🦊 Bulan ke-2 💙 : Hitam Jelek

2.4K 54 1
                                    

“Kamu belum ada niatan buat resign, Yang?”

Pertanyaan itu menyita atensi Karina dari piring berisi kwetiau goreng yang sedang disantapnya. “Kok kamu nanya begitu?”

“Kamu sering mengeluh katanya semenjak hamil jadi cepat lelah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Kamu sering mengeluh katanya semenjak hamil jadi cepat lelah. Aku tidak mau kamu kenapa-kenapa.” balas Yeonjun yang iseng mengaduk-aduk jus alpukatnya menggunakan sedotan. “Aku mau kamu banyak istirahat di rumah. Soal mencari nafkah itu tanggung jawabku.”

“Tapi aku suka dengan pekerjaanku. Aku mau resign kok, tapi tidak sekarang.”

“Kapan?”

Karina bungkam karena ia memang belum memikirkan hal tersebut. Ia masih senang berada di lingkungan kantor, bekerja sebagai asisten pribadinya Jennie yang tak lain dan tak bukan adalah ibunya Yeonjun alias mertuanya sendiri.

“Karina, dengarkan aku—”

“MANGGILNYA ‘SAYANG’ DONG!”

Yeonjun auto mingkem. Ia lupa kalau semenjak hamil istrinya yang cantik ini kudu bin wajib dipanggil ‘Sayang’. Kalau tidak nanti pundung dan urusannya bakal panjang.

“Oops!” sadar dengan volume suaranya yang terlalu cetar, lantas Karina menutup mulutnya menggunakan kedua tangan.

Ia melirik ke semua sudut restoran dan meringis minta maaf kepada para pengunjung lain yang nampak penasaran. Jadi malu, pasti mereka mengira ia dan suaminya sedang bertengkar.

“Sayang, dengarkan aku.” Yeonjun mengoreksi kalimatnya dan menyambung bahasan tadi. “Aku tidak mau ya kejadian lusa terulang lagi. Untung waktu itu aku juga sedang berada di kantor dan hanya beda beberapa lantai dengan ruang kerjamu, coba kalau aku sedang ada di agensi atau sedang ada kerjaan di luar?”

Karina mengembungkan pipinya dan cuek melanjutkan makan. Kemarin lusa ia mengalami kram perut dan menjerit kesakitan membuat heboh orang sekantor.

Yeonjun yang diberitahu oleh Sakura panik minta ampun dan buru-buru membawanya ke rumah sakit. Saat didesak untuk jujur, barulah ia mengatakan kalau rasa sakit itu kontan terasa setelah ia naik tangga tiga lantai dengan alasan menunggu lift kelamaan.

Ada-ada saja memang.

“Aku itu khawatir sama kamu. Jangan kebanyakan bertingkah ya? Kasihan calon bayi kita.” melas Yeonjun sambil menggenggam tangannya.

Akhirnya anggukan lemah pun diberikan Karina. Wajah memohon sang suami membuatnya merasa bersalah. Yeonjun sangat menginginkan bayi darinya, ia tidak mau membuat lelakinya ini kecewa.

“Maaf, Yeonjun. Aku janji akan lebih berhati-hati dan tidak akan seperti itu lagi. Setelah kandunganku menginjak usia tiga bulan, aku akan resign kok. Serius.”

“Benar ya?”

“Iya, Sayang.” ia mengangkat dua jarinya membentuk v-sign lalu menempelkannya di samping pipi. “Aku janji kok.”

Pria tampan itu terkekeh. Ketimbang melakukan janji, istrinya ini lebih tepat dibilang sedang berpose untuk foto selfie. Mana cantik sekali.

“Ya sudah. Habiskan makananmu, Yang. Jus stroberinya juga, jus buah-buahan kan bagus buat kandungan.”

“Siap, Suami~”
























































.

.

.

Sesampainya di rumah, Karina langsung masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Ia menanggalkan bajunya dan melemparnya ke keranjang cucian yang berada di pojok ruangan. Namun keningnya seketika mengkerut saat melihat ada yang berubah di salah satu bagian tubuhnya.

“Kok puting payudaraku jadi hitam begini ya?” monolognya sambil meremas-remasnya.

“A-awhhh...” namun ia malah merintih kesakitan setelahnya, rasanya tidak nyaman sekali saat dipegang.

Sekarang wanita itu beralih bercermin di kaca wastafel dan mengamati lekuk tubuh bagian atasnya. Bagian areola dan putingnya memang terlihat hitam, padahal dulunya coklat muda. Mulutnya berdecak pelan, ini terlihat jelek menurutnya.

Tapi di samping itu masih ada satu hal yang membuatnya senang. Walaupun pucuknya menghitam, tapi ukuran payudaranya kini menjadi lebih besar dan padat. Bulat serta seksi yang so pasti membuat suami tambah hepi.

Hormon kehamilan memang cukup banyak mengubah dirinya.

Karina membusungkan dadanya lalu berkacak pinggang. “Sepertinya aku harus membeli bra baru, dadaku kini besar sekali.” ia melakukan beberapa pose seksi dan terkikik sendiri.

Tapi tetap saja puting menghitam itu membuatnya sedih dan tidak percaya diri.

“AMIT-AMIT JELEK AMAT IH!”


























































.

.

.

Yeonjun duduk di pinggir ranjang dan masih sibuk telponan dengan ayahnya. Ia melihat Karina keluar dari kamar mandi dengan kondisi rambut basah dan hanya berbalut handuk.

Yang membuatnya heran adalah, istrinya itu mengambil pakaian bersih di lemari lalu kembali masuk ke kamar mandi. Setelah mengakhiri panggilannya, Yeonjun pun lantas menyusulnya.

“Yang?”

Karina nampak kaget dan langsung gelagapan. “K-kenapa kau ke sini?” tanyanya was-was sembari menangkup payudaranya sendiri menggunakan tangan. Ia hanya baru memakai celana dalam.

“Kau ini kenapa sih?” Yeonjun mendekat dan Karina melangkah mundur. “Kau memakai baju di kamar mandi? Tidak biasanya lho kamu begini? Ada apa?”

“Tidak kenapa-kenapa.”

“Biasanya kau pede sekali telanjang di hadapanku. Kok tiba-tiba jadi begini? Terus itu kenapa dadamu ditutupi begitu?”

Wajah cantik yang awalnya gelisah itu tiba-tiba merengut sedih. Bahkan matanya pun berkaca-kaca diiringi bibirnya yang mencebik seperti menahan tangis.

“Hiks... Yeonjun...” menangis betulan akhirnya. “A-aku takut kau tidak nafsu lagi melihatku dan malah mencari istri baruuu...”

“H-hah?” suaminya semakin tidak paham dan menganggap istrinya ini pasti sedang mood swing lagi. “Maksud kamu apa, Yang?” tanyanya sabar sekali.

Dengan terisak-isak Karina pun menjelaskan segala sesuatunya. Yeonjun bingung bagaimana menanggapinya. Di satu sisi ia kasihan karena Karina benar-benar menangis, nafasnya saja sampai tersenggal-senggal. Tapi di sisi lain ia merasa lucu juga, istrinya ini benar-benar di luar nalar.

“Masa iya aku mau mencari istri baru hanya gara-gara puting payudaramu menghitam, Yang? Ya ampun.” lelaki itu memijat pangkal hidungnya sambil menahan senyum. “Aku juga tahu gejala-gejala ibu hamil itu bagaimana, aku sudah browsing. Salah satunya ya ini.”

“Hiks... T-tapi ini jelek! Aku takut kau tidak nafsu lagi melihatku. Dadaku tidak cantik lagi seperti dulu.”

“Kamu jangan overthinking begitu dong, Yang. Aku selalu nafsu melihatmu.”

“Serius?”

“Ya seriuslah.”

“K-kalau begitu buktikan dong!”




























.

.

.

🦊💙

Hamil || YeonRina [END]Where stories live. Discover now