🦊 Bulan ke-3 💙 : Tidak Diajak

2.2K 45 2
                                    

Dengan setelan kolor dan singlet, Yeonjun menghampiri istrinya yang sedang berkutat di dapur menyiapkan sarapan.

“Pagi, Sayang.” sapanya penuh cinta.

Karina menoleh dan tersenyum secerah mentari. “Pagi, Hubby.” ia menyambut sang suami dengan pelukan lalu berjinjit sedikit untuk mencium bibirnya. “Sudah mandi ya? Tumben, biasanya sarapan dulu.”

Yeonjun sampai harus mengecilkan api kompor karena istrinya itu kini malah mengusel di ceruk lehernya. Anteng menghirup aroma sabun dan sampo yang menguar memanjakan indera penciumannya.

“Iya. Tubuhku lengket bekas semalam, Yang. Kamu masak apa, hmm?”

“Masak itu.” tunjuknya antusias pada karyanya yang sudah setengah jadi. “Aku dapat resep dari youtube. Menu sarapan sederhana sih, tapi lumayanlah supaya tidak bosan.”

“Kelihatannya enak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kelihatannya enak.”

“Kamu duduk saja di sana. Ini mau aku potong-potong dulu sebentar supaya cantik.”

Si tampan mengangguk. Aura ceria Karina menular padanya. Jadi mau senyum terus bawaannya. Ia bersyukur morning sickness yang dialami istrinya sudah tidak separah dulu.

Selagi Karina menata makanan, Yeonjun pun berinisiatif membuatkannya segelas susu hamil. Sambil mengaduk air berwarna putih itu menggunakan sendok, ia memperhatikan lekuk tubuh wanitanya dari belakang.

Yeonjun yakin Karina belum mandi. Pakaiannya saja masih kimono tidur bekas semalam dan pasti tidak memakai dalaman. Soalnya kelihatan puting dadanya nyeplak ke mana-mana.

Tapi saat ini fokusnya bukanlah ke sana, melainkan pada kulit istrinya yang semakin cerah dan merona semenjak kehamilannya.

Yeonjun pernah mendengar istilah pregnancy glow, dan mungkin inilah maksudnya. Wanita hamil itu aura kecantikannya sangatlah beda. Karina jadi tambah wow di matanya.
































.

.

.

Sudah bersih sudah wangi kini keduanya bersiap pergi. Yeonjun berdiri di depan kaca menyemprotkan parfum mahalnya. Tiba-tiba Karina mendekat kemudian berjinjit untuk memakaikan sesuatu di kepalanya.

“Hehehe... Lucuuu... Suamiku seperti rubah, pakai itu jadi tambah mirip rubah.” celotehnya bahagia sambil bertepuk tangan dan berjingkrak-jingkrak.

Silahkan bayangkan sendiri bagaimana riangnya anak kecil saat menginginkan mainan baru dan langsung dibelikan oleh orangtuanya. Kurang lebih begitulah ekspresinya.

“Yang, jangan loncat-loncat begitu. Kasihan calon bayi kita di dalam sana kena gempa.”

“Oh iya, ya ampun.” kini ia mengusap perutnya menyesal. “Maaf ya, Sayang. Mamah senang sekali lihat Papah pakai bando telinga rubah soalnya.”

Hamil || YeonRina [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang