Afgasyah
*
*
*
*
Vote******
"Qianaa sayang.."
"Di taman Gaa.."
Sudah sejak 2 bulan yang lalu afgasyah dan qiana menempati rumahnya sendiri kesibukan afga akhir-akhir ini masih mengurus untuk masuk ke Universitas semua sahabatnya memutuskan untuk berkuliah di kampus yang sama namun dengan jurusan yang berbeda-beda.
Afgasyah menyusuri rumahnya yang sangat luas itu ia menuju ke taman yang letaknya ada di samping rumah disana qiana tengah menikmati sejuknya pemandangan dari semua tanaman bunga.
Afgasyah memeluk nya dari belakang kursi roda yang di duduki qiana ia juga mencium pipinya."Masuk yuk makan." Ajaknya.
"Lagi nggak enak makan afga tadi bunda sama mami kesini bawain qia makanan tapi waktu qia makan dikit aneh nggak selera."
"Kenapa sakit hm? ke kamar aja ayo." Segera afga menggendongnya.
"Jadi dari pagi tadi belum makan nih?" Pertanyaannya di balas anggukan.
Perjalanan menuju kamarnya lumayan jauh jadi harus bersabar selama perjalanan itu qiana mengelus-elus pipi afga ia juga kelihatan gemas dan senang.
"Apa hmm."
Bukannya menjawab qiana malah tersenyum manis ke afga mereka pun juga sudah tiba di kamar yang luasnya jika di buat bisa menjadi 3 kamar.
"Tiduran dulu." Dengan pelan ia menidurkan qiana ke ranjang yang sangat empuk itu.
Afga ikut merebahkan dirinya di samping tangannya meraba ke perut qiana lalu mengusap-usapnya sudah dua bulan ini itu menjadi kebiasaan dari afgasyah.
"Qia." Panggil afga sementara orang yang di panggil masih saja bermain pipi afga.
"Qianaaa." Ulangnya lembut.
"Apa afgaaa.." Jawabnya.
"Kita nikah udah dua bulan kan bulan ini seinget gue nggak ada halangan ay." Ucap afga membuat qiana menghentikan aktivitas nya yang tengah bermain pipi afga.
Qiana loading."Halangan apa?" Tanyanya masih bingung.
"Itu yang biasanya tiap bulan sekali." Jelas afga.
Qiana langsung paham lalu menatap afga."Afga."
"Hm." Ia tersenyum seraya menaikan satu alisnya sedangkan tangannya masih mengusap perut qiana.
"Kita periksa kandungan ya." Ajak afga langsung.
"Afga kalo gue beneran hamil gimana." Ucap qiana sembari menyembunyikan wajahnya ke dada afga.
"Nggak papa kan itu yang kita harapkan kecebong gue udah tumbuh di sana asiikk punya anak ayo priksa dulu." Afga jadi cengar-cengir lantas mengajak qiana ke dokter.
******Hubungan fander dan binar kini juga makin harmonis sedangkan zaendra masih berusaha untuk bisa bersama dengan adisti yang belum di perbolehkan pacar oleh orang tuanya.
"Zaen main kerumah disti mau nggak?" Tanya binar kebetulan fander dan zaendra tengah ada di rumahnya mereka bertiga ada di teras.
Zaen menggeleng tanda penolakan nya."Takut nar papanya adisti serem." Ujar zaendra ia sudah dua kali bertemu papa dari gadis yang di sukai.
YOU ARE READING
Afgasyah [REVISI]
Teen FictionAfgasyah Alenzi Reynanta. dia sosok yang sangat mencintai seseorang yang sedari kecil tidak pernah jauh dari nya hingga usia memasuki remaja rasa sayangnya pada Qiana. terasa begitu nyata dan mulai di pahami namun kisah asmaranya tidak berjalan lanc...