i. new child

247 27 29
                                    

Sebuah mobil Cadillac Limousine berhenti didepan halaman rumah keluarga Shavonne. Beberapa gadis yang sedang merapikan tanaman pun tak dapat menahan mata mereka untuk tak melihat ke arah gerbang depan.

Seorang gadis muda bergaun merah muda turun sambil menjinjing koper kecil ditangannya. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat sedikit gugup. Kakinya seperti terpaku diatas aspal tempat ia berdiri. Pandangannya dihamburkan ke sekeliling.

Semua tampak indah dan asri seperti terawat oleh tangan-tangan yang hebat, dengan rumah yang berdiri cantik dan bersih. Terlebih lagi sebuah halaman terbentang luas ditanami oleh bunga-bunga yang tampak seperti taman.

Seorang lelaki turun sambil membawa sebuah koper besar dari dalam bagasi.

"Audrey." Lelaki itu memegang pundak gadis itu.

"Ayo masuk." Katanya sambil tersenyum.

Setelah gerbang di buka, perlahan dia melangkah melewati halaman depan rumah. Koper besar itu dibawa oleh lelaki tadi.

Gadis-gadis yang berada disitu memalingkan wajah mereka kemudian berbisik-bisik. Audrey menunduk terlihat tidak nyaman dengan hal itu. Dia merasa mereka telah memperhatikan lalu membicarakannya.

Setelah masuk kedalam rumah, mereka disambut oleh seorang wanita yang berusia sekitar tiga puluhan. Wanita itu sudah pasti tak asing baginya karena ia pernah berkunjung ke asrama tempat Audrey tinggal dulu. Hari ini dia memakai gaun berwarna merah yang panjangnya sampai lutut. Dia memegang sebuah apron, sepertinya baru selesai mengerjakan kegiatan dapur.

"Hai Audrey. Selamat datang." Sapa wanita itu dengan tersenyum ramah. Audrey merasa sedikit legah melihatnya.

"Ayo koper-kopermu biar ayah bawa ke atas." Ucap lelaki tadi

Audrey sedikit tersentak tetapi dia pun tersenyum setelah mendengarnya.

Menjadi anak yang baru diadopsi membuatnya canggung setengah mati. Dia pun tak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

"Nah ayo, ikut ibu kedapur. Kau akan suka. Disana ada saudari-saudarimu." Wanita itu menarik tangan Audrey untuk menuju dapur. Mata Audrey tak henti-hentinya memandang setiap sudut rumah. Ternyata mereka memiliki jiwa seni yang cukup tinggi dengan banyak lukisan-lukisan indah dan klasik serta berbagai furnitur rumah yang terlihat vintage.

Didapur telah menunggu beberapa gadis yang tengah sibuk membuat kue dan roti. Mereka melihat ke arah Audrey lalu tersenyum.

"Hai, Aku Ellena." Gadis yang bernama Ellena mengulurkan tangannya.

"Aku Audrey."

"Ini Giselle." Ucapnya sambil menunjuk kepada gadis disampingnya yang tampak lebih pendiam. Dia hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil.

"Nih apron. Pakai ini, kita akan membuat panganan untuk berkumpul keluarga dan menyambut anak baru dirumah ini."

Ellena terlihat lebih tua setahun atau dua tahun dari Audrey. Tubuhnya tinggi dan rambutnya panjang sebahu. Sedangkan Giselle, dia terlihat seumuran dengan Audrey dengan tatapan yang sendu dan jarang berbicara. Dia memiliki kulit yang putih pucat dan rambut yang hitam legam. Semua anak disini terlihat berbeda-beda, tak heran, mereka semua termasuk Audrey adalah anak adopsi keluarga Shavonne.

Setelah memakai apron, Audrey diajari membuat kue dan roti jelly. Baru kali ini dia membuat sesuatu didapur karena sebelumnya jangankan memasak, memasuki dapurpun ibu asramanya akan memarahinya karena dia pasti akan merusak sesuatu dengan tangan ajaibnya itu.

Giselle bertugas mengambil bunga lilac dihalaman belakang. Ada banyak tanaman yang ditanam dihalaman belakang yang lebih luas daripada halaman depan.

Audrey memandang keluar dari jendela dapur. Seperti dunia peri dipulau terpencil. Ada sebuah danau yang tidak terlalu besar dan perahu yang terikat tali disisi jembatan. Danau itu menghubungkan halaman belakang dengan sebuah hutan diseberang.

The Children of GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang