part.9

0 0 0
                                    

Eve masih dalam pengawasan psikiater dan dokter yang bertanggung jawab untuk kondisinya, Xan akan membawa Eve ke Singapura untuk menyembuhkannya selain ia memang harus bersembunyi di sana beberapa waktu sampai kondisinya memungkinkan.

Xan mengetahui ada yang salah dengan Eve, yakni kesehatan mental nya, Xan merasa bahwa Eve mengalami depresi tingkat tinggi setelah ia melihat apa yang terjadi akibat pembicaraan nya dua hari lalu.

Flashback on

Eve telah tersadar setelah kritis 3 hari, ia terkejut saat membuka mata, ia bingung dengan keberadaan dirinya sekarang, "dimana aku?" Dengan penglihatan yang masih agak buram, "rumah sakit ?" Ucapnya serak, ia mulai menyadari sesuatu," benar, aku di rumah sakit," yakinnya setelah melihat sekitar.

"Sial kenapa aku bisa berada disini!" Ucapnya kesal. Eve berusaha membangunkan tubuhnya. " ia mencari barang nya tapi tidak ketemu, "yang benar saja bahkan bajuku tidak ada disini,"
"Kau sudah sadar ternyata!" Eve yang terkejut dengan keberadaan Xan.

"Kau, kenapa??? Sebentar kau laki laki yang di kampus waktu itu bukan?" "Benar, tapi bukan itu yang penting sekarang," "benar, bagaimana diri mu ada disini?" "Hahaha, bagaimana dengan dirimu, bagaimana kau bisa berada disana?" Xan mulai menunjukkan amarah.

Eve yang mulai melihat sisi lain Xan , ia menunjukkan muka kebenciannya, "kau tidak perlu tahu!" Ucapanya tegas. Xan mendekat dan tepat di hadapan Eve iya langsung menodongkan pistol ke dahi Eve, "ini peringatan buat mu, kau telah membunuh orang tidak bersalah!"

Eve seketika mengeluarkan smirknya, " ha, kau tidak terima gadis itu tertembak?" Xan langsung menempelkan pistol ke dahi.

Eve memejamkan matanya lalu membuka mata berucap, " kau jangan ikut campur, lagi pula itu salah dia, mengapa dia bisa tiba tiba menghalangi targetku!" Eve sekarang menunjukkan amarah nya.

"Kau tahu apa yang akan terjadi karena ulahmu?" "Hah, tentu saja Halbert akan membalas semuanya, karena juga rencana kali ini gagal." "Kau tahu? bukan hanya kamu, tapi semuanya akan terlibat, dan juga orang yang tidak terlibat." Tegas Xan.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" "BERHENTI, lagi pula Halbert tidak mudah untuk di lawan, dan apapun alasanmu kau takkan bisa, dia bukan lawanmu," Mendengar ucapan Xan membuat Eve naik darah. "KAU TAHU APA TENTANGKU HAH? KU BILANG JANGAN IKUT CAMPUR."

Xan membisiki Eve, "aku tahu semua nya, salah satunya kau telah membunuh Ibu mu sendiri!" "Lalu, kau ingin apa?" Menatap dalam Xan. "Membunuh ku? BUNUH SAJA AKU SEKARANG!" Teriaknya. Xan langsung menarik pelatuknya. Eve memejamkan matanya menunggu peluru itu mengenainya.

Xan mengurungkan niatnya, menurunkan pistolnya, Eve membuka matanya, dan ia tersenyum sambil mengeluarkan air matanya." Kenapa? Kenapa tidak kau lanjutkan,HAH?" Eve mengambil pistol di tangan Xan dan menempelkan pistol itu di dahinya sendiri.

Eve menarik pelatuknya dan memejamkan mata, Xan langsung menghentikan Eve, ia melempar pistol itu jauh. "Kau gila? " "hahahaha, iya aku sudah gila," detik berikutnya Eve bangun dari tempat tidurnya, ia mencabut infusnya kasar.

Membanting tongkat infus dan ia melempar barang barang di sekitarnya sambil nangis teriak, "AKU MEMANG GILA, AKU MEMANG GILA , BUNUH SAJA AKU , BUNUH SAJA AKU, AKU TAK PANTAS HIDUP AKU PEMBUNUH, " Eve menjedukan kepalanya ke dinding kencang.

Xan langsung menarik Eve kepelukkannya kencang, Xan memeluk Eve sangat kencang karena Eve berusaha melepaskan pelukannya dan berusaha menyakiti dirinya sendiri, Xan merasa  bersalah terhadap Eve, dan ia sedang berusaha menenangkan Eve.

Tetapi nihil sampai saat ini Eve masih mengamuk berteriak mengucapkan kalimat yang sama, sampai akhirnya perawat datang menangani Eve, dan Xan harus keluar ruangan, dan ia melihat ada 2 dokter datang memasuki ruangan itu.

Beberapa lama menunggu salah satu dokter keluar dengan beberapa perawat dan ucap seorang perawat, " Tuan anda di panggil masuk ke ruangan. "Oh, baik." Xan masuk ke ruangan, " permisi, anda memanggil saya?" " Iya." Dokter mengarah ke Eve yang terbaring lemas.

Xan mengarah ke arah yang dokter itu lihat, " maaf, Tuan Xan, sebelum nya saya adalah dokter spesialis jiwa di rumah sakit ini, saya ingin memberi tahu sesuatu." Xan menunjukan muka bertanya.

" Begini Tuan, pasien Evelyn mengalami gangguan kecemasan dan ia harus di obati oleh ahli!" "Baik, dokter, saya akan mencarikan dokter di negara saya," "baiklah Tuan Xan, hanya itu yang saya sampaikan, saya permisi." Dokter itu keluar dari ruangan.

Xan kembali memandang wajah pucat Eve yang tertidur. "Maafkan aku, aku akan mengobatimu ke Singapura dan menyembunyikan mu di sana, karena tidak ku biarkan Halbert melihatmu." Xan mengelus tangan Eve lembut.

Flashback off

Setelah 3 hari siuman berada di rumah sakit di Seoul, ia dibawa ke Singapura bersama bawahan Xan, lalu Bagaimana dengan Xan? Xan telah pergi duluan karena pekerjaan dan urusannya di Singapura.

Sehari lalu Justin telah siuman dan tadi malam ia langsung di bawa pergi oleh Xan ke Singapura tanpa rombongan, mereka tak ingin terlihat banyak orang dan kemungkinan berbahaya bila keberadaan mereka di ketahui.

"Kau juga akan membawa gadis itu kesini?" Tanya Justin heran. "Itu karena ulahmu, Kak!" "What?" Xan memutar Bola matanya. " Kau tidak sadar kau lah yang membuatnya seperti itu yang seharusnya iya tidak terlibat dalam permainan ini, dan kau tidak bertanggung jawab padanya."

"Hey aku mengajaknya bukan menerintahkannya," "tapi sepertinya hanya untuk kepentingan mu." "Hahahaha, Xan lebih baik kau tidak perlu  mengurus soal itu, itu adalah urusanku dengannya." "Aku tahu, tapi kau tidak berpikir itu berbahaya untuknya dia belum punya kekuatan."

"Kalau begitu aku akan menjadi kekuatannya untuk melakukannya," "jangan konyol bahkan kau kemarin kabur sendiri," "kalau begitu kau saja, bukankah kau merasa bijaksana?" "Kak aku tidak akan membiarkan dia melakukannya!"

"Xan kuberi tahu sesuatu tentang nya, pertama ia tidak bisa kau paksa, dia bila sudah bertekad dia akan melakukan nya walaupun banyak yang ia harus ia korbankan nanti, yang kedua kau belum mengetahui bagaiman asli nya dia," " maka aku akan semakin keras padanya."

EXPLOREACTION: THE REVENGE Where stories live. Discover now