part 6

24 6 8
                                    

Happy Reading...

"Habis darimana?" tanya Aiden saat melihat Ainara memasuki kamar hotel.

Ainara terdiam sambil menatap Aiden, detik berikutnya senyum manis mereka diwajahnya menandakan kalau gadis itu sedang merasakan kebahagiaan "Habis makan sate tadi," ujar Ainara duduk di atas tempat tidur.

"Sama siapa?" tanyanya lagi, kali ini ia berdiri dihadapan Ainara menatap gadis itu sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Ainara mengerutkan keningnya kesal, sejak kapan laki-laki itu peduli dengannya?.

"Habis makan apa Lo, kok jadi kepo banget!" kesalnya tak menjawab pertanyaannya suaminya tadi. "Ck, itu gak menjawab pertanyaan saya Ainara!" katanya.

Perempuan itu menghela nafasnya "Yaaa sendiri lah! Kan tadi Lo gak mau nemenin gua," ucapnya sambil mengalihkan pandangannya kelain arah. Mendengar itu Aiden hanya mengangguk-angguk seolah mempercayai perkataan istrinya itu.

"Kenapa Lo?" tanya Ainara. "tidak apa-apa," jawab Aiden.

"Lo gak percaya sama gua?".

"Emangnya kamu lagi bohongin saya?" pertanyaan Aiden sukses membuat Ainara bungkam tidak tahu ingin mengatakan apa.

"Sekarang Saya adalah suami kamu! dan Kamu adalah istri saya, dari ujung rambut sampai ujung kaki kamu itu menjadi tanggung jawab saya sepenuhnya!" ucap Aiden semakin membuat Ainara bingung.

"Ngomong apaan sih Lo, Gajelas banget!" umpatnya. " Maksud saya, ini sudah malam terus kamu keluar sendirian dengan pakaian seperti itu, kalau ada orang jahat bagaimana? Terus kamu di culik, di pukul sama dia, emangnya kamu mau?" tutur Aiden membuat Ainara melongo.

"Ni anak kesambet apaan ngomong kaya gitu? Maksudnya apa coba ngomong gitu, jangan-jangan dia suka lagi sama gua terus dia khawatir kalau gua sampai kenapa-kenapa, Aduhhh Ainara pesona Lo emang terbaik," batin Ainara memuji dirinya sendiri.

"Iyaaaa makasih udah di ingetin, gak usah khawatir gua bisa jaga diri," ujarnya. Mendengar itu Aiden tersenyum meremehkan Ainara.

"What are you saying? Khawatir?" tanya Aiden membuat Ainara mengangguk percaya diri.

"Salah besar! saya merasa punya tanggung jawab besar terhadap kamu, saya hanya mengingatkan kalau tidak suka yaa terserah kamu!" ucap Aiden berbalik menjauhi Ainara.

Gadis itu terpaku ditempatnya, Malu? Tentu saja, wajah Ainara memerah karena hal tadi, bisa-bisanya Aiden mengatakan itu kepadanya. Karena kesal Ainara membawakan sebuah bantal dan guling ke tempat Aiden duduk.

"Lo tidur di sofa!" ucapnya sambil melemparkan bantal itu ke pangkuan Aiden.

"Okey," jawabnya santai semakin membuat Istrinya itu kesal.

***

Jam menunjukkan pukul sepuluh pagi, kedua pasutri itu tengah beres-beres barang bawaan untuk dibawa pulang kerumah baru mereka. "Sudah selesai?" tanya Aiden. "Iya udah, nih Lo bawa kopernya!" kata Ainara menarik koper kearah Aiden.

Laki-laki itu hanya terdiam, tidak protes sedikit pun ia hanya meraih koper hitam miliknya dan memasukkannya dalam mobil. Tidak lama kemudian mobil yang Ainara dan suami tumpangi itu melaju dengan kencang.

"Aideeeen! Lo mau bunuh gua ha?!" teriak Ainara membuat Aiden refleks menginjak rem secara mendadak. Aiden menatap Ainara dengan tajam membuat perempuan itu tiba-tiba terdiam ada sedikit rasa takut yang merasukinya, entah mengapa kali ini tatapan Aiden begitu berbeda dari biasanya.

"Jangan berisik kalau saya lagi nyetir!" ucapnya menatap Ainara. "Heh kalau Lo gak ngebut juga gua gak bakalan teriak bego!" kesalnya, sepertinya Aiden ingin mengetes kesabaran Ainara yang setipis tissue yang terbagi dua itu.

"Memangnya kenapa kalau saya ngebut?" tanyanya lagi.

"Gua gak suka!" ketus Ainara.

"Kamu bisa naik mobil lain kalau tidak suka, sekitaran sini biasanya banyak taxi yang lewat," ucap Aiden membuat Ainara menatapnya tak percaya.

"Oooh maksud Lo, Lo mau turunin gua Disni?" tanya Ainara, Aiden menganggukkan kepalanya dengan wajah tanpa dosa.

"Lo bener-bener yaaa kenapa sih gua harus dapat suami modelan kaya Lo?!" makinya namun tidak di gubris oleh Aiden.

Suasana menjadi hening Ainara yang sibuk memperhatikan jalan dari luar jendela sedangkan Aiden hanya fokus kedepan namun pikirannya berkelana entah kemana.

"Harusnya dari awal Lo tolak perjodohan ini, kalau dari awal aja Lo bisa nolak dengan keras mungkin kita berdua gak ada di situasi seperti ini, Lo dengan kehidupan Lo dan gua sama kehidupan gua termasuk orang-orang yang gua sayang!" ujar Ainara tiba-tiba.

"Karena pernikahan sialan ini gua harus jauh dari Alister gua harus berpisah sama laki-laki yang gua cinta, semuanya karena Lo! mau gimana pun Lo gak akan bisa gantiin posisi Alister dalam hati gua! Sampai kapanpun gak bisa!" ucap Ainara.

"Saya ngerasa gak pernah melakukan apapun untuk mengganti Alister di hati kamu, mau kamu cinta mati sama diapun saya gak peduli, saya terlalu sibuk dengan pekerjaan saya jadi saya gak ada waktu untuk mengurus hal-hal yang bahkan sangat-sangat tidak penting," Ainara tertegun mendengar perkataan Aiden, kalimat yang lumayan panjang namun sedikit menyentil hatinya.

"Terus kenapa Lo gak nolak perjodohan ini?!" ucap Ainara sambil berteriak.

"Bagaimana kalau pertanyaan itu saya tanya balik ke kamu?, kenapa kamu tidak menolak perjodohan ini? Padahal kamu bisa saja kabur di hari pernikahan, ada banyak waktu yang bisa kamu manfaatkan untuk melarikan diri, salah satunya saat Alister hadir di pernikahan kita kenapa kamu tidak pergi saja?" sepertinya ucapan Aiden kali ini mampu membungkam mulut cerewet milik istrinya itu, buktinya sekarang Ainara hanya terdiam dan tidak menatap wajah Aiden yang saat ini menatapnya lekat.

"Lagipula tipe saya bukan cewek bodoh seperti kamu," Ainara memejamkan matanya saat mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut Aiden, dadanya terasa sesak ia berusaha mati-matian untuk menahan cairan yang akan mengalir dari kedua matanya.

"Gausah banyak omong, gua mau pulang!" ucapnya ketus. Aiden menghembuskan nafasnya lalu kembali menjalankan mobilnya dengan kecepatan normal menuju rumah baru mereka.

Seeu in the next part 🙌





pantrologimata Where stories live. Discover now