Halo gaes. Yang suka novel ini, minta vote sama masukin ke library, ya! Biar naik terus ranknya. Terima kasih banyak, selamat membaca!
***
"Kamu sudah tiba."
Loki menoleh ke arah pintu, ketika seorang pelayan membukanya dan mengantarkan Sigyn masuk. Ia melihat sang istri datang dengan wajah yang polos tanpa riasan, dan masihlah terlihat cantik. Sigyn datang hanya mengenakan gaun malam putih, dengan rambut pirang terang yang diikat sebagian ke belakang. Gelapnya malam yang hanya diterangi sinar rembulan, tak mampu menyembunyikan kecantikan alami istrinya itu.
Memang cantik, tetapi belum begitu mampu menggetarkan hati seorang Loki. Lelaki itu menatap istrinya dengan perasaan yang biasa saja. Sama seperti ketika ia melihat orang lain. Tak ada darah yang mendesir dalam dada saat melihat entitas secantik Sigyn.
Loki tak merasakan apa pun, dan itu tak mengganggunya. Sudah terlalu banyak hal yang terjadi dalam hidupnya, kini ia hanya butuh menampung seorang lagi sebagai istri.
Loki menghampiri Sigyn yang berdiri di dekat ujung tempat tidur. Malam ini, sudah waktunya mereka menunaikan kebutuhan sebagai suami istri. Perlahan, langkah demi langkah, lelaki itu mendekati Sigyn sambil terus menatap tepat di mata. Saat tubuh mereka hanya berjarak satu langkah pendek, Loki mengulurkan tangannya, dan menangkup pipi kanan SIgyn.
Kedua mata Sigyn terpejam, merasakan hangatnya tangan Loki. Sudah lama ia tak merasakan sentuhan tangan suaminya yang khas ini. Besar, sedikit berkerut. Kuku jemarinya selalu dipangkas rapi. Dulu, ia tak pernah begitu merasakan lebih dalam sentuhan ini. Kini, semuanya terasa berbeda.
Sigyn terlena, terutama ketika tangan sang suami turun ke leher jenjang miliknya. Gadis itu tak ingin menghentikan tindakan Loki. Ia begitu rindu pada saat-saat seperti ini, meski ia tahu Loki belum sepenuhnya melihat dirinya sebagai istri.
Namun, saat Loki mencoba untuk melepaskan kancing teratas gaun malamnya, Sigyn terbangun dari buaian. Ia harus sadar, bahwa ada hal yang lebih penting untuk dilakukan malam ini.
Kedua mata Sigyn kembali membuka. Dengan lembut, ia menyentuh tangan Loki yang mulai meraba kulit di balik kerah gaun miliknya. Sigyn menghentikan gerakan Loki tersebut, lalu menatapnya tepat di mata.
"Mungkin sebaiknya, kita bisa menghabiskan malam ini dengan saling mengenal satu sama lain."
Loki mengernyit. Tangannya yang tadi meraba Sigyn perlahan menjauhi tubuh istrinya, menariknya kembali. "Apa maksudmu?"
"Maksudku, aku ingin kita saling berbicara satu sama lain. Perjodohan ini terlalu tiba-tiba. Aku belum mengetahui sepenuhnya tentangmu. Begitu pun kamu terhadapku." Sigyn meraih tangan Loki, mengangkatnya hingga sampai ke depan dada dan menggenggamnya erat. "Bukankah, akan lebih baik bila hubungan suami istri dilandasi dari saling mengenal antar suami dan istri?"
Loki melihat genggaman tangan Sigyn yang menaut jemarinya. Istrinya itu tersenyum sangat manis. Namun, Loki tetap tak merasakan apa pun. Ia menarik tangannya dari genggaman tersebut, sembari bertanya, "Apa yang ingin kamu ketahui?"
"Segalanya tentang kamu," sahut Sigyn. Ia tersenyum lebar.
"Aku tak paham. Apa yang ingin kau ketahui? Bukankah, seharusnya kau telah mengenalku, karena aku adalah putra Odin?" Loki kembali bertanya.
"Aku ingin mengetahui tentang dirimu, yang sebenarnya." Sigyn memberikan penekanan pada dua kata terkahir. "Terutama, setelah aku mendengar luapan emosimu tadi siang di taman."
"Kau sempat mendengarnya?" Loki tampak terkejut.
Sigyn pun mengangguk. "Tapi, aku tak tahu alasannya. Itulah yang aku ingin kamu menceritakannya padaku."
Setelah Sigyn berkata seperti itu, spontan Loki berbalik, menjauh dari Sigyn. Loki mendengkus kasar. "Kehidupanku tidak menarik untuk kau dengarkan!"
"Tapi, aku benar-benar ingin---"
"Kalau kau tidak ingin melakukan malam pertama kita saat ini, lebih baik kau kembali saja ke kamarmu," potong Loki, tanpa mau mendengarkan kalimat lengkap dari Sigyn.
Sigyn sangat mengetahui sifat Loki yang satu ini. Ini adalah mekanisme pertahanan suaminya itu ketika ia tak ingin ada yang masuk ke dalam hidupnya, untuk mengetahui apa yang ia sembunyikan. Ada sesuatu yang Loki terlalu malu untuk ungkapkan pada dunia. Entah terlalu malu atau terlalu takut untuk dihakimi.
