"Selamat datang, para tamu undangan. Terima kasih telah jauh-jauh datang sampai Jotunheim."
Begitu mendengar dari para pengawal bahwa tamu kehormatan telah tiba, Vilma beserta anggota keluarga besar Bangsawan Eirikr lainnya telah berbaris di lobi, dengan pakaian terbaik mereka. Jubah-jubah panjang berwarna-warna membalut tubuh tiap raksasa satu per satu, yang tingginya dua kali lipat dibanding para tamu dari Aesir tersebut.
Thor dan Loki turun dari kabin kereta, sembari tetap menundukkan kepala. Sekalipun penyamaran dilakukan dengan baik, menundukkan kepala adalah untuk mencegah ketahuan lebih cepat. Para pengawal yang mengiringi pun mengambil posisi masing-masing di sisi kanan dan kiri.
Vilma bergegas maju ke depan barisan keluarganya, hendak menghampiri si calon adik ipar. "Oh, Dewi. Aku tak menyangka kau benar-benar tiba di kediaman kami ini."
Sedari dulu, Vilma sangat mengagumi sosok Freyja. Begitu menginjak usia remaja dan pindah ke Asgard bersama ayah dan saudara kembarnya, sosoknya yang begitu cantik langsung terkenal ke mana-mana. Para pelukis seakan berlomba untuk jadi yang terbaik dalam menuangkan paras jelita Freyja ke atas kanvas. Dan dari salah satu lukisan itulah, Vilma melihat sang dewi untuk yang pertama kali.
Gadis raksasa itu ingin memastikan kecantikan yang selama ini ia kagumi dari dekat. Namun, begitu ia menyentuh ujung kerudung yang dikenakan oleh si calon pengantin, seorang pengawal langsung mencegah.
"Mohon jangan menyentuhnya, Nona."
"Kenapa? Aku hanya ingin melihat wajah calon adik iparku sejenak!"
Kemudian, si pengawal berdeham sejenak, lalu mengambil jeda. Ia seperti tengah mengingat-ingat sesuatu, sebelum akhirnya berkata, "Sudah menjadi adat di Asgard, kalau ... er ... pengantin wanita tidak boleh menunjukkan wajah pada pengantin pria dan keluarganya, sebelum sumpah suci diucapkan."
"Benarkah?" tanya Vilma ragu. Baru kali ini ia mendengar ada tradisi begitu. Beberapa temannya ada yang menikah dengan kaum Aesir, dan tak pernah mendengar hal seperti itu.
Begitu ditanya balik, si pengawal terlihat berkeringat dingin. Ia hanyalah pengawal junior yang mau saja mengikuti misi penyamaran ini hanya untuk mendapat nilai tambah di mata komandannya. Ia belum pernah berhadapan secara tatap muka dengan seorang raksasa, seperti sekarang ini.
Tangan kanan si pengawal yang memegang tombak terasa berkeringat dingin. Peluh pun bercucuran di dahi tanpa tahu harus menjawab apa. Tugas yang diperintahkan untuknya dan juga para pengawal lain adalah supaya mencegah agar para raksasa tak membuka kerudung Thor sebelum waktunya.
"Er, itu ... memang tradisi kami seperti itu ...."
Jawabannya terdengar tidak meyakinkan. Vilma pun jadi makin curiga. Namun, belum sempat gadis itu membalas lagi, ucapannya tersela oleh seseorang.
"Mungkin karena yang satu ini adalah seorang Dewi yang amat istimewa, maka tradisinya juga terdapat sedikit perbedaan. Tidak masalah."
Eirikr muncul dari ujung koridor, dan terus berjalan menuju lobi tempat Thor dan Loki berada saat ini. Barisan keluarga sang bangsawan pun membukakan jalan, hingga Eirikr bisa tiba tepat di hadapan calon pengantinnya.
Eirikr tersenyum semringah. Lalu, dalam satu gerakan cepat, ia berlutut satu kaki, lalu meraih tangan mempelainya. Kemudian, ia mencium punggung tangan tersebut.
"Ah, tangan yang besar dan berbulu. Aku tak menyangka," komentar Eirikr. Secepat kilat, Thor menarik tangannya, dan menggosok-gosoknya. Thor jijik. Tangan sang bangsawan begitu besar, melebihi dirinya, dan dingin layaknya raksasa es pada umumnya. Eirikr tak dapat melihat ekspresi jijik yang sang dewa pancarkan saat ini di wajahnya.
YOU ARE READING
Loki's Wife Once Again (TAMAT - Republish)
FantasySigyn - sang dewi kelembutan dan kesetiaan - harus turut mati mengikuti suaminya, Loki, dalam hukuman yang diberikan oleh para dewa. Saat sekarat, Sigyn meratapi nasib di hadapan para raksasa Norn yang menguasai takdir seluruh makhluk. Salah satu No...