karena ayahku yang raksasa?

Selagi Sigyn bertanya-tanya dalam hati, Sif memperingatkan para dewi dengan agak keras. "Kalian jangan bicara sembarangan! Meskipun ayah Sigyn tidak jelas asal-usulnya, tetapi kita harus tetap memperlakukannya dengan baik! Dewa Odin telah memilihnya sebagai menantu!"

"Ah, Anda benar! Maafkan kami ...." Para dewi lain langsung menarik diri, dan sedikit menundukkan kepala sesaat. Sigyn pun menanggapi dengan biasa saja, "Ah tidak apa-apa."

Namun, Sigyn merasakan ada yang berbeda. Ia merasa para dewi itu tak sungguh-sungguh meminta maaf. Mereka menyembunyikan senyum seringainya dibalik kipas tangan. Sigyn melirik pada Sif. Bahkan Sif tak berusaha menyembunyikannya sama sekali. Seringai itu terlihat jelas di wajahnya, sembari memandang Sigyn, seolah meremehkan.

Ada apa ini? Ada apa dengan mereka semua? Bukankah mereka adalah para dewi yang ramah dan baik hati, yang membantuku selama di kehidupan terdahulu? Kenapa sekarang semuanya terlihat berbeda?

Terutama dengan Sif ... kenapa ia berubah menjadi sesuatu yang asing dan ... menyeramkan?

Sigyn terhenyak. Ia jadi bergidik sendiri. Ini kehidupan keduanya, sekaligus jadi dunia yang benar-benar tidak ia kenali sebelumnya.

Loki ... aku takut ... 

Sigyn melihat ke arah kursi pelaminan. Loki tampak duduk di sana, menatap tajam ke arah Sigyn. Raut wajahnya tampak cemas. Pandangannya tak lepas dari sang istri. Ketika tatapan mereka saling bertemu, Sigyn tahu, ia harus segera kembali ke sisi suaminya itu.

"Ah, sepertinya suamiku membutuhkanku. Bila diizinkan, aku ingin pamit ... permisi."

Tanpa menunggu tanggapan apa pun, Sigyn segera melangkah pergi, menembus kerumunan tamu. Ia tak lagi ingin berada di antara orang-orang yang sengaja menyindirnya tetapi dibungkus dengan senyuman. 

Kecemasan Sigyn pun tertangkap oleh Loki saat ia telah duduk kembali di sisinya. Sigyn hanya mampu terdiam, menatap meja besar dan makanan-makanan di atasnya. Ia bahkan tak mampu berkata apa-apa lagi.

Loki menyadari hal itu. Lelaki itu kembali menatap sesaat kerumunan para dewi. Sif masih berada di sana, melemparkan senyuman sinisnya ke arah Sigyn yang pergi terburu-buru, lalu kembali tertawa-tawa dengan para dewi. 

Tanpa Loki sadari, giginya bergemeletuk saking geramnya. Akan tetapi, Loki sendiri tak tahu kata-kata apa yang bisa ia ucapkan pada Sigyn. Yang bisa ia lakukan hanyalah mengambil segelas anggur, lalu meletakannya di meja, di hadapan istrinya. 

Sigyn tersadar dari lamunan ketika Loki meletakkan minuman untuknya. Gadis itu menoleh secara refleks. Tanpa perlu ada pertanyaan, Loki menyahut, "Minumlah. Kamu membutuhkannya."

"Bagaimana kau bisa tahu ...?" tanya Sigyn. Loki menghela napas panjang, lalu melemparkan pandangan pada para dewa yang asyik mengobrol tak jauh dari tempat mereka berada.

"Aku tahu semua sejak dulu. Apa yang kau rasakan sekarang, sudah pernah kualami bertahun-tahun silam. Tenangkan dirimu, yang kau lihat baru permukaan saja."

Permukaan? Berarti, ada yang lebih parah dari ini? Apakah ini juga menyangkut asal-usul Loki yang sebenarnya?

Menuruti saran suaminya, Sigyn mengambil segelas penuh anggur tersebut, lalu meminumnya pelan-pelan dan sampai habis tak bersisa. Usai melakukannya, Sigyn menunjukkan gelas kosongnya pada Loki.

"Sudah."

"Bagus." Loki tersenyum. Jarang sekali lelaki itu tersenyum, seingat Sigyn, bahkan di kehidupan sebelumnya.

Malam pun tiba. Sigyn mulai tinggal di istana Valaskjalf, tempat keluarga Dewa Odin tinggal. Ini pula pertama kalinya, ia tinggal jauh dari sang ibu di kehidupannya yang sekarang. 

Tak dapat diingkari, kalau Sigyn begitu gugup. Ini adalah malam pertamanya dengan Loki, yang kedua kalinya. Rasanya masih sama gugupnya seperti yang benar-benar pertama kali.

Sigyn telah berganti dengan gaun malam. Ia diantarkan oleh pelayan menuju kamar suaminya. Begitu membuka pintu, di sanalah tampak Loki yang tampak sudah menunggunya sejak satu jam yang lalu.

Sigyn membuang jauh-jauh rasa gugupnya untuk sementara. Ada hal yang lebih penting ingin ia lakukan bersama Loki, selain malam pertama mereka.

***

Loki's Wife Once Again (TAMAT - Republish)Where stories live. Discover now