Sigyn yang dulu, apabila dikerasi seperti bentakan Loki tadi, akan langsung terdiam dan ingin menangis. Sigyn tak akan berani untuk memperjuangkan pendapatnya sendiri. Sekarang, Sigyn merasakan banyak hal berbeda. Ia merasa kalau hal ini dibiarkan, maka masa depan tragis yang sama akan kembali terulang.
"Aku benar-benar ingin mengenalmu!" seru Sigyn, setengah berteriak. Loki sampai kaget dibuatnya. Belum pernah ada seorang perempuan berteriak padanya, sekalipun Frigg, ibunya.
Sigyn melangkah pasti ke arah Loki, lalu menatapnya begitu tajam. "Aku sudah jadi istrimu. Apa salah aku ingin mengenal suamiku?"
Loki tak dapat berkata apa pun. Hingga Sigyn pun berbicara kembali, "Seperti ucapanmu tadi siang, apa yang kualami di kerumunan para dewi kau bilang barulah di permukaan. Bukankah lebih baik sekarang kita menggabungkan kekuatan untuk menghadapi mereka?"
"Menggabungkan kekuatan ...?" tanya Loki ragu. Sigyn mengangguk pasti, lalu melanjutkan, "Aku masih belum tahu siapa saja yang bermuka dua di sini. kau yang mengetahuinya. Tidak bisakah kau membagi pengetahuanmu itu padaku?"
"Tapi, tanpa kau tahu pun, aku tetap bisa melindungimu---"
"Tidak! Itu tidak cukup!" seru Sigyn lagi, lebih keras. Kini, ia tahu bahwa Loki adalah lelaki baik yang ingin melindunginya dari dunia yang kejam. Akan tetapi, semua itu tetaplah tidak cukup untuk menjaganya dari keterpurukan di kehidupan sebelumnya.
"Apa kau khawatir, kalau akna terjadi sesuatu padaku?"
"Sangat ...." Sigyn menjawab lemah. Tubuhnya seketika itu juga terasa lemas. Ia kembali terkenang akan masa lalu buruk, ketika Loki harus berjuang melawan rasa terbakar akibat bisa ular beracun, dan ia tidak bisa melarikan diri.
Sigyn tak ingin mengalami semua hal itu lagi. Ia duduk dan menundukkan kepala di tepi tempat tidur milik Loki. Kedua matanya menatap sendu pada karpet hijau yang melapisi lantai kamar tersebut.
"Biarkan aku memiliki kekuatan untuk menjaga diriku sendiri. Barangkali, aku juga bisa ikut menjagamu. Itu akan jauh lebih baik ...."
Loki memandangi Sigyn penuh keheranan, sekaligus takjub dalam hati. Belum pernah Loki menemukan perempuan seperti dirinya. Yang mau berbuat sesuatu untuk menemani dirinya, bahkan berdiri sejajar di sisinya. Terlebih lagi, mau berjuang bersama untuk dirinya.
Loki berjalan mendekat, lalu ikut duduk di sebelah Sigyn. Istrinya itu masih belum menyadari keberadaan Loki, hingga lelaki itu menggenggam tangannya yang ada di sisi. Sigyn menoleh, dan Loki hanya dapat menatap lurus ke luar jendela, memandangi langit malam berbintang.
"Baiklah ... apa yang ingin kau ketahui? Aku tak pandai merangkai kata kalau harus menceritakan tentang diriku. Aku tak tahu harus mulai dari mana."
Loki menoleh, menatap Sigyn yang masih memandangi sembari tersenyum semringah. Loki berkata, "Tanyakanlah."
"Baiklah. Pertama-tama, apa yang kau keluhkan di taman tadi siang? Kenapa sampai sekesal itu?"
"Apa yang telah kau dengar dari mulutku?"
"Hmm, kalau kau bukanlah putra Dewa Odin?" tanya Sigyn penasaran. Begitu ditanya seperti itu, Loki hanya mengangguk lemah. "Kau mendengarnya dengan jelas. Aku pun baru mengetahuinya tadi pagi, sebelum bertemu denganmu."
"Jadi, kau adalah anak dari dewa lain?"
Kali ini, Loki menggeleng. "Aku tidak akan begitu emosi seperti itu, andai benar perkataanmu."
Loki tertawa kecil dan terdengar miris. Sigyn makin bingung atas jawaban suaminya itu. "Apa maksudmu?"
Sebelum menjawab, Loki menarik napas panjang dan mengembuskannya.
"Istriku, aku adalah anak dari pasangan raksasa, yang Dewa Odin bunuh saat peperangan di masa lalu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Loki's Wife Once Again (TAMAT - Republish)
FantasySigyn - sang dewi kelembutan dan kesetiaan - harus turut mati mengikuti suaminya, Loki, dalam hukuman yang diberikan oleh para dewa. Saat sekarat, Sigyn meratapi nasib di hadapan para raksasa Norn yang menguasai takdir seluruh makhluk. Salah satu No...