🦊 Baby Boy 💙

1.8K 40 4
                                    

“Kai?”

Si pemilik nama menoleh ke arah sumber suara. Di ujung lorong sana, nampak Jennie sedang berjalan tergesa bersama Taehyung yang menjinjing tas berukuran cukup besar di tangannya. Sepertinya itu baju ganti dan keperluan lainnya untuk Karina.

“Nyonya, Tuan.”

“Kai, bagaimana Karina? Yeonjun mana?”

“Yeonjun ikut masuk ke dalam, Nyonya.”

“Bayinya belum lahir, Kai?” kali ini Taehyung yang bertanya.

Hueningkai menggeleng kaku. “Saya t-tidak tahu, Tuan. Tapi sepertinya belum, Yeonjun juga belum keluar masalahnya.”

Pasutri itu saling bertukar pandang beberapa saat. Ini sudah cukup lama dari terakhir kali mereka mendapat kabar. Semoga saja Karina dan bayinya tidak kenapa-kenapa.










































.

.

.

“Ibu, atur nafasnya lalu dorong lebih kuat lagi ya. Kepala bayinya sudah mulai kelihatan, Bu. Ayo, Bu. Ibu bisa.”

“Kamu dengar apa kata dokter kan? Ayo semangat, Sayangku. Semangat.”

“Hiks... S-sakit, Mas... Aku tidak kuat... S-sakiiittt...”

“K-kamu jangan begitu.” Yeonjun mengusap air mata Karina lalu mengusap air matanya sendiri. “Kamu kuat, Yang! Kamu mampu! Kamu bebas mau melakukan apapun padaku untuk melampiaskan rasa sakitnya. Kamu mau cakar aku, mau jambak aku, terserah! Aku menemani kamu di sini, ayo kita berjuang bersama-sama.”

Dibarengi erangan panjang, Karina kembali mengejan. Yeonjun sedih melihatnya, ia sangat takut Karina menyerah karena sudah kehabisan tenaga. Wajahnya bahkan sudah sangat pucat. Persalinannya susah.

“Semakin nampak, Bu. Ayo sedikit lagi, Bu.”

“Ayo, Sayang. Lagi ya... Satu... Dua… Tiga!”

“NGGGHHH... AAAAAAAKKKHHH...”

“Iya bagus, Ibu. Sekali dorongan lagi dan tolong keluarkan semua tenaganya ya, Bu.”

“A-ayo, Sayang. Ini dorongan terakhir.” Yeonjun mencium pelipisnya berharap dapat menyuntikkan semangat. “Kamu wanita hebatku, kamu bisa, kamu kuat! Demi anak kita!”

Bermodalkan sisa tenaganya yang sudah setipis kertas, Karina mengangguk dan mulai mengambil nafas dalam-dalam. Tautan tangannya dengan Yeonjun dipererat. Ia tahu lelaki ini dari tadi sudah menangisinya, dan ia tidak mau mengecewakannya.

“Hiks... Semangat, Istriku. Satu... Dua... Tiga!”

“AAAAAAAAARRRGGGHHH...”

Sedetik kemudian suara tangisan bayi pun menggelegar di sana. Karina langsung terkulai dengan mata terpejam, nafasnya memburu hebat.

Lelahnya tak bisa dideskripsikan, hingga rasa-rasanya ia ingin terlelap saat ini juga meskipun suster terus memperingatkannya agar tetap menjaga kesadaran.

Yeonjun menangis haru dan kembali mendaratkan ciuman panjangnya di pelipis Karina. Ia melihat bayi kecilnya yang masih berlumuran darah. Jeritannya yang meraung-raung itu terdengar seperti alunan yang amat merdu di telinganya.

“Anak Papah...”

Senyum bahagia sang ayah yang pertama kali melihat buah hatinya itu merekah. Namun matanya kini mulai terasa berkunang-kunang, kepalanya pening tak tertahankan.

Hamil || YeonRina [END]Where stories live. Discover now