ix. the secret

55 3 0
                                    

Sebuah cengkraman erat dirasakan Audrey pada lengannya. Ia berbalik dan mendapati Giselle dengan wajah lesu dan tak tenangnya itu. Tampak banyak sekali kekhawatiran yang terpancar dari matanya. Kulitnya yang putih pucat itu semakin mirip kertas saja.

"Giselle!" Pekik Audrey

"Ikut aku." Pintanya

Ia berjalan sambil menarik tangan Audrey hingga ke tempat yang sepi diberanda belakang rumah. Setelah dirasanya cukup jauh dari telinga saudara-saudaranya, ia melepaskan tangan Audrey.

"Apa yang kau rencanakan dengan Hazel?"

Audrey membeliak. Sejak kapan anak ini tahu ia membuat rencana bersama dengan Hazel. Sudah pasti ia menguping pembicaraan mereka. Audrey sedikit merasa terpojok oleh hal ini.

"Darimana kau tahu?"

"Jangan macam-macam disini. Kau tak akan selamat." Ucapnya dingin

Apa lagi ini? Batin Audrey.

Kenapa ia merasa Giselle mencampuri urusannya. Ia malas dengan pernyataan yang tak jelas dan menimbulkan tanda tanya baru.

"Apa maksdunya dengan tidak selamat?"

"Kau tak perlu tahu lebih jauh. Kalau kau ingin tetap selamat, jangan bertindak lebih jauh. Aku sarankan jangan terlalu dekat dengan Hazel."

Audrey mengerutkan dahinya.

"Kenapa tidak? Aku ingin tahu alasannya jika itu penting bagiku."

"Dasar keras kepala. Apa saja yang Hazel katakan padamu?"

Audrey menghembuskan napasnya dengan kasar.

"Kau sudah banyak kemajuan. Sekarang kau suka mencampuri urusan orang lain."

Giselle menatap tajam.

"Aku tidak berniat mencampuri urusanmu. Lebih tepatnya aku tidak ingin kejadian masa lalu terulang lagi disini."

Lagi-lagi pernyataan yang menimbulkan tanda tanya besar. Audrey mendengus kesal.

"Itu yang aku dengar dari Ellena dimeja makan tadi. Sebenarnya ada apa? Lebih tepatnya ada apa dengan kalian semua?"

Giselle mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sorot matanya jauh ke arah sebuah ladang jagung yang rimbun dan tumbuh tinggi dihadapannya. Angin bertiup menyibakan rambut hitamnya yang tak pernah diikat itu.

Mendadak raut wajahnya berubah menjadi piluh. Sesekali ia tarik dan hembuskan napasnya dengan kuat hingga suaranya terdengar.

"Sebelum kau berada disini, ada seorang anak yang bernama Rora yang menjadi teman kamarku." Ia memulai

"Rora? Apa dia pernah menjadi bagian dari keluarga ini?"

"Ya. Tapi sekarang tidak lagi."

"Kemana dia?"

"Itu bagian yang paling aneh yang aku sendiri tak suka untuk mengungkitnya."

"Aneh seperti apa? Kemana Rora pergi?" Desak Audrey

"Dia menghilang entah kemana hari itu dan secara mengejutkan aku melihatnya terkapar mati."

Audrey membeliak. Ia tercengang dengan cerita baru ini. Ada apa lagi yang sudah terjadi sebelum kedatangannya.

Soal kematian Rora, Giselle pun tak tahu dengan jelas. Setelah Rora berniat untuk kabur dari rumah, ia kemudian menghilang. Giselle sempat panik dengan keputusan Rora untuk meninggalkan rumah.

Setelah itu, Rora ditemukan tak bernyawa oleh Giselle dengan tak sengaja saat ia hendak pergi ke gudang belakang rumah. Tetapi kenapa mayat Rora diletakan digudang belakang. Ia tergeletak dengan tubuh yang sudah memucat. Giselle merasa aneh dengan kejadian itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 12, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Children of GodWhere stories live. Discover now