s a t u

4.9K 346 0
                                    

"Mulai sekarang, kita hidup berdua saja, tidak apa-apa 'kan?"

Kata-kata Jimin, ibunya, membuat Minji tercenung sebentar. Perempuan usia awal 40 itu mengeluarkan beberapa barang dari dus. Usianya memang lebih muda dari penampilannya, Jimin terlihat sepuluh tahun lebih tua dari seharusnya.

Wajah yang tiap malam menghantarnya tidur waktu kecil itu dilahap waktu, padahal usianya lebih muda dari rata-rata ibu teman-teman di sekolahnya.

"Sudahlah, Mama istirahat saja." Minji tak tega membiarkan Minji menata barang-barang sendirian. Wanita itu sudah membersihkan debu di seluruh penjuru apartemen kecil baru mereka sejak tadi pagi.

Bingkai-bingkai foto diambil keluar dari dus, beberapa foto belum pernah ia lihat. Minji ikut duduk di sebelah sang ibu, mengambil satu buku dan membolak-baliknya penasaran.

"Ternyata tradisi bikin buku tahunan sudah ada sejak 2021?"

"Hei, buku tahunan itu bukan hal baru. Yang seperti ini sudah ada sebelum kamu lahir, tau."

Buku tua dari 20 tahun lalu itu sedikit berdebu waktu dibuka. Minji mengamati foto-foto yang tercetak di setiap halaman. Beberapa patah kata di bawah masing-masing foto. Sesaat larut dengan kegiatan barunya, Minji jadi terlalu asik.

"Mana foto Mama?" Tanyanya penasaran, lebih cermat menscan tiap baris foto.

"Coba cari lebih teliti."

Minji tak menghiraukan, ia belum merasa melihat wajah yang familier, tangannya masih sibuk membalik halaman. Hingga akhir halaman pun ia masih tak menemukan foto ibunya.

"Tidak ada tuh," cemberut, agak kecewa terus membolak-balik halaman.

"Mama kan sudah bilang, fotonya di halaman-halaman awal."

Kembali ke halaman pertama, daftar isi dan kata pengantar. Matanya menscan lagi satu per satu, kali ini lebih fokus mencari nama Yoo Jimin dibanding foto.

Lalu ia menemukannya.

Wajah yang hampir tak ia kenali, Minji menatap foto di buku dan wajah ibunya berulang kali, "ini Mama?"

Wanita di foto itu terlihat begitu mempesona. Senyum tipis, wajahnya kecil, sepasang obsidian cokelat gelap teduh, bibir merah di atas kulit putih susu. Minji mengerjap menatap wajah Jimin.

"Ketemu fotonya? Iya, itu Mama," Jimin menunjuk foto masa mudanya sumringah, "cantik kan, Nji? Dulu Mama yang paling cantik seangkatan."

Minji diam, senyum pahit, "hm."

Jika bukan karena melihat foto di buku, Minji sulit percaya. Bukannya Minji tak setuju, menyaksikan bagaimana dua dekade berhasil mengubah Jimin seperti orang lain sejujurnya membuat hatinya terluka.

Minji hanya melihat buku itu sebentar, sedikit penasaran seperti apa Jimin di masa mudanya, lalu menutup buku tahunan dan menyimpannya lagi ke dus. Ia masuk ke kamar barunya dengan perasaan bersalah.

 Ia masuk ke kamar barunya dengan perasaan bersalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
mission 2021 [winrina ft. bbangsaz]Where stories live. Discover now