Haii apa kabar semoga
sehat selalu teman😌---- Sempetin tekan bintang nya ya⭐
---- selamat kembali membaca🤗🤗
*
*
*
*
*--------
21:35
Afga bersama zaendra memasuki rumah mereka melangkah menghampiri qiana ia tengah di krumuni akta tama dan ajeng afga mendekati nya duduk di samping qia."Ay." Ketika afga di samping nya qia makin kejer nangisnya.
Afga menariknya membawa qia untuk di dekap satu tangannya mengusap kepalanya dan satu nya mengelus lengan qiana belum juga reda suara tangisnya menambah lagi air mata qia membasahi hodie afga sampai berasa.
"Akta. qiana abis lo marahin ya," Ia menatap ke akta.
Akta melambaikan telapak tangannya sembari bergeleng."Kagak Ga. gue nggak sejahat itu..." Pekiknya.
"Terus kenapa nangis nya ampe kekejer gini," Ia masih curiga ke akta.
"Gegara nyariin elooo," Kata akta radak kesal.
"Qia gue udah disini udahan ya nangis nya." Ucapnya lembut seraya mengusap-usap kepala tunangannya.
"Af gaa." Ia sesenggukan.
"Apa ay.." Afga mengecup pinggir kepala qia.
"Qiana.. kenapa? kamu nangisnya beneran loh ay. ni hodie gue basah banget kena air mata kamu." Afga melerai dan memandang qiana yang tidak berhenti menangis.
"Qia, gak capek apa nangis udah satu jam lebih," Ucap kakaknya.
"Qiaa. lo nangis karena rey tadi keluar ya? jangan nangis rey tadi keluar sama gue kok dia nggak macem-macem di luar sana." Kalimat dari zaen.
Setelah mendengar perkataan zaendra qiana memeluk erat afga air matanya seperti tidak ada habisnya ia terisak hebat di dada afga tangannya melingkar di pinggang afga.
Afga jadi bingung kenapa qiana tidak marah dan malah menangis ia melerai dekapannya lagi dan membopong qia untuk di bawa ke kamarnya.
Akta melirik zaendra anak itu masih mengenakan pakaian sekolah."Gak punya baju apa za udah malem masih pake seragam," Hardiknya.
"Nggak sempet ak, belum pulang ke rumah dari tadi siang." Katanya.
"Ravka yang tadi di rumah sakit?" Dia bertanya berbisik dan di angguki zaendra.
"Qiaa diem ayy.. liat gue." Afga memegang kedua pipi qiana.
"Mau sampe kapan nangis nya hm? marah karena gue tadi pergi gak ngomong dulu iya gara-gara itu lo nangis? qia sini ini pukul semau lampiasin kemarahan lo tapi jangan nangis udah dieeemm qiaaa. pukul aja gue." Afga menaruh tangan qia di dadanya memintanya agar memukul dirinya.
Qiana memerosotkan tangannya dia kembali sesenggukan."Astaga, gue harus berbuat apa biar lo diem sayaaaannggg."
"Ay. gue kasih waktu dua menit kalo belum berhenti nangis gue lumat bibir lo sampe diem nangisnya," Ancam nya.
Qiana mencoba menghentikan tangisannya tetapi jika mengingat kemarahannya ke afga kemarin dirinya merasa sangat bersalah karena sudah mengamuk tidak jelas seperti orang kesetanan dan juga menyuruh afga pergi meninggalkan nya. qiana menangisi hal yang sudah di lakukan ke afga kemarin kenapa dirinya tidak bisa berpikir jernih dan mengira afga punya cewek lain di luar sana. tangisannya hanya reda sesaat dan kembali mengebu lagi kala mengingat memukuli afga berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afgasyah [REVISI]
Teen FictionAfgasyah Alenzi Reynanta. dia sosok yang sangat mencintai seseorang yang sedari kecil tidak pernah jauh dari nya hingga usia memasuki remaja rasa sayangnya pada Qiana. terasa begitu nyata dan mulai di pahami namun kisah asmaranya tidak berjalan lanc...