vi. lizard among crocodiles

55 7 3
                                    

Beberapa malam berikutnya suara-suara aneh terdengar lagi dari dalam kamar mandi. Rupanya anjing betina dan jantan itu sedang melampiaskan birahi mereka kembali setelah beberapa saat.

Audrey baru saja kembali dari dapur setelah meneguk air segelas. Malam ini hujan turun tak terlalu deras tetapi suara-suara itu merayau walau samar-samar.

Kali ini Audrey tak tinggal diam. Dia mengendap-endap mendekati pintu kamar mandi.

Pandangannya dihamburkan kesekeliling, kalau-kalau ada salah satu saudaranya yang melihat gelagatnya malam itu akan dikira mesum oleh mereka.

Audrey memasang tajam telinganya. Sesekali matanya membelalak ketika suara pergumulan itu tiba-tiba menjadi terdengar jelas dan sedikit keras. Detak jantungnya seakan ikut menggila juga.

Ia masih mengira-ngira siapa orang yang membuatnya harus memecahkan misteri ini. Ia pun tak berani membayangkan satu persatu saudaranya yang akan ia jadikan tersangka karena itu sedikit ironis.

Jika kejadian ini tak pernah ia ketahui maka semua itu akan baik-baik saja. Akan tetapi mereka seperti sengaja membuat kehebohan dengan mengeluarkan suara-suara erangan saat melakukan pergumulan. Seisi rumah mungkin saja akan dengar dan mulai mencurigai setiap orang. Dia menghindari itu terjadi.

Beberapa detik berlalu suara-suara itu pun padam disusul oleh tawa cekikikan dari si betina yang entah apa dirasanya lucu. Audrey bersikap waspada mencari tempat persembunyian. Ia bersiap turun ke lantai satu secepat kilat ketika mereka keluar.

Gagang pintu ditarik dan ia segera melangkahkan kakinya entah ke arah mana pun asal tak dilihat oleh mereka. Berjalan mundur kearah sebuah guci tinggi yang berdiri tak jauh dari kamar Carla dan Viviane.

Samar-samar ia dengar suara yang tak asing baginya sesaat setelah mereka keluar dari kamar mandi. Suara itu hampir seperti bisikan-bisikan kecil yang masih sangat jelas.

Setelah lelaki itu menuruni tangga baru ia lihat jelas siapa lelaki yang berada didalam kamar mandi itu yang membuatnya seperti memecahkan sebuah teka-teki.

Eden! Pekiknya dalam hati.

Audrey berjongkok sambil menyandarkan tubuhnya didinding. Sayang sekali ia tidak mengetahui siapa perempuan itu karena ia telah buru-buru masuk kekamar.

Ini benar-benar berita buruk dan pengalaman paling aneh yang pernah ia alami.

Setelah sekian detik, ia pun berdiri dengan mata yang masih berjaga-jaga. Pendule sudah sedari tadi berbunyi entah jam berapa sekarang.

Sebuah sentuhan kecil pada lengan Audrey mengagetkannya, dia berbalik dan membeliak tajam.

"Hazel?"

"Sttt!" Ia menaruh telunjuk didepan bibirnya.

Dari wajahnya nampak ia belum juga tidur. Dan ditangannya terdapat beberapa buku.

Dasar kutu buku! Batin Audrey

"Sedang apa kau?"

"Kau yang sedang apa malam-malam seperti ini berdiri disini."

Audrey tak menjawab. Matanya tetap mengawasi tajam pada lelaki didepannya itu.

"Kau melihat hantu?" Tanya Hazel

"Lebih buruk dari itu." Jawab Audrey sambil memalingkan wajah.

"Rumah ini tak berhantu dan kami tidak memelihara monster." Jawabnya dan berjalan melewati punggung Audrey.

"Hazel!"

Hazel berhenti dan berbalik. Matanya cukup sayu malam ini karena dipergunakan berjam-jam untuk membaca dan menulis. Dia benar-benar seperti seorang pujangga eropa. Meski sebenarnya tidak tahu apa yang telah ia tulis.

The Children of GodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